Manfaat Teoretis Manfaat Praktis
10
melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal Sugihartono, 2007: 81.
Menurut Wina Sanjaya 2011: 26, pembelajaran diartikan sebagai proses kerjasama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber
yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa seperti minat, bakat, dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang
ada di luar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Jadi dalam suatu pembelajaran tidak hanya
menitikberatkan pada kegiatan guru atau kegiatan siswa saja tetapi guru dan siswa secara bersama-sama berusaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Yunus Abidin 2014: 6, pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa guna mencapai hasil belajar tertentu di bawah bimbingan,
arahan, dan motivasi guru. Berdasarkan pendapat ini terlihat bahwa pembelajaran bukanlah proses yang didominasi oleh guru. Pembelajaran adalah proses yang
menuntut siswa secara aktif kreatif melakukan sejumlah aktivitas sehingga siswa benar-benar membangun pengetahuannya secara mandiri dan berkembang pula
kreativitasnya. Dari berbagai pengertian pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah interaksi dua arah dari seorang guru dan siswa, di mana antara keduanya terjadi komunikasi dua arah yang intens dan terarah di dalam
lingkungan belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pembelajaran terjadi dua arah artinya guru bukan sebagai pentransfer pengetahuan
utama tetapi siswa bisa mendapatkan pengetahuan dari sumber lainnya.
11
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Struktur kognitif anak
tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan. Anak perlu dilatih dan diberi kesempatan untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan dan dapat
berpikir serta bertindak secara ilmiah. Hal ini sejalan dengan pendapat Claxton. Menurut Claxton Usman Samatowa, 2011: 9, pendidikan IPA akan dapat
ditingkatkan, bila anak dapat berkelakuan seperti seorang ilmuwan bagi diri mereka sendiri, dan jika mereka diperbolehkan dan didorong untuk melakukan hal
itu. Kegiatan anak di kelas diantisipasi serupa dengan apa yang sesungguhnya dilakukan ilmuwan dalam percobaan mereka, namun dengan situasi yang berbeda,
yaitu disesuaikan dengan struktur kognitif anak. Apabila para ilmuwan melakukan percobaan untuk menghasilkan teori, maka anak melakukan kegiatan serupa untuk
memahami dan menguasai konsep baru atau menguji berbagai ide. Menurut Sri Sulistyorini 2007: 8, pembelajaran IPA harus melibatkan
keaktifan siswa secara penuh active learning dengan cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada siswa untuk
melakukan keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman
yang dibutuhkan. Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
IPA di SD hendaknya menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses IPA. Pemahaman ini diperlukan agar nantinya
siswa dapat tanggap terhadap isi-isu yang terjadi yang terjadi. Selanjutnya, siswa