Evaluasi kebijakan yang dilakukan Disdikpora DIY
126 mata pelajaran muatan lokal wajib, mata pelajaran seni budaya agar disesuaikan
dengan kompetensi yang dimiliki sekolah. Pada tahap ini terdapat pendekatan social demand approach salah satunya adalah mengenai perubahan mata pelajaran
dalam kurikulum 2013 seperti mata pelajaran TIK yang diusulkan dalam rapat dinas untuk kompetensi sama dengan mata pelajaran BK.
Tahap ketiga adalah policy formulation atau menseleksi, dinas daerah tidak
melakukan ini terlihat dari pendekatan perumusan kebijakan man-power
approach, karena hal ini dilakukan oleh pemerintah pusat yaitu Kemendikbud. Dinas daerah hanya menyesuaikan dan melaksanakan tugas yang diberikan dan
diputuskan oleh Kemendikbud, seperti mengevaluasi guru-guru yang telah mengikuti pelatihan terhadap pemahaman dalam kurikulum 2013, serta
komunikasi dan pemikiran mengenai kejelasan kebijakan terhadap lanjutan implementasi kurikulum 2013 menjadi wewenang pemerintah pusat.
Tahap keempat adalah policy legitimation, suatu kebijakan yang mengenai
kurikulum 2013 disahkan oleh pemerintah pusat yaitu Kemendikbud terlihat bahwa pendekatan perumusan kebijakan pada tahap ini adalah
man-power approach, Disdikpora DIY hanya melaksanakannya, berdasarkan Permendikbud
Nomor 160 Tahun 2014. Namun dari sisi pendekatan perumusan kebijakan social
demand approach terlihat bahwa Disdikpora DIY menyikapi beberapa hal yang terjadi dalam pelaksanaan kurikulum 2013, diantaranya mengenai mata pelajaran
TIK yang kompetensinya seperti mata pelajaran BK, mata pelajaran seni budaya dan kerajinan pelaksanaannya diarahkan pada satu atau beberapa bidang seni
menyesuaikan kompetensi yang dimiliki sekolah, dan mata pelajaran bahasa
127 daerah ditetapkan sebagai mata pelajaran muatan lokal wajib, dengan Disdikpora
DIY membuat surat usulan tentang pelaksanaan kurikulum 2013 tersebut untuk Kemendikbud. Usulan tentang pelaksanaan kurikulum 2013 tersebut berdasarkan
hasil rapat koordinasi Disdikpora DIY beserta dinas pendidikan kabupaten atau kota se-DIY.
Tahap kelima adalah policy implementation, berdasarkan pendekatan
perumusan kebijakan man-power approach bahwa Dinas daerah tidak melakukan
tahap ini karena keputusan ada pada pemerintah pusat, dinas daerah hanya melaksanakan kebijakan tersebut agar sampai pada sekolah-sekolah. Rapat kantor
dilakukan dinas daerah juga berdasarkan atas kebijakan mengenai kurikulum 2013, menyesuaikan rambu-rambu yang diberikan oleh pemerintah pusat.
Tahap keenam adalah policy evaluation, berdasarkan pendekatan perumusan
kebijakan man-power approach bahwa Disdikpora DIY melakukan kegiatan
monitoring ke sekolah-sekolah pelaksana kurikulum 2013 melalui guru dan kepala sekolah yang datang ke dinas, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui
pelaksanaan kurikulum 2013 telah berjalan dengan baik, terbukti dengan mata pelajaran yang sudah terakomodir, sarana dan prasarana yang telah memadai,
lingkungan sekolah yang kondusif, dan tetap adanya pelatihan bagi guru-guru serta koordinasi dengan berbagai pihak mengenai pelaksanaan kurikulum 2013
pada sekolah yang menjadi pilot project.
Berdasarkan keenam tahap proses kebijakan yang telah dijelaskan diatas memberikan kesimpulan bahwa implementasi kurikulum 2013 pada tingkat SMA
di Daerah Istimewa Yogyakarta lebih banyak terlihat pada pendekatan perumusan