86 diberikan di sekolah siswa sering hanya sebagai penonton karena belum
memiliki kompetensi apapun atas pekerjaan tersebut. Tak jarang siswa harus menunggu instruksi dari mekanik mengenai hal-hal yang harus
dilakukan. Dikarenakan sering melihat mekanik bekerja, lambat laun mekanik memberi kesempatan siswa melaksanakan pekerjaan tersebut
dengan bimbingan yang intens mengenai langkah-langkah penanganannya. Kondisi tersebut serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Marzuni 1999 yang mengatakan bahwa materi yang tidak diajarkan di SMK namun dibutuhkan di industri sebesar 17,39. Hasil penelitian dari
Agus Budiman tahun 1989 tentang relevansi kurikulum STM Otomotif dengan kebutuhan kemampuan tenaga kerja industri otomotif juga
menyimpulkan bahwa terdapat 12,1 materi yang tidak diajarkan tetapi dibutuhkan di lapangan. Pada penelitiannya Marzuni juga mengatakan
sebesar 17,39 materi yang tidak diajarkan di SMK namun dibutuhkan di industri. Hasil kedua peneliti tersebut walaupun program studi SMKnya
tidak sama tetapi mengandung arti dan tujuan utama penyelenggaraan SMK yang sama. Tujuan penyelenggaraan SMK yaitu mempersiapkan
perserta didiknya menjadi tenaga kerja tingkat menengah sesuai kebutuhan kompetensi kerja di industri serta mampu mengembangkan sikap
profesional di bidang pekerjaannya masing-masing sehingga seyogyanya pelaksanaan KTSP SMK Perindustrian merupakan replika dari kondisi
industri.
87
5. Tingkat Relevansi Antara Kompetensi Mata Pelajaran Produktif
dengan Pekerjaan Siswa dalam Pelaksanaan Prakerin
Basuki Wibawa 2005:130 mengatakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkelanjutan terus, harus diimbangi pula hal substansi
material yang diajarkan pada semua jenjang pendidikan. Perbaikan penyelenggaraan sistem pendidikan di SMK sudah seharusnya diusahakan
mengikuti perkembangan
kebutuhan industri,
sehingga kendala
menyediakan sumber daya manusia yang dibutuhkan dunia industri dapat diminimalisir. Terwujudnya visi pendidikan dan penyediaan tenaga kerja
yang handal merupakan penunjang pertumbuhan ekonomi, dan menghantarkan masyarakat ke kehidupan sosial yang lebih baik. Upaya
pengembangan kurikulum SMK termasuk salah satu upaya pembaharuan penyelenggaraan pendidikan di tingkat pendidikan menengah. Kurikulum
merupakan salah satu aspek penting yang menentukan kualitas mutu lulusan lembaga pendidikan kejuruan.
Pada buku konsep dan model pengembangan kurikulum, Zainal Arifin 2011:3 mengatakan kurikulum merupakan alat untuk mencapai
tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan menengah khususnya SMK TKR dapat dengan mudah terwujud apabila ditunjang dengan kurikulum yang
relevan terhadap tuntutan kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja. Pendapat tersebut diperkuat oleh Basuki Wibawa 2005:45 yang
mengatakan bahwa ketidakserasian antara hasil pendidikan dengan kebutuhan tenaga kerja antara lain disebabkan oleh kurikulum.
Tingkat relevansi antara kompetensi mata pelajaran produktif dalam
88 pelaksanaan prakerin sebesar 94 dengan kriteria sangat relevan. Rincian
relevansi kompetensi mata pelajaran produktif adalah sebagai berikut relevansi dasar kompetensi kejuruan terhadap pekerjaan siswa sebesar
98 dengan kriteria sangat relevan. Angka tersebut mengandung arti bahwa kompetensi dasar kompetensi kejuruan diimplementasikan oleh
sebagian besar siswa di tempat prakerin masing-masing. Dasar kompetensi kejuruan tersebut menjadi dasar atau standar sikap kerja seluruh siswa
pada saat melaksanakan pekerjaan di industri. Rata-rata tingkat relevansi kompetensi kejuruan dengan pekerjaan siswa rata-rata sebesar 91 yang
termasuk dalam kriteria sangat relevan. Hasil penelitian tersebut lebih besar dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Agus Budiman pada tahun
1989 dimana relevansi materi praktek dengan kebutuhan di industri yang mencapai 72,6, serta hasil penelitian dari Zainur Rofiq 1996 sebesar
56,6. Perolehan hasil penelitian ini yang lebih besar dari penelitian Agus Budiman dimungkinkan karena tingkat ekonomi masyarakat sekarang
yang cukup tinggi sehingga mampu memiliki kendaraan lebih dari satu. Angka penjualan kendaraan yang tiap tahun semakin meningkat bahkan
pembelian kendaraan bekas dari daerah lain sangat tinggi. Makna dari ungkapan tersebut adalah jumlah kendaraan, merk, asal-usul daerah
kendaraan bekas, dan vareasi tahun pembuatan kendaraan yang semakin banyak maka permasalahan kerusakan pada kendaraan akan semakin
bervareasi pula. Vareasi jumlah kerusakan inilah yang dimungkinkan dapat meningkatkan tingkat intensitas implementasi kompetesi mata