Manfaat Praktis Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
14 masalah dengan menggunakan teori, metode, dan substansi penemuan
tingkah laku dan ilmu-ilmu sosial, profesi sosial, dan filosofi sosial politis Nanang Fattah, 2012: 5. Yoyon Bahtiar Irianto 2011: 47-50
mengemukakan bahwa dalam analisis kebijakan: 1 analisis kebijakan dalam pendidikan harus mengkaji substansi, proses dan konteks
kebijakan pendidikan secara komprehensif. Apakah proses perumusan kebijakan, implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan sudah
merujuk kaidah-kaidah keilmuan atau tidak; 2 pengembangan asumsi-asumsi dalam kebijakan pendidikan harus merujuk pada
asumsi-asumsi pendidikan yang dikembangkan dalam paradigma filsafat pendidikan yang universal, bukan merujuk pada paradigma
filsafat politik dan ketatanegaraan; 3 proses analisis terhadap kebijakan pendidikan tidak parsial, tetapi haruslah komprehensif dan
multidisipliner menyangkut rumusan, implementasi, dan evaluasi dampaknya. Dalam analisis perumusan kebijakan terdapat komponen-
komponen antara lain: ruang lingkup kebijakan, asumsi-asumsi dasar, tujuan dan sasaran, kriteria, mekanisme atau prosedur yang harus
ditempuh, dan dukungan sumber daya yang dibutuhkan; 4 kebijakan pendidikan tidak bisa didekati dengan hanya menggunakan pendekatan
the compliance approach, atau the political approach secara sendiri- sendiri, tetapi harus secara integratif.
Nanang Fattah 2012: 5 berpendapat analisis kebijakan adalah suatu proses pengkajian multidisipliner yang dirancang secara kreatif,
15 dengan penilaian yang kritis, dan mengkomunikasikan informasi yang
bermanfaat dan dipahami serta meningkatkan kebijakan. Metodologi analisis kebijakan dipandang sebagai proses pengkajian yang
dirancang untuk menemukan solusi permasalahan secara praktis. Pengajian yang dilakukan bermaksud untuk suatu proses penyelidikan
atau mencari solusi. Walaupun analisis kebijakan diartikan sebagai suatu multidisipliner ilmu, sebagian besar ilmu tersebut bersifat
”Metodologis”, yang artinya ridak hanya digunakan metode dan tekniknya saja, tetapi mengacu pada standar aturan dan prinsip-prinsip
yang memandu penggunanya. Sebagian analisis kebijakan bersifat deskriptif, dengan bersandar
pada ilmu-ilmu sosial dan tingkah laku behavior yang berfungsi
untuk membuat dan membenarkan klaim tentang penyebab dan akibat dari suatu kebijakan. Dalam analisis kebijakan juga berdasarkan
norma, yang berfungsi untuk mengevaluasi dan membenarkan klaim tentang moral dan kegunaan yang diharapkan. Aspek pengaruh analisis
kebijakan yang berdasarkan norma adalah perlu sebab relevansi kebijakan dengan pengetahuan dan mempertimbangkan akibat dan
prosesnya berlandaskan etika Nanang Fattah, 2012: 6. Yoyon Bahtiar Irianto 2011: 44-45 mengatakan analisis
kebijakan pendidikan yang digunakan di Indonesia sepertinya lebih banyak menggunakan model analisis kebijakan politik publik yang
berdasarkan pada asumsi-asumsi politis. Indikator yang menunjukkan