Struktur Organisasi Disdikpora DIY

90 Tabel 8. Identifikasi Masalah Kurikulum 2013 pada tingkat SMA di DIY Kebijakan Identifikasi Masalah Alternatif Kebijakan Kurikulum 2013 pada tingkat SMA di DIY 1. Kesiapan Sumber Daya Manusia 2. Terdapat Sarana Prasarana yang belum memadai seperti buku. 3. Perubahan Mata Pelajaran dalam Kurikulum 2013 4. Kesulitan Guru dalam mengolah penilaian pada Kurikulum 2013 a. Memanfaatkan sumber daya manusia secara optimal melalui pelatihan. b. Sekolah yang belum sepenuhnya menerima buku Kurikulum 2013, dapat memanfaatkan sumber pembelajaran melalui media Compact Disk CD buku Kurikulum 2013, dan dapat melakukan hardcopy materi dari buku Kurikulum 2013 secara terbatas. c. Adanya workshop,MGMP bagi guru mata pelajaran. Sumber : Wawancara dan dokumentasi penelitian, Maret dan April 2015.

2. Penyusunan kebijakan mengenai implementasi Kurikulum 2013 pada tingkat SMA di DIY

Analisis kebijakan pendidikan Disdikpora DIY dalam implementasi kurikulum 2013 selanjutnya adalah proses menyusun usulan kebijakan. Permasalahan yang dihadapi kurikulum 2013, menurut TP bahwa usulan yang diberikan Dinas dalam menangani permasalahan dalam perubahan Kurikulum adalah : a. Peningkatan sumber daya manusianya SDM, b. Sarana prasarananya, baik mengenai buku ajaran yang diharapkan bisa selengkap mungkin dengan kualitas yang diharapkan, c. Lingkungan yang kondusif dari sekolah, d. Adanya perubahan mindset cara mengajarnya, metode mengajarnya, dan guru harus dapat menyesuaikan itu. 91 e. Memberikan pelatihan-pelatihan bagi guru yang bekerjasama dengan pihak LPMP Hasil wawancara dengan TP pada tanggal 23 Maret 2015. TP menyampaikan bahwa kebijakan kurikulum kewenangannya ada di Pemerintah Pusat, kewenangan di Daerah hanya pada muatan lokalnya. JR sebagai Kepala Seksi SMA menyampaikan Penyusunan kebijakan mengenai implementasi Kurikulum 2013, selalu ada koordinasi dengan pihak-pihak terkait, baik dinas kabupaten maupun kota, pengawas-pengawas sekolah, dan di Daerah Istimewa Yogyakarta ini mempunyai tim pengembang kurikulum yang berfungsi untuk sebagai bentuk penyempurnaan, menangani, mencari solusi yang terkait dengan kurikulum. ST sebagai Staf Seksi SMA menambahkan dengan menyampaikan bahwa penyusunan kebijakan ini juga tidak terlepas dari rambu-rambu yang telah diberikan oleh pusat, seperti dokumen implementasi kurikulum 2013 Hasil wawancara dengan ST pada tanggal 30 April 2015. Penyusunan kebijakan Kurikulum 2013, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah AtasMadrasah Aliyah, Pasal 1 satu ayat 1 satu Kurikulum pada sekolah menegah atasmadrasah aliyah yang telah dilaksanakan sejak tahun ajaran 20132014 disebut Kurikulum 2013 sekolah menengah atasmadrasah aliyah. 92 Setelah dilakukan beberapa dalam penyusunan kebijakan, kemudian usulan kebijakan yang berkaitan dengan kurikulum 2013 memasuki tahap untuk diseleksi, TP menyampaikan sebagai berikut : “Kurikulum 2013 ini, ya saat ini kita sudah ada 145 sekolah, 64 SD, 29 SMP, 29 SMA, dan 23 SMK. Dan tentunya kami berupaya untuk menyiapkan ya karena gurunya sudah dilatih, kemudian dari sisi buku kita juga sudah berusaha, tapi kemudian kembali pada kebijakan pusat...” Hasil wawancara dengan TP pada tanggal 23 Maret 2015. JR menyampaikan bahwa Disdikpora bersama-sama dinas kabupaten atau kota juga dengan LPMP berkoordinasi terkait dengan hasil-hasil evaluasi atau hasil pelaksanaan kurikulum 2013 dengan diusulkan lewat rapat. Kewenangan pendidikan kabupaten atau kota masih di dinas kabupaten atau kota, jadi semua itu menyesuaikan kembali dengan kebijakan pusat Hasil wawancara dengan JR pada tanggal 23 Maret 2015. Tahap diseleksi telah dilakukan maka suatu kurikulum dapat disahkan. ST sebagai Staf Seksi SMA Kurikulum 2013 disahkan adalah saat pemberlakuan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu diberikan, yang artinya selalu mengikuti kebijakan dari pusat. Mulai tahun ajaran 20142015 semua wajib melaksanakan kurikulum 2013 waktu itu. Kebijakan dari pusat saat ini yaitu berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 160 Tahun 2014, serta Peraturan Bersama Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Direktur Jenderal Pendidikan Menengah kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: