33 pelajaran produktif yang relevan dengan tuntutan pembangunan,
masyarakat, dan industri. Prakerin merupakan salah satu program dalam KTSP yang bertujuan untuk mencapai tingginya mutu dan relevansi
lembaga pendidikan melalui peran serta industri. Relevansi adalah tingkat kesesuaian, sehingga dapat disimpulkan bahwa kesesuaian yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah tingkat kesesuaian antara kompetensi mata pelajaran produktif yang telah diberikan kepada siswa dengan pekerjaan
yang dilakukan saat melaksanakan prakerin.
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang mendukung mengenai relevansi kurikulum dengan kebutuhan industri antara lain penelitian Zainur Rofiq 1996:93
tentang relevansi materi kejuruan SMK program studi mesin produksi dengan tugas-tugas jabatan setingkat operator di industri permesinan. Hasil penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa ditinjau dari standar normatif tingkat relevansi menunjukkan bahwa 29,7 materi kejuruan sangat relevan, 11,4 cukup
relevan, dan 58,9 kurang relevan. Tingkat relevansi menurut standar industri menunjukkan bahwa 56,6 materi kejuruan sangat relevan, 22 cukup
relevan, dan 21,4 kurang relevan. Penelitian Ruswid 2000 tentang relevansi kurikulum dan peralatan
pelatihan kerja kejuruan mekanik motor bensin pada BLKKP Yogyakarta dengan kebutuhan industri otomotif di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada
penelitian tersebut disimpulkan bahwa tingkat relevansi kurikulum dengan
34 kebutuhan industri otomotif mencapai 89,9, dan tingkat relevansi peralatan
pelatihan kerja kejuruan mekanik motor bensin menurut persepsi industri sebesar 100, serta tingkat kepemilikan peralatan sebesar 77.
Penelitian Marzuni 1999 tentang relevansi materi pembelajaran teknik permesinan kurikulum SMK tahun 1994 program studi mesin produksi dengan
keterampilan permesinan di industri logam dan permesinan di DIY. Kesimpulan yang diperoleh tingkat relevansi materi yang diajarkan di SMK
dengan yang dibutuhkan industri sebesar 100. Materi teknik permesinan yang diajarkan di SMK dan tidak dibutuhkan di industri adalah sebesar 0,
materi yang tidak diajarkan di SMK namun dibutuhkan di industri sebesar 17,39, sedangkan materi yang tidak diajarkan dan tidak dibutuhkan industri
sebesar 6,52. Penelitian Agus Budiman 1989 tentang relevansi kurikulum STM
Otomotif dengan kebutuhan kemampuan tenaga kerja industri otomotif. Berdasarkan penelitian tersebut didapat kesimpulan bahwa materi praktek di
STM yang sesuai dengan tugas nyata di lapangan sebanyak 72,6. Materi yang tidak diajarkan dan dibutuhkan lapangan sebesar 12,1. Materi praktek
yang diajarkan tidak dibutuhkan di lapangan sebesar 8,1. Materi praktek yang diajarkan, dan dianggap perlu diajarkan meskipun di lapangan tidak ada
sebanyak 7,2. Secara keseluruhan indeks relevansi materi praktek dengan kebutuhan di lapangan sebesar 72,6.