85
75 siswa dengan kenaikan sebesar 12,8. Keterampilan mengkomunikasikan siswa siklus II ini meningkat jika dibandingkan dengan keterampilan
mengkomunikasikan siswa pada siklus I yang ditunjukkan oleh 79,5 siswa dengan kenaikan sebesar 4,6. Keterampilan menerapkan siswa siklus II ini
meningkat jika dibandingkan dengan keterampilan menerapkan siswa pada siklus I yang ditunjukkan oleh 47 siswa dengan kenaikan sebesar 25,6. Sedangkan
rata-rata keterampilan proses siklus II ini juga meningkat jika dibandingkan dengan rata-rata nilai keterampilan proses siklus I yang ditunjukkan oleh 72,3
dengan kenaikan sebesar 11,9. Hasil pembandingan rata-rata siswa yang telah menguasai keterampilan
proses pada siklus I dengan siklus II dapat terlihat pada diagram di bawah ini.
Gambar 10. Diagram batang pembandingan tingkat persentase keterampilan proses IPA siklus I dan siklus II
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa semua aspek keterampilan proses pada siklus II meningkat apabila dibandingkan dengan siklus I. Peningkatan
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Keterampilan Proses IPA Siklus
I
Keterampilan Proses IPA Siklus
II
86
keterampilan proses yang paling tinggi ditunjukkan oleh aspek keterampilan menerapkan 25,6, sedangkan peningkatan keterampilan proses yang paling
rendah ditunjukkan oleh keterampilan mengkomunikasikan 4,6.
2 Hasil belajar IPA siklus II
Seperti halnya pada siklus I, data mengenai hasil belajar IPA diperoleh melalui soal tes. Tes diambil setelah kegiatan pembelajaran dilakukan. Berikut ini
hasil tes pada pembelajaran siklus II. Tabel 15. Rangkuman data hasil belajar siklus II
No. Kategori Frekuensi siswa
Persentase 1.
≥KKM 29
90,6 2.
KKM 3
9,4 Jumlah
32 100
Nilai rata-rata 84,09
Dari hasil nilai tes di atas terlihat bahwa nilai rata-rata tes sudah berada dalam kriteria baik dengan nilai rata-rata 84,09. Rata-rata ini sudah memenuhi
kriteria ketuntasan nilai yang diharapkan yakni 75, bahkan 9,09 lebih besar dari nilai ketuntasan yang diharapkan. Jumlah siswa yang memenuhi KKM juga sudah
berada dalam kriteria sangat baik yaitu 90,6 melebihi 15,6 dari target yang diharapkan.
87
Gambar 11. Diagram batang pembandingan nilai rata-rata tes siklus I dan siklus II Dari diagram di atas dapat terlihat bahwa nilai rata-rata siklus II ini
meningkat jika dibandingkan dengan nilai rata-rata pada pelaksanaan pembelajaran siklus I yang hanya memiliki nilai rata-rata 78,51 dengan kenaikan
sebesar 5,58. Hasil pembandingan Tuntas Belajar Klasikal Siklus I dan Siklus II dapat
dilihat pada gambar 12 berikut.
Gambar 12. Diagram batang pembandingan Tuntas Belajar Klasikal Siklus I dan Siklus II
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Siklus I Siklus II
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Tuntas Tidak Tuntas
Per sen
tase Tuntas Belajar
Klasikal Siklus I
Tuntas Belajar Klasikal Siklus II
78,51 84,09
88
Berdasarkan gambar 12, terlihat bahwa jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat jika dibandingkan siklus I yang hanya mencapai 60,7 dengan
kenaikan sebesar 20,9. Sedangkan jumlah siswa yang tidak memenuhi KKM menurun jika dibandingkan siklus I yang mencapai 30,3 dengan penurunan
sebesar 20,9.
3 Hasil observasi penerapan model pembelajaran berbasis proyek
Berdasarkan observasi keterlaksanaan pembelajaran pada siklus II didapat hasil bahwa tahap pembelajaran menggunakan model PjBL telah dilaksanakan
guru dengan baik dan berurutan. Setiap aspek kegiatan guru dalam tahap pembelajaran dilakukan dengan lengkap. Guru telah menguasai langkah- langkah
pembelajaran dengan model PjBL.
4 Hasil angket respon siswa
Analisis angket respon peserta didik terhadap pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran berbasis proyek didapat hasil seperti Tabel 15.
Angket terdiri dari 12 pernyataan. Tabel 16. Rangkuman analisis angket respon siswa
Jumlah siswa Jumlah skor Skor rata-rata Persentase
Angket respon siswa
32 373
11,65 97,1
Berdasarkan tabel 16 respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran berbasis proyek termasuk dalam kategori sangat baik 97,1. Hal ini dapat
diartikan bahwa siswa tertarik dengan model pembelajaran berbasis proyek untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA di kelas.
89
e. Refleksi
Refleksi pada siklus II maksudnya adalah untuk mengetahui apakah upaya perbaikan yang telah direncanakan berjalan dengan baik. Setelah dilakukan upaya
perbaikan pada siklus II, siswa sudah mulai terbiasa dengan kegiatan di kelas yang lebih banyak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa sudah
mulai memahami petunjuk kerja sehingga dapat melakukan percobaan dengan baik. Keterampilan proses yang dikuasai siswa serta hasil belajar IPA juga
meningkat dari siklus sebelumnya sehingga siklus ini dihentikan.
B. Pembahasan
Penerapan pembelajaran berbasis proyek ini bertujuan untuk memperbaiki keterampilan proses dan hasil belajar IPA sehingga diharapkan siswa akan lebih
aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasarkan gambar 6 yang menyajikan perbandingan keterampilan proses
pratindakan dengan siklus I dapat dibaca bahwa seluruh aspek keterampilan proses, yaitu keterampilan mengamati, keterampilan mencoba, keterampilan
menafsirkan, keterampilan menyimpulkan, keterampilan mengkomunikasikan, dan keterampilan menerapkan mengalami peningkatan yang cukup tajam dari
pratindakan ke siklus I. Berdasarkan data pratindakan dapat terlihat bahwa nilai keterampilan proses pratindakan termasuk dalam kategori rendah. Hal ini
dikarenakan pembelajaran yang diterapkan guru pada saat pratindakan masih menerapkan metode konvensional, yaitu guru menjelaskan materi pelajaran di
depan kelas dan siswa duduk rapi menyimak dari buku teks. Setelah
90
diterapkannya pembelajaran berbasis proyek pada siklus I keterampilan proses siswa meningkat ke kategori cukup.
Aspek keterampilan proses yang mengalami peningkatan tinggi dari pratindakan ke siklus I adalah keterampilan mencoba dan keterampilan
menerapkan. Keterampilan mencoba mengalami peningkatan sebesar 66 yaitu dari 0 menjadi 66. Sedangkan keterampilan menerapkan mengalami
peningkatan sebesar 47 yaitu dari 0 menjadi 47. Kedua aspek keterampilan proses ini meningkat tinggi dikarenakan pada saat pratindakan siswa belum
dilatihkan kedua aspek keterampilan proses tersebut. Kegiatan pembelajaran pada pratindakan masih menggunakan model konvensional, yaitu guru menjelaskan
materi pelajaran di depan kelas dan siswa duduk rapi menyimak dari buku teks. Dengan diterapkannya pembelajaran berbasis proyek pada siklus I, maka kedua
aspek keterampilan tersebut mulai dilatihkan sehingga hasilnya mengalami peningkatan yang tajam. Menurut Ridwan Abdullah Sani 2013: 175, PjBL
memungkinkan siswa untuk melakukan aktivitas belajar saintifik berupa kegiatan: 1 bertanya, 2 melakukan pengamatan, 3 melakukan penyelidikan atau
percobaan, 4 menalar, dan 5 menjalin hubungan dengan orang lain dalam upaya memperoleh informasi atau data. Sejalan dengan Ridwan Abdullah Sani, Thomas
Made Wena, 2010: 145 menyebutkan bahwa fokus pembelajaran berbasis proyek terletak pada konsep dan prinsip dari suatu disiplin ilmu, melibatkan siswa
dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberikan kesempatan siswa bekerja secara otonom dalam mengonstruksi
pengetahuan mereka sendiri dan mencapai puncaknya untuk menghasilkan produk
91
nyata. Namun karena hasil pada siklus I belum memenuhi kriteria keberhasilan, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II.
Untuk mengetahui penguasaan konsep dari materi yang diajarkan diadakan tes hasil belajar. Berdasarkan gambar 7 yang menyajikan perbandingan rata-rata
hasil belajar siswa pratindakan dengan siklus I menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat dari kategori cukup 72,08 ke kategori baik 78,51. Sedangkan
Tuntas Belajar Klasikal meningkat dari kategori kurang sekali 32,3 ke kategori cukup 60,7. Peningkatan tersebut dikarenakan dalam pembelajaran
berbasis proyek siswa aktif dalam pembelajaran dan tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, namun siswa juga melakukan percobaan serta merancang dan
membuat proyek, sehingga pemahaman konsep siswa lebih mendalam. Gaer Made Wena, 2010: 145 menyebutkan bahwa pembelajaran berbasis proyek
memiliki potensi yang besar untuk memberi pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa. Sejalan dengan pendapat Gaer, Ridwan
Abdullah Sani 2013: 174 menyebutkan bahwa pembelajaran berbasis proyek dilakukan untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
dengan cara membuat karya atau proyek yang terkait dengan materi ajar atau kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa. Namun karena belum memenuhi
kriteria keberhasilan hasil belajar IPA, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan beberapa perbaikan.
Setelah dilaksanakan tindakan sampai pada siklus II, berdasarkan data hasil observasi keterampilan proses yang telah dilaksanakan tercatat keterampilan
proses yang paling tinggi baik pada siklus I maupun siklus II adalah keterampilan
92
mengamati. Keterampilan mengamati dalam penelitian ini ditandai dengan adanya penggunaan lebih dari satu alat indera untuk mengamati objek percobaan dengan
cermat, teliti, dan lengkap. Penilaian keterampilan ini dilakukan observer ketika siswa melakukan pengamatan terhadap alat-alat percobaan yang dilakukan.
Apakah siswa hanya mengamati menggunakan indera penglihatan saja, ataukah siswa juga menggunakan indera yang lainnya seperti peraba.
Berdasarkan data keterampilan mengamati diperoleh nilai persentase untuk keterampilan mengamati termasuk dalam kategori baik 84 pada siklus I dan
meningkat ke kategori sangat baik 94 pada siklus II. Hal ini disebabkan karena keterampilan mengamati merupakan keterampilan proses yang paling mendasar,
jadi sebagian besar siswa sudah menguasai dengan baik. Menurut Patta Bundu 2006: 25, kemampuan melakukan observasi merupakan keterampilan yang
paling mendasar dalam IPA serta merupakan hal yang terpenting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses lainnya. Keterampilan
mengamati tidak hanya menggunakan indera penglihatan saja. Dalam melakukan observasi dapat menggunakan lebih dari satu antara lain indera penglihatan,
perasa, pendengaran, pengecap, dan atau penciuman. Guru dapat melatih siswa untuk terampil dalam mengamati berbagai makhluk, benda, dan kenyataan di
sekitarnya. Oleh karena itu, saat melakukan pengamatan ditekankan agar siswa melakukannya dengan jujur dan objektif.
Aspek keterampilan proses yang paling rendah baik pada siklus I maupun pada siklus II adalah keterampilan menerapkan. Keterampilan menerapkan dalam
penelitian ini ditandai dengan dapat terselesaikannya hasil karya dengan baik dan