26 Normatif yaitu mengkritisi sistem nilai;
Multiplisisme yaitu proses triangulasi dalam mengembangkan pengetahuan yang relevan dengan
kebijakan melalui operasionisme berganda, penelitian multimetode, sistesis-analisis berganda, analisis multivarian, analisis pelaku
berganda, analisis perspektif berganda, dan komunikasi multimedia; Sedangkan informasi yang relevan untuk kebijakan berkenaan dengan
aspek masa depan kebijakan, aksi kebijakan, hasil kebijakan, kinerja kebijakan, dan masalah kebijakan Yoyon Bahtiar Irianto, 2012: 36-
37.
Gambar 3. Informasi yang Relevan dalam Prosedur Analisis Kebijakan
Sumber: William N. Dunn, Public Policy Analysis: An Introduction
dikutip dari Yoyon Bahtiar Irianto, 2012: 37. Pada aspek proses perumusan kebijakan, berkenaan dengan:
penyusunan agenda kebijakan, yaitu menempatkan masalah pada suatu agenda publik, formulasi kebijakan adalah merumuskan alternatif
kebijakan berdasarkan pertimbangan lembaga eksekutif, legislatif, dan
Masalah Kebijakan Perumusan
Masalah
Perumusan Masalah
Perumusan Kebijakan
Perumusan Kebijakan
Kinerja Kebijakan
Hasil Kebijakan
Aksi Kebijakan Masa
Depan Kebija-
kan Evaluasi
kebijakan Peramalan
kebijakan
Pemantauan kebijakan
Rekomendasi kebijakan
27 yudikatif. Adopsi atau penentuan kebijakan adalah pemilihan alternatif
yang diadopsi menjadi suatu kebijakan, bisa secara konsensus atau berdasarkan mayoritas, implementasi kebijakan adalah pelaksanaan
kebijakan pada unit-unit administratif melalui mobilisasi sumber daya. Evaluasi kebijakan yaitu pemeriksaan dan penilaian terhadap proses
dan hasil kebijakan berdasarkan persyaratan peraturan pembuatan dan pelaksanaan kebijakan.
B. Implementasi Kebijakan Pendidikan 1. Definisi Implementasi Kebijakan
Suatu implementasi kebijakan merupakan hal yang dilaksanakan tidak hanya dari pemerintah pendidikan, akan tetapi melibatkan politik,
sosial, hukum, dan organisasi atau administrasi untuk kesuksesan implementasi kebijakannya.
Solichin Abdul Wahab Arif Rohman, 2012: 105-106 menjelaskan pada kamus Webster,
implementasi diartikan sebagai to provide the means for carrying out menyediakan sarana untuk
melaksanakan sesuatu; to give practical effect to menimbulkan
dampakakibat terhadap sesuatu. Pengertian di atas mengandung arti bahwa implementasi kebijakan dapat dilihat sebagai proses
menjalankan keputusan kebijakan. Wujud dari keputusan kebijakan ini biasanya berupa undang-undang, instruksi presiden, peraturan
pemerintah, keputusan pengadilan, peraturan menteri, dan sebagainya.
28 Van Meter dan Van Horn Arif Rohman, 2012: 106
mengungkapkan implementasi kebijakan dimaksudkan sebagai keseluruhan tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau
pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan kepada pencapaian tujuan kebijakan yang telah ditentukan
terlebih dahulu. M. Ja’far Juned via Arif Rohman, 2012: 106 menjelaskan tindakan-tindakan yang merupakan usaha sesaat untuk
menstransformasikan keputusan ke dalam istilah operasional, maupun usaha berkelanjutan untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan
kecil yang diamanatkan oleh keputusan-keputusan kebijakan. Selanjutnya,
M. Grindle
Arif Rohman,
2012: 106
menambahkan bahwa proses implementasi mencakup tugas-tugas “membentuk suatu ikatan yang memungkinkan arah suatu kebijakan
dapat direalisasikan sebagai hasil dari aktivitas pemerintah. Seperti halnya dalam mengarahkan tugas-tugas bagi sasaran atau obyeknya,
penggunaan dana, waktunya, memanfaatkan organisasi pelaksana, partisipasi masyarakat, kesesuaian program dengan tujuan kebijakan,
dan lain-lain. Charles O. Jones Arif Rohman, 2012:106 menjelaskan dalam
menganalisis masalah implementasi kebijakan didasarkan pada konsepsi aktivitas-aktivitas fungsional. Implementasi adalah suatu
aktivitas yang dimaksudkan untuk mengoperasikan sebuah program. Ada tiga pilar aktivitas dalam mengoperasikan program tersebut
29 adalah: 1 Pengorganisasian, pembentukan atau penataan kembali
sumberdaya, unit-unit serta metode untuk menjalankan program agar bisa berjalan; 2 Interpretasi, yaitu aktivitas menafsirkan agar program
menjadi rencana dan pengarahan yang tepat dan dapat diterima serta dilaksanakan; 3 Aplikasi, berhubungan dengan perlengkapan rutin
bagi pelayanan, pembayaran, atau lainnya yang disesuaikan dengan tujuan atau perlengkapan program.
Riant Nugroho 2008: 115 mengatakan implementasi kebijakan pada dasarnya merupakan hal yang menentukan dalam kebijakan
publik. Arif Rohman 2012: 107 mengatakan lebih lanjut dari paparan di atas, implementasi kebijakan pendidikan merupakan proses yang
tidak hanya menyangkut perilaku-perilaku badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan
ketaatan kepada kelompok sasaran target groups, melainkan juga
menyangkut faktor-faktor hukum, politik, ekonomi, sosial yang langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku dari
berbagai pihak yang terlibat dalam program. Kesemuanya itu menunjukkan secara spesifik dari proses implementasi yang sangat
berbeda dengan proses formulasi kebijakan pendidikan. Implementasi kebijakan pendidikan sebenarnya tidak menjadi monopoli birokrasi
pendidikan yang secara hirarkis dilakukan dari paling atas kantor Kementerian Pendidikan Nasional sampai dengan paling bawah yaitu
Ranting Dinas Pendidikan dan Pengajaran. Dalam implementasi
30 kebijakan pendidikan, baik pemerintah, masyarakat serta sekolah
idealnya secara bersamaan dan saling bahu-membahu dalam bekerja dan melaksanakan tugas-tugasnya demi suksesnya implementasi
kebijakan pendidikan tersebut.
2. Teori Implementasi Kebijakan Pendidikan
Solichin Abdul Wahab via
Arif Rohman, 2012: 107 mengatakan
teori-teori yang
menonjol adalah
teori yang
dikembangkan oleh : a. Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn
Dua ahli yang bernama Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn ini oleh para ahli ilmu politik dikelompokkan sebagai
pencetus teori yang menggunakan pendekatan ‘ the top-down
approach’. Menurut
kedua ahli
ini, untuk
dapat mengimplementasikan suatu kebijakan secara sempurna
perfect implementation, maka dibutuhkan banyak syarat. Syarat-syarat
tersebut adalah: 1 Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan atau instansi
pelaksana tidak akan menimbulkan gangguan atau kendala yang serius.
2 Untuk pelaksanaan suatu program, harus tersedia waktu dan sumber-sumber yang cukup memadai.
3 Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan harus benar-benar ada atau tersedia.
31 4 Kebijakan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu
hubungan kausalitas yang handal. 5 Hubungan kausalitas tersebut hendaknya bersifat langsung
dan hanya sedikit mata rantai penghubungnya. 6 Hubungan saling ketergantungan harus kecil.
7 Adanya pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan
8 Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat.
9 Adanya komunikasi dan koordinasi yang sempurna. 10 Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaaan dapat
menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna. b. Van Meter dan Van Horn
Van Meter dan Van Horn mengawali gagasan teorinya dengan mengajukan pertanyaan mengapa ada implementasi yang
berhasil dan mengapa ada implementasi yang gagal? Pertanyaan itu kemudian dijawabnya sendiri dengan menyampaikan enam
variabel yakni dua varabel utama dan empat variabel tambahan yang membentuk kaitan antara kebijakan dan kinerja kebijakan.
Keenam variabel tersebut meliputi: standar dan tujuan kebijakan sumber
daya, komunikasi,
interorganisasi dan
aktivitas pengukuhan, karakteristik agen pelaksana, kondisi sosial,
ekonomi, dan politik, serta karakter pelaksana.