22 sumberdaya manusia
human resources yang dapat diandalkan. Salah satu indikator kualitas masing-masing suatu warga bangsa
adalah mengenai pendidikan formalnya. Oleh karena itu, pemerintah yang memiliki wewenang dan tanggungjawab dalam
memimpin warga bangsa untuk merumuskan suatu kebijakan pendidikan.
Man-power approach kurang menghargai yang namanya demokratis dalam perumusan kebijakan pendidikan, namun proses
perumusan kebijakan pendidikan yang ada dapat berlangsung secara efisien dalam perumusannya, serta lebih berdimensi jangka
panjang.
4. Proses Perumusan Kebijakan Pendidikan
Arif Rohman 2012: 94 sebelum merumuskan kebijakan pendidikan,
maka seorang
perumus kebijakan
umumnya mempertimbangkan terhadap aneka komponen suatu kebijakan
pendidikan. Komponen-komponen dari suatu kebijakan pendidikan adalah:
1 Suatu kebijakan pendidikan yang hendak diwujudkan harus memiliki tujuan
goal yang jelas sebagaimana diinginkan. 2 Tujuan yang diinginkan itu harus direncanakan
plans atau harus ada proposal secara matang, yakni pengertian yang spesifik dan
operasional untuk mencapai tujuan.
23 3 Harus ada program, yaitu upaya dan cara-cara dari yang berwenang
untuk mencapai tujuan. 4
Decision, yaitu segenap tindakan untuk menentukan tujuan, membuat rencana melaksanakan dan mengevaluasi program.
5 Efect, yaitu akibat-akibat dari program yang akan dijalankan baik
yang diinginkan atau disengaja maupun tidak disengaja, baik yang primer maupun yang sekunder.
Udoji Arif Rohman, 2012: 96 menjelaskan perumusan kebijakan merupakan proses yang berkenaan dengan pengartikulasian
dan pendefinisian masalah, formulasi kemungkinan jawaaban terhadap segenap tuntutan politik, penyampaian segenap tuntutan
tersebut ke dalam sistem politik, pemberian sanksi atau legitimasi terhadap tindakan yang dipilih, serta pengesahan atas pelaksanaan,
pengawasan, dan umpan balik. Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan
mengenai perumusan kebijakan adalah proses menyikapi suatu kebijakan yang telah dilaksanakan atau kebijakan yang belum
dilaksanakan, dengan pertimbangan komponen-komponen pada perumusan kebijakan.
Thomas R. Dye 1981 mengemukakan bahwa dalam setiap kebijakan, baik itu mengenai perumusan kebijakan, implementasi
kebijakan maupun evaluasi kebijakan, maka aspek-aspek lingkungan harus memperoleh pertimbangan yang matang, sehingga tidak
24 bertentangan dengan fungsi negara atau pemerintah itu sendiri. Model
yang diusulkan oleh Dye dalam studi kebijakan adalah perlu mengidentifikasi masalah, kemudian menyusun usulan kebijakan,
setelah diseleksi, maka kebijakan disahkan untuk kemudian diimplementasikan. Kemudian, diadakan evaluasi untuk menganalisis
akibat dari kebijakan tersebut Yoyon Bahtiar Irianto, 2011: 35. Model proses kebijakan yang dikembangan oleh Thomas R. Dye
sebagai berikut:
Gambar 1. Proses Kebijakan Dye
Sumber: Dikutip dari Riant Nugroho 2008: 177. William N. Dunn 1994 mengungkapkan lebih memandang
pada aspek pengkajian, proses perumusan dan komunikasi kebijakan. Dalam aspek pengkajian berkenaan dengan: metodologi analisis,
informasi yang relevan, dan prosedur analisis. Aspek proses perumusan berkenaan dengan: Penyusunan agenda kebijakan, yang
berkaitan dengan perumusan masalah; Formulasi kebijakan, yang berkaitan dengan peramalan; Adopsi kebijakan, yang berkaitan
rekomendasi yang perlu diimplementasikan; Implementasi kebijakan,
Identific ation of
policy problem
Agenda setting
Policy formulati
on Policy
legitimat ion
Policy Impleme
ntation Policy
evaluatio n
25 yang berkaitan dengan proses pemantauan terhadap pelaksanaan
kebijakan; Penilaian kebijakan, yang berkaitan dengan evaluasi pelaksanaan kebijakan, baik yang menyangkut hasil-hasil dan dampak
dari suatu kebijakan. Sedangkan aspek komunikasi kebijakan
berkenaan dengan: dokumen yang relevan, presentasi, dan penggunaan pengetahuan Yoyon Bahtiar Irianto, 2012: 36.
Gambar 2. Analisis Kebijakan dalam Proses Perumusan Kebijakan
Sumber: William N. Dunn, Public Policy Analysis: An Introduction
dikutip dari Yoyon Bahtiar Irianto, 2012: 36. Metodologi analisis kebijakan berkenaan dengan sistem standar,
aturan dan prosedur untuk menciptakan, menilai secara kritis, dan mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan untuk merumuskan
dan memecahkan masalah-masalah kebijakan. Metodologi ini dapat bersifat deskriptif yaitu mencari pengetahuan tentang sebab-akibat;
1. Proses Pengkajian Kebijakan:
a. Metodologi Analisis Kebijakan
b. Informasi yang Relevan untuk
kebijakan c. Prosedur Analisis
Kebijakan
2. Proses Pembuatan Kebijakan:
a. Perumusan Masalah b. Peramalan
c. Rekomendasi d. Pemantauan
e. Evaluasi 3. Proses Komunikasi
Kebijakan: a. Dokumen yang
Relevan b. Presentasi
c. Penggunaan Pengetahuan
26 Normatif yaitu mengkritisi sistem nilai;
Multiplisisme yaitu proses triangulasi dalam mengembangkan pengetahuan yang relevan dengan
kebijakan melalui operasionisme berganda, penelitian multimetode, sistesis-analisis berganda, analisis multivarian, analisis pelaku
berganda, analisis perspektif berganda, dan komunikasi multimedia; Sedangkan informasi yang relevan untuk kebijakan berkenaan dengan
aspek masa depan kebijakan, aksi kebijakan, hasil kebijakan, kinerja kebijakan, dan masalah kebijakan Yoyon Bahtiar Irianto, 2012: 36-
37.
Gambar 3. Informasi yang Relevan dalam Prosedur Analisis Kebijakan
Sumber: William N. Dunn, Public Policy Analysis: An Introduction
dikutip dari Yoyon Bahtiar Irianto, 2012: 37. Pada aspek proses perumusan kebijakan, berkenaan dengan:
penyusunan agenda kebijakan, yaitu menempatkan masalah pada suatu agenda publik, formulasi kebijakan adalah merumuskan alternatif
kebijakan berdasarkan pertimbangan lembaga eksekutif, legislatif, dan
Masalah Kebijakan Perumusan
Masalah
Perumusan Masalah
Perumusan Kebijakan
Perumusan Kebijakan
Kinerja Kebijakan
Hasil Kebijakan
Aksi Kebijakan Masa
Depan Kebija-
kan Evaluasi
kebijakan Peramalan
kebijakan
Pemantauan kebijakan
Rekomendasi kebijakan