deterministic trend. Setelah dilakukan pengujian kointegrasi dengan EViews 4.1.,
maka masing-masing kelompok bank dalam penelitian ini memiliki deterministic trend
yang berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan kondisi data masing-masing kelompok bank tersebut. Bank Persero menunjukkan bahwa
data level-nya tidak memiliki deterministic trends dan persamaan kointegrasinya memiliki intersep. BUSN Devisa menunjukkan bahwa data level-nya memiliki
quadratic trends dan persamaan kointegrasinya memiliki linear trends, sedangkan
BUSN Non Devisa menunjukkan bahwa data level dan persamaan kointegrasinya memiliki linear trends. Adapun hasil pengujian kointegrasi dapat dilihat pada
Tabel 5.4. Tabel 5.4. Hasil Pengujian Kointegrasi
Trace Statistic H R=0
R=1 R=2
R=3 R=4
R=5
Kelompok Bank
1
H R=1 R=2
R=3 R=4
R=5 R=6
Bank Persero 146.58
93.18
51.18 26.79
11.95
4.34 5 Critical Value
102.14 76.07
53.12 34.91
19.96 9.24
BUSN Devisa 125.41
79.33
45.30 23.28
7.86
3.36 5 Critical Value
104.94 77.74 54.64
34.55 18.17
3.74
BUSN Non Devisa 119.06
70.69
30.10 16.00
5.49
- 5 Critical Value
87.31 62.99
42.44 25.32
12.25 -
Sumber : Lampiran 4 masing-masing bank. Keterangan : Cetak tebal menunjukkan bahwa trace statistic 5 dan menunjukkan rank
kointegrasi. Cetak miring menunjukkan critical value pada 5.
Berdasarkan pengujian kointegrasi di atas, maka dapat dilihat bahwa Bank Persero, BUSN Devisa, dan BUSN Non Devisa masing-masing memiliki dua rank
kointegrasi pada taraf nyata 5 yang digunakan. Artinya, secara multivariate pada masing-masing kelompok bank tersebut terdapat dua persamaan linear
jangka panjang yang dikandung di dalam model. Dengan adanya kointegrasi, maka hasil estimasi selanjutnya menggunakan model VECM.
5.3.5. Hasil Estimasi VECM
Setelah dilakukan pengujian kointegrasi pada sistem VAR sebelumnya dan ternyata dibuktikan bahwa terdapat kointegrasi pada masing-masing kelompok
bank, maka analisis responsifitas kredit investasi terhadap berbagai variabel makroekonomi dan perbankan yang terdapat dalam penelitian ini dikombinasikan
dengan model VECM. Model VECM memberikan dua output estimasi utama Besimi, Pugh, dan Adnett, 2006, yakni mengukur cointegrating atau hubungan
keseimbangan jangka panjang antar variabel, serta mengukur error-correction atau kecepatan variabel-variabel tersebut dalam bergerak menuju keseimbangan
jangka panjangnya. Jadi, dengan VAR-VECM, maka dapat diketahui hubungan jangka pendek serta jangka panjang antar variabel. Dalam penelitian ini,
signifikansi suatu variabel terhadap variabel lainnya dinilai pada taraf nyata 5.
5.3.5.1. Hasil Estimasi VECM Bank Persero
Tabel 5.5. merupakan hasil estimasi VECM kredit investasi pada Bank Persero yang memperlihatkan hubungan variabel pada jangka pendek maupun
jangka panjang. Berdasarkan tabel tersebut maka dapat dilihat bahwa pada jangka pendek tidak ada satu variabel pun yang signifikan terhadap kredit investasi. Hal
ini terjadi karena suatu variabel bereaksi terhadap variabel lainnya membutuhkan waktu lag dan pada umumnya reaksi suatu variabel terhadap variabel lainnya
terjadi dalam jangka panjang. Pada Bank Persero, terbukti adanya mekanisme penyesuaian dari jangka pendek ke jangka panjangnya yang ditunjukkan dengan
kointegrasi yang signifikan dan bernilai negatif. Koefisien pada kointegrasi tersebut berarti bahwa setiap bulan kesalahan dikoreksi sebesar 0.284079 persen
untuk menuju ke keseimbangan jangka panjang.
Tabel 5.5. Hasil Estimasi VECM Bank Persero
JANGKA PENDEK Variabel
Koefisien T-
Statistic
CointEq1 -0.284079
-4.17130 CointEq2
0.004136 4.10809
DLN_KI-1
0.214724
1.69464 DSKI-1
-0.015936
-1.56872 DLN_IP-1
0.006945
0.26746 DSBI-1
0.013272
1.28749 DLN_DPK-1
-0.088028
-0.85013 DNPL-1
0.003606
1.01519
JANGKA PANJANG Variabel
Koefisien T-
Statistic
LN_IP-1 -3.865066
7.57190 SBI-1
-0.067735 2.54115
LN_DPK-1
-0.458771
0.49578 NPL-1
-0.074714 3.36764
C 28.65220
-3.47169
Sumber : Lampiran 5 Bank Persero. Keterangan : Cetak tebal menunjukkan bahwa variabel signifikan pada taraf nyata 5.
Pada Tabel 5.5. juga dapat dilihat bahwa dalam jangka panjang, semua variabel berpengaruh secara signifikan terhadap kredit investasi, kecuali Dana
Pihak Ketiga DPK. Variabel indeks Industrial Production berpengaruh negatif secara signifikan terhadap kredit investasi, yakni jika terjadi kenaikan sebesar satu
persen pada indeks Industrial Production, maka kredit investasi akan turun
sebesar 3,865066 persen. Hal ini memang berbeda dari hipotesis, tetapi hal ini
kemungkinan terjadi karena pertumbuhan produksi justru meningkatkan jenis
kredit lain dari Bank Persero, seperti kredit konsumsi maupun kredit modal kerja mengingat banyaknya permintaan debitur akan dua jenis kredit tersebut yang
jangka waktu pengembaliannya relatif lebih singkat dibandingkan dengan kredit investasi. Sehingga pihak bank pun bersedia untuk ekspansi dalam dua jenis kredit
tersebut. Suku bunga SBI berpengaruh negatif secara signifikan terhadap kredit
investasi, dimana nilai koefisien pada tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa ketika terjadi kenaikan sebesar satu persen pada suku bunga SBI, maka kredit investasi
akan turun sebesar 0,067735 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin
meningkat suku bunga SBI, maka bank akan lebih tertarik untuk menyimpan kelebihan likuiditasnya pada SBI daripada menyalurkan kredit investasi. SBI
dianggap oleh bank sebagai aset yang likuid dan relatif kurang berisiko, sehingga dalam kondisi suku bunga yang tinggi SBI dianggap sebagai alternatif utama
untuk menanamkan dananya. Bank lebih memilih berperilaku aman dengan cara menempatkan dana di SBI, meskipun margin yang diperoleh relatif kecil. Karena
itu, sebagai kompensasi untuk meningkatkan margin labanya, bank memilih menyalurkan kredit ke sektor konsumsi yang mampu memberi margin bunga
lebih tinggi, waktu pengembalian yang lebih singkat, dan dianggap lebih aman dibandingkan kredit investasi ke sektor riil. Hal inilah yang dapat menjelaskan
mengapa kredit investasi Bank Persero tergerus oleh tingginya kredit konsumsi. Terakhir, variabel Non Performing Loan NPL berpengaruh negatif secara
signifikan terhadap kredit investasi, yakni kenaikan sebesar satu persen pada NPL
akan menurunkan kredit investasi sebesar 0,074714 persen. Hal ini sesuai dengan
teori dan fakta yang ada pada saat ini, yaitu semakin tinggi NPL suatu bank, maka menyebabkan bank harus membentuk cadangan penghapusan yang lebih besar.
Karena itu, dana untuk ekspansi kredit menjadi teralihkan. Di samping itu, semakin besar NPL yang ada pada bank tersebut mengindikasikan bahwa bank
kurang memiliki kontrol yang baik terhadap penyaluran kredit kepada debitur yang berkualitas baik, sehingga ada kecemasan tersendiri dari pihak bank bahwa
peningkatan penyaluran kredit dengan risiko tertentu dikhawatirkan akan menambah rasio NPL-nya. Karena itu, bank akan mengurangi penyaluran
kreditnya. Terlebih lagi, dalam periode penelitian, NPL Bank Persero cenderung lebih tinggi dibandingkan dua kelompok bank lainnya.
5.3.5.2. Hasil Estimasi VECM BUSN Devisa
Tabel 5.6. memperlihatkan hasil estimasi hubungan variabel pada jangka pendek maupun jangka panjang pada BUSN Devisa. Berdasarkan tabel tersebut
maka dapat dilihat bahwa pada jangka pendek terdapat empat variabel yang signifikan terhadap kredit investasi. Terdapatnya beberapa variabel yang
signifikan pada jangka pendek dalam BUSN Devisa ditengarai karena aktivitasnya yang luas yang mencakup berbagai transaksi internasional, seperti jual beli valuta
asing, sehingga bank merespon lebih cepat dan dinamis terhadap perubahan berbagai variabel. Di samping itu, perbaikan kinerja yang ditunjukkan oleh BUSN
Devisa mengakibatkan revenue-nya mengalami peningkatan lebih tinggi dibandingkan kompetitor terdekatnya, yakni Bank Persero dan BUSN Non Devisa
yang notabene merupakan bank skala kecil sehingga respon terhadap perubahan
berbagai variabel pun lebih cepat. Variabel tersebut adalah kredit investasi itu sendiri pada lag pertama yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap
kredit investasi. Hal ini dapat dijelaskan bahwa kenaikan sebesar satu persen pada
kredit investasi akan menurunkan kredit investasi itu sendiri sebesar 0,291040
persen. Variabel kedua adalah NPL pada lag pertama yang berpengaruh negatif
secara signifikan terhadap kredit investasi, yakni ketika terjadi kenaikan sebesar satu persen pada NPL, maka akan menurunkan kredit investasi sebesar 0,043350
persen. Hubungan negatif antara NPL dan kredit investasi ini menunjukkan bahwa jika bank devisa dapat mempertahankan posisi NPL dalam batas aman, maka
dapat menstimulus peningkatan kredit investasi yang diharapkan dapat meningkatkan LDR kelak. Sesuai dengan teori ekonomi bahwa NPL yang rendah
dan LDR yang tinggi menunjukkan kinerja yang optimal, sepanjang bank tersebut mampu menjaga overhead cost dan cost of fund dengan tetap memperbesar
customer based. Variabel selanjutnya adalah suku bunga SBI pada lag kedua yang
berpengaruh positif secara signifikan terhadap kredit investasi, yakni ketika terjadi kenaikan sebesar satu persen pada suku bunga SBI, maka kredit investasi akan
meningkat sebesar 0,069263 persen.
Selanjutnya, variabel terakhir yang berpengaruh secara signifikan terhadap kredit investasi pada jangka pendek adalah suku bunga kredit investasi yang
secara negatif berpengaruh signifikan terhadap kredit investasi pada lag kedua. Nilai koefisiennya dapat diartikan bahwa ketika terjadi kenaikan sebesar satu
persen pada suku bunga kredit investasi, maka akan menurunkan kredit investasi
sebesar 0,066247 persen. Pada BUSN Devisa juga terdapat mekanisme penyesuaian dari jangka pendek ke jangka panjangnya yang ditunjukkan dengan
kointegrasi yang signifikan dan bernilai negatif. Nilai koefisien tersebut diartikan bahwa dari jangka pendek ke jangka panjang kesalahan dikoreksi setiap bulannya
sebesar 0.097395 persen. Tabel 5.6. Hasil Estimasi VECM BUSN Devisa
JANGKA PENDEK Variabel
Koefisien T-
Statistic
CointEq1 -0.097395
-2.90951 CointEq2
0.035090 4.40757
DLN_KI-1 -0.291040
-2.37982 DLN_KI-2
-0.184194
-1.43325 DNPL-1
-0.043350 -2.58308
DNPL-2
-0.008724
-0.52103 DSBI-1
0.035981
1.33656 DSBI-2
0.069263 2.55438
DSKI-1
-0.039781
-1.51067 DSKI-2
-0.066247 -2.46976
DLN_DPK-1
-0.080168
-0.41604 DLN_DPK-2
0.007496
0.03917 DLN_IP-1
0.087458
0.95232 DLN_IP-2
0.035335
0.58643 C
0.000741
0.03458 TREND 01:01
0.000181
0.39033
JANGKA PANJANG Variabel
Koefisien T-
Statistic
SBI-1 0.395431
-3.55522 SKI-1
-0.121369 2.33753
LN_DPK-1 -3.759605
1.98337 LN_IP-1
5.912945 -6.80154
TREND01:01
0.048999
- C
5.919998
-
Sumber : Lampiran 5 BUSN Devisa. Keterangan : Cetak tebal menunjukkan bahwa variabel signifikan pada taraf nyata 5.
Pada Tabel 5.6. juga dapat dilihat bahwa dalam jangka panjang, semua variabel berpengaruh secara signifikan terhadap kredit investasi. Variabel suku
bunga SBI berpengaruh positif secara signifikan terhadap kredit investasi, yakni ketika terjadi kenaikan sebesar satu persen pada suku bunga SBI, maka akan
menaikkan kredit investasi sebesar 0,395431 persen. Hal ini disebabkan oleh
semakin efisiennya kelompok BUSN Devisa dalam mengelola pendanaannya, yang diantaranya ditunjukkan oleh semakin rendahnya rasio biaya operasional
BOPO dari waktu ke waktu. Dengan adanya efisiensi ini, maka kenaikan suku bunga SBI tidak lantas direspon dengan kenaikan suku bunga kreditnya.
Meskipun spread antara suku bunga SBI dan SKI menjadi mengecil, tapi melalui peningkatan kemampuan manajemen risiko yang kini banyak dilakukan oleh bank
devisa, maka terciptalah image yang semakin baik dari bank devisa, dan pada akhirnya menumbuhkan kepercayaan debitur untuk mendapatkan kredit investasi
dari bank devisa. Pangsa pasar yang meningkat juga alasan kuat kelompok bank ini konsisten dalam kegiatan ekspansi kredit.
Selanjutnya, suku bunga kredit investasi berpengaruh negatif secara signifikan terhadap kredit investasi, yakni bahwa ketika terjadi kenaikan sebesar
satu persen pada suku bunga kredit investasi, maka kredit investasi akan turun
sebesar 0,121369 persen. Suku bunga kredit investasi yang tinggi pada umumnya
terjadi dalam kondisi tight money policy. Kondisi ini biasanya mengakibatkan suku bunga dana meningkat. Jika suku bunga kredit tidak dinaikkan, maka margin
laba bank akan berkurang. Tetapi, dalam kondisi suku bunga kredit yang tinggi bank meyakini bahwa debitur berisiko tinggi yang mempunyai keinginan
membayar suku bunga kredit investasi yang tinggi sehingga dikhawatirkan terjadinya moral hazard. Penyaluran kredit dengan risiko seperti ini akan
menambah aset yang berisiko sehingga mengharuskan bank untuk menambah modal. Di samping itu, Mishkin 2001 juga mengemukakan bahwa penetapan
suku bunga kredit yang tinggi pada bank hanya akan meningkatkan masalah Adverse Selection
pada bank yang bersangkutan karena individu dan perusahaan yang memiliki prospek investasi berisikolah yang mau menerima suku bunga
tinggi. Dengan kata lain, dalam penyaluran kredit tingkat suku bunga kredit bukanlah pertimbangan utama bank dalam memberikan kredit, melainkan
mempertimbangkan juga performa calon debitur tersebut serta sektor yang didukungnya. Lagipula, jika dilihat dari sisi debitur, maka permintaan debitur
terhadap kredit investasi dengan suku bunga tinggi pastilah akan rendah, mengingat kredit investasi merupakan kredit produktif, maka debitur yang
rasional pasti akan mencari kredit investasi dengan suku bunga rendah dan terjangkau untuk memperkecil pengeluaran usahanya dalam bentuk cicilan
bunga. Variabel DPK berpengaruh secara negatif terhadap kredit investasi. Nilai
koefisien tersebut dapat dijelaskan bahwa ketika terjadi kenaikan sebesar satu
persen pada DPK, maka akan menurunkan kredit investasi sebesar 3,759605
persen. Kondisi ini memang berbeda dari teori, tetapi jika dilihat pada kenyataannya bahwa struktur DPK BUSN Devisa didominasi oleh dana-dana
mahal dan berorientasi jangka pendek, seperti deposito dan tabungan. Karena itu, bank dihadapkan pada kondisi mismatch antara pendanaan dan penyaluran kredit
investasi. Dalam kondisi seperti ini, bank lebih memilih untuk menyalurkan kredit jangka pendek seperti kredit konsumsi dan kredit modal kerja yang lebih cepat
mendatangkan hasil bagi bank dibandingkan kredit investasi. Sementara, indeks Industrial Production
berpengaruh positif secara signifikan terhadap kredit investasi, yakni bahwa ketika terjadi kenaikan sebesar satu persen pada indeks
Industrial Production
, maka akan meningkatkan kredit investasi sebesar 5,912945
persen. Hal ini juga sesuai teori bahwa pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini melalui pertumbuhan produksi dan tabungan atau investasi memiliki
hubungan yang searah. Peningkatan pertumbuhan produksi akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga simpanan masyarakat pada bank juga meningkat.
Dari sisi debitur, semakin baik pertumbuhan produksi, maka semakin tinggi keinginan untuk melakukan investasi karena kepastian ekonomi juga meningkat.
Kebutuhan untuk investasi akan mendorong permintaan kredit investasi dari bank sebagai salah satu sumber pembiayaan investasi.
5.3.5.3. Hasil Estimasi VECM BUSN Non Devisa
Tabel 5.7. merupakan hasil estimasi VECM kredit investasi pada BUSN Non Devisa yang memperlihatkan hubungan variabel pada jangka pendek maupun
jangka panjang. Seperti halnya Bank Persero, berdasarkan tabel tersebut maka dapat dilihat bahwa pada jangka pendek tidak ada satu variabel pun yang
signifikan terhadap kredit investasi. Pada BUSN Non Devisa, terbukti adanya mekanisme penyesuaian dari jangka pendek ke jangka panjangnya yang
ditunjukkan dengan kointegrasi yang signifikan dan bernilai negatif, yakni setiap
bulan kesalahan dikoreksi sebesar 0.149952 persen untuk menuju ke
keseimbangan jangka panjang.
Tabel 5.7. Hasil Estimasi VECM BUSN Non Devisa
JANGKA PENDEK Variabel
Koefisien T-
Statistic
CointEq1 -0.149952
-5.09735 CointEq2
-0.043903 -4.30918
DLN_KI-1
0.027814
0.18068 DLN_KI-2
0.070744
0.46109 DSBI-1
0.021042
1.22714 DSBI-2
0.025823
1.57135 DSKI-1
-0.004780
-0.29883 DSKI-2
-0.015385
-0.98029 DLN_IP-1
-0.051073
-0.56601 DLN_IP-2
-0.019469
-0.33546 DLN_DPK-1
0.167772
0.99190 DLN_DPK-2
0.110842
0.65346 C
-0.003590
-0.44622
JANGKA PANJANG Variabel
Koefisien T-
Statistic
SKI-1 0.269291
-3.53003 LN_IP-1
11.15080 -5.82926
LN_DPK-1 -8.374836
4.18187 TREND01:01
0.021450
-1.91712 C
-11.23041 -
Sumber : Lampiran 5 BUSN Non Devisa. Keterangan : Cetak tebal menunjukkan bahwa variabel signifikan pada taraf nyata 5.
Pada Tabel 5.7. dapat dilihat bahwa dalam jangka panjang, semua variabel berpengaruh secara signifikan terhadap kredit investasi. Variabel suku bunga
kredit investasi berpengaruh positif secara signifikan terhadap kredit investasi, yakni ketika terjadi kenaikan sebesar satu persen pada suku bunga kredit investasi,
maka akan meningkatkan kredit investasi sebesar 0,269291 persen. Berbeda
halnya dengan BUSN Devisa, bahwa suku bunga kredit investasi yang tinggi pada BUSN Non Devisa justru direspon bank dengan peningkatan kredit investasinya.
Hal ini merupakan hal yang anomali karena seharusnya sesuai teori, tingginya
suku bunga kredit akan direspon bank dengan penurunan kreditnya seperti yang telah dijelaskan di atas. Hal ini kemungkinan terjadi karena minat BUSN Non
Devisa untuk melakukan ekspansi kredit investasi, mengingat selama periode penelitian perkembangan kredit investasi BUSN Non Devisa melambat, bahkan
cenderung mengalami stagnasi. Namun, karena kurangnya efisiensi BUSN Non Devisa, bank ini terpaksa belum dapat menekan suku bunga kredit investasinya
dibandingkan bank pesaingnya. Tetapi, karena selama periode penelitian NPL BUSN Non Devisa relatif stabil dan terjaga, maka bank tetap berminat untuk
ekspansi dengan pembelajaran bahwa performa debiturnya selama ini cukup baik. Selanjutnya, indeks Industrial Production berpengaruh positif secara signifikan
terhadap kredit investasi, dimana nilai koefisien pada tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa ketika terjadi kenaikan sebesar satu persen pada indeks
Industrial Production
, maka kredit investasi akan naik sebesar 11,15080 persen.
Hal ini sesuai hipotesis bahwa pertumbuhan produksi akan meningkatkan kredit investasi. Semakin baiknya perekonomian, maka akan meningkatkan kebutuhan
masyarakat untuk ekspansi usaha melalui investasi. Dengan perannya sebagai lembaga intermediasi, maka bank akan memobilisasi dana tersebut kembali
kepada masyarakat. Terakhir, DPK berpengaruh negatif secara signifikan terhadap kredit
investasi, yakni kenaikan sebesar satu persen pada DPK, akan menurunkan kredit
investasi sebesar 8,374836 persen. Seperti halnya BUSN Devisa, struktur
pendanaan DPK BUSN Non Devisa juga didominasi oleh dana jangka pendek. Meskipun Warjiyo 2006 mengemukakan bahwa DPK merupakan input bagi
bank untuk dapat menghasilkan kredit, tetapi dengan struktur DPK yang seperti ini maka bank mengalami kesulitan untuk meningkatkan penyaluran kredit
investasinya. Bank harus mendapatkan laba dalam jangka waktu yang sesuai dengan sumber penerimaannya yang rata-rata jangka pendek guna membayar
liabilities berupa bunga pada deposannya, sehingga kapasitas kredit investasi yang
sifatnya jangka panjang pun harus dikurangi penyalurannya.
5.3.6. Innovation Accounting
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa dalam analisis VAR- VECM terdapat dua poin penting pembahasan, yakni Impulse Response Function
IRF dan Forecast Error Variance Decomposition FEVD. Melalui IRF dan FEVD, maka dapat diketahui bagaimana respon kredit investasi terhadap
guncangan dari variabel lain, serta bagaimana fluktuasi kredit investasi dipengaruhi oleh proporsi variabel lain tersebut.
5.3.6.1. Impulse Response Function IRF
IRF bermanfaat untuk menunjukkan bagaimana respon suatu variabel dari sebuah shock dalam variabel itu sendiri dan variabel endogen lainnya. Dalam
mengidentifikasi respon kredit investasi pada IRF dalam model VECM ini, maka digunakanlah standar Cholesky Decomposition. Cholesky Decomposition
bertujuan untuk meng-generate impulse response yang tergantung secara krusial pada urutan ordering variabel dalam sistem Haug, Karagedikli, dan Ranchhod,
2003. Adapun ordering bagi IRF untuk masing-masing kelompok bank telah
sesuai dengan correlation matrix seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Dalam penelitian ini, jangka waktu yang digunakan dalam menganalisis respon
kredit investasi terhadap variabel makroekonomi dan perbankan diproyeksikan dalam 48 bulan empat tahun ke depan. Hasil selengkapnya bagi analisis IRF ini
dapat dilihat pada Lampiran 6 masing-masing kelompok bank. Sementara, dalam pembahasan akan ditunjukkan respon kredit investasi tersebut dalam bentuk grafik
sebagai berikut : a. Bank Persero
Respon Kredit Investasi Terhadap Guncangan Kredit Investasi Guncangan kredit investasi satu standar deviasi sebesar 0,030125 pada bulan
pertama akan menyebabkan peningkatan pada kredit investasi sebesar 3,01 persen. Hingga bulan ke-tujuh, guncangan kredit investasi direspon positif oleh
kredit investasi itu sendiri, meskipun semakin lama respon tersebut semakin berkurang. Misalnya saja, pada bulan ke-tujuh peningkatan kredit investasi
hanya sebesar 0,21 persen. Namun, mulai bulan ke-delapan guncangan pada kredit investasi justru mengakibatkan kredit investasi berkurang 0,14 persen.
Mulai periode ini hingga 48 bulan ke depan empat tahun, kredit investasi merespon negatif terhadap guncangan kredit investasi, dan semakin lama
guncangan ini mengakibatkan kredit investasi menurun dalam jumlah yang semakin besar. Misalnya saja, pada tahun pertama 12 bulan guncangan
tersebut mengakibatkan penurunan kredit investasi sebesar 1,17 persen. Pada periode dua tahun mendatang 24 bulan, tampak bahwa penurunan kredit
investasi semakin besar, yakni sebesar 2,34 persen. Respon kredit investasi
terhadap guncangan ini mulai mencapai keseimbangan pada periode jangka panjangnya, yakni pada bulan ke-39 pada kisaran 2,6 persen.
-.03 -.02
-.01 .00
.01 .02
.03 .04
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Response of LN_KI to LN_KI
-.03 -.02
-.01 .00
.01 .02
.03 .04
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Response of LN_KI to SKI
-.03 -.02
-.01 .00
.01 .02
.03 .04
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Response of LN_KI to LN_IP
-.03 -.02
-.01 .00
.01 .02
.03 .04
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Response of LN_KI to SBI
-.03 -.02
-.01 .00
.01 .02
.03 .04
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Response of LN_KI to LN_DPK
-.03 -.02
-.01 .00
.01 .02
.03 .04
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Response of LN_KI to NPL
Response to Cholesky One S.D. Innovations
Sumber : Lampiran 6 Bank Persero
Gambar 5.6. Respon Kredit Investasi Bank Persero Terhadap Guncangan Variabel Makroekonomi dan Perbankan
Respon Kredit Investasi Terhadap Guncangan Suku Bunga Kredit Investasi Kredit investasi tampak belum merespon guncangan suku bunga kredit
investasi sebesar satu standar deviasi, yakni sebesar 1,125584 pada bulan pertama. Guncangan ini mulai direspon negatif oleh kredit investasi pada
bulan ke-dua. Pada periode ini, guncangan suku bunga kredit investasi mengakibatkan penurunan kredit investasi sebesar 0,4 persen. Respon negatif
ini terus ditunjukkan oleh kredit investasi hingga bulan ke-tujuh. Namun, pada bulan ke-delapan tampak respon positif kredit investasi terhadap suku
bunga kredit investasi sebesar 0,08 persen. Respon positif ini semakin meningkat, ditandai pada proyeksi dua tahun ke depan 24 bulan, terjadi
peningkatan kredit investasi sebesar 0,63 persen. Respon kredit investasi terhadap guncangan ini mulai mencapai keseimbangan pada periode jangka
panjangnya, yakni pada bulan ke-39, dimana kredit investasi merespon positif guncangan tersebut sebesar 0,7 persen.
Respon Kredit Investasi Terhadap Guncangan Indeks Industrial Production Guncangan indeks Industrial Production sebesar satu standar deviasi
0,192656 pada bulan pertama ternyata belum direspon oleh kredit investasi. Mulai bulan ke-dua, guncangan pada IP direspon positif oleh kredit investasi
sebesar 0,5 persen. Namun, semakin lama respon positif kredit investasi terhadap guncangan IP semakin berkurang. Pada tahun pertama 12 bulan,
kredit investasi meningkat sebesar 0,2 persen, dan tahun ke-dua peningkatannya hanya 0,11 persen. Akhirnya, respon kredit investasi
terhadap guncangan IP mulai mencapai keseimbangan pada bulan ke-29,
dimana kredit investasi merespon positif guncangan tersebut sebesar 0,09 persen. Respon positif kredit investasi terhadap guncangan IP tersebut sesuai
teori, bahwa peningkatan pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan perbaikan pada produksi sektor industri akan meningkatkan minat
masyarakat untuk mengembangkan usahanya. Melalui ketersediaan dana yang juga meningkat pada bank, maka penyaluran kredit investasi pun akan
meningkat. Respon Kredit Investasi Terhadap Guncangan Suku Bunga SBI
Guncangan suku bunga SBI satu standar deviasi sebesar 1,108051 belum direspon oleh kredit investasi pada bulan pertama. Pada bulan ke-dua dan ke-
tiga, guncangan tersebut direspon positif oleh kredit investasi sebesar 0,4 persen dan 0,1 persen. Akan tetapi, mulai bulan ke-empat hingga jangka
panjangnya guncangan suku bunga SBI direspon negatif oleh kredit investasi yang ditandai dengan fluktuasi penurunan kredit investasi pada kisaran
negatif 0,1 persen hingga negatif 1,4 persen. Keseimbangan dicapai sekitar bulan ke-39, dimana guncangan sudah tidak berpengaruh lagi dan berada
pada kisaran negatif 1,42 persen. Respon positif pada awal periode terhadap inovasi suku bunga SBI merupakan proses penyesuaian dengan time lag
tertentu menuju keseimbangan jangka panjangnya yang ditunjukkan dengan respon yang negatif. Respon negatif tersebut menunjukkan bahwa semakin
tinggi suku bunga SBI, maka bank lebih tertarik untuk mengalokasikan dananya pada SBI yang risikonya rendah daripada menyalurkan kredit
investasi di tengah situasi suku bunga yang tinggi.
Respon Kredit Investasi Terhadap Guncangan DPK Guncangan DPK sebesar satu standar deviasi 0,041153 juga tampak belum
direspon oleh kredit investasi pada bulan pertama. Mulai bulan ke-dua hingga periode jangka panjangnya 48 bulan, tampak bahwa guncangan
DPK direspon negatif oleh kredit investasi yang ditandai dengan menurunnya kredit investasi pada jangka pendek dan jangka panjangnya
dengan jumlah penurunan yang berfluktuatif semakin besar. Pada bulan ke- dua, kredit investasi baru mengalami penurunan sebesar 0,89 persen,
kemudian pada tahun pertama penurunan ini meningkat menjadi sebesar 1,46 persen. Respon negatif kredit investasi terhadap guncangan ini mulai
mencapai keseimbangan pada periode yang cukup cepat, yakni pada bulan ke-17, yakni pada kisaran 1,5 persen.
Respon Kredit Investasi Terhadap Guncangan NPL Sama halnya dengan guncangan dari variabel makroekonomi dan perbankan
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pada bulan pertama guncangan sebesar satu standar deviasi pada NPL, yakni sebesar 1,273136
belum direspon oleh kredit investasi. Pada bulan ke-dua, kredit investasi merepon positif guncangan NPL sebesar 0,11 persen. Namun, sejak bulan ke-
tiga hingga proyeksi empat tahun ke depan 48 bulan, terjadi penurunan pada kredit investasi. Dengan kata lain, guncangan tersebut direspon negatif
oleh kredit investasi. Pada bulan ke-tiga terjadi penurunan kredit investasi sebesar 0,27 persen. Penurunan kredit investasi ini semakin lama semakin
meningkat, hingga mencapai keseimbangan pada bulan ke-26 dimana respon
negatif kredit investasi tersebut berada pada kisaran 2 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, peningkatan NPL akan
menggerus laba perbankan, dan mengakibatkan menyempitnya margin bank. Menurunnya laba akan mengurangi kemampuan bank dalam ekspansi kredit
investasi di periode mendatang.
b. BUSN Devisa Respon Kredit Investasi Terhadap Guncangan Kredit Investasi
Guncangan kredit investasi sebesar satu standar deviasi 0,064762 pada bulan pertama akan menyebabkan peningkatan pada kredit investasi sebesar
6,48 persen. Pada bulan ke-dua, respon kredit investasi masih positif terhadap guncangan ini, tetapi respon positif ini mengalami penurunan,
dimana pada periode ini hanya terjadi peningkatan pada kredit investasi sebesar 3,87 persen. Hingga bulan ke-15, kredit investasi berfluktuasi pada
kisaran 2,5 persen hingga 3,8 persen. Respon kredit investasi terhadap guncangan ini mulai mencapai keseimbangan pada periode jangka
panjangnya, yakni pada bulan ke-28, dimana kredit investasi merespon positif guncangan tersebut pada kisaran 2,68 persen.
Respon Kredit Investasi Terhadap Guncangan NPL Pada bulan pertama guncangan sebesar satu standar deviasi pada NPL, yakni
sebesar 0,483891 belum direspon oleh kredit investasi. Pada bulan ke-dua, kredit investasi merespon negatif guncangan NPL sebesar 0,29 persen.
Namun, sejak bulan ke-tiga hingga proyeksi empat tahun ke depan 48
bulan, guncangan tersebut direspon positif oleh kredit investasi. Perlu diketahui bahwa kondisi ini merupakan kebalikan dari kondisi yang terjadi
pada Bank Persero. Pada bulan ke-tiga terjadi peningkatan kredit investasi sebesar 1,08 persen. Peningkatan kredit investasi tertinggi akibat guncangan
NPL terjadi pada bulan ke-sepuluh, dengan peningkatan sebesar 4,32 persen. Pengaruh positif ini akan terus berlangsung sampai bulan ke-29, dimana NPL
sudah tidak berpengaruh lagi dan mencapai keseimbangan pada kisaran 3,82 persen.
Respon Kredit Investasi Terhadap Guncangan Suku Bunga SBI Pada bulan pertama, guncangan suku bunga SBI sebesar satu standar deviasi
1,122536 belum direspon oleh kredit investasi. Pada bulan ke-dua guncangan suku bunga SBI direspon negatif oleh kredit investasi yang
ditandai dengan penurunan kredit investasi sebesar 1,17 persen. Terdapat hal yang menarik disini yang membedakan perilaku kredit investasi terhadap
guncangan suku bunga SBI pada BUSN Devisa dibandingkan Bank Persero. Respon negatif kredit investasi terhadap guncangan suku bunga SBI pada
BUSN Devisa semakin berkurang dalam jangka panjangnya, meski sempat berfluktuasi hingga bulan ke-enam. Hingga respon negatif tersebut akhirnya
mencapai keseimbangan pada bulan ke-23, yakni 0,1 persen. Kenaikan suku bunga SBI akan diikuti secara serentak oleh kenaikan suku bunga simpanan
dan kredit Sugema, et.al., 2006. Tingginya suku bunga kredit pada akhirnya dapat menyulitkan pihak bank dan sektor riil. Karena itu, untuk
mengantisipasi risiko yang mungkin muncul di tengah situasi tersebut, kelebihan likuiditas disalurkan pada instrumen SBI.
-.02 .00
.02 .04
.06
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Response of LN_KI to LN_KI
-.02 .00
.02 .04
.06
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Response of LN_KI to NPL
-.02 .00
.02 .04
.06
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Response of LN_KI to SBI
-.02 .00
.02 .04
.06
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Response of LN_KI to SKI
-.02 .00
.02 .04
.06
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Response of LN_KI to LN_DPK
-.02 .00
.02 .04
.06
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Response of LN_KI to LN_IP
Response to Cholesky One S.D. Innovations
Sumber : Lampiran 6 BUSN Devisa
Gambar 5.7. Respon Kredit Investasi BUSN Devisa Terhadap Guncangan Variabel Makroekonomi dan Perbankan
Respon Kredit Investasi Terhadap Guncangan Suku Bunga Kredit Investasi Kredit investasi tampak belum merespon guncangan suku bunga kredit
investasi sebesar satu standar deviasi, yakni sebesar 1,154165 pada bulan pertama. Guncangan ini mulai direspon negatif oleh kredit investasi pada
bulan ke-dua hingga bulan ke-lima secara fluktuatif dengan penurunan terbesar kredit investasi mencapai 1,3 persen pada bulan ke-tiga. Namun,
sejak bulan ke-enam hingga jangka panjangnya tampak kredit investasi merespon positif terhadap guncangan suku bunga kredit investasi secara
fluktuatif pada kisaran 0,3 persen hingga 3,2 persen. Respon positif ini semakin meningkat dalam jangka panjangnya. Keseimbangan dicapai pada
bulan ke-33, dimana kredit investasi merespon sebesar 2,92 persen. Penurunan yang terjadi pada awal periode merupakan proses penyesuaian
kredit investasi terhadap guncangan suku bunga kredit investasi. Namun, selanjutnya dalam jangka panjang BUSN Devisa justru merespon guncangan
tersebut dengan meningkatkan kredit investasinya. Hal ini terjadi karena kemampuan BUSN Devisa semakin baik dalam menyalurkan kredit
produktif. Meskipun terjadi peningkatan suku bunga kredit investasi, tetapi kenaikan tersebut dinilai kompetitif dengan bank pesaing, sehingga bank pun
tetap optimis melakukan ekspansi kreditnya. Ditambah lagi, dengan perbaikan kemampuan manajerial serta operasional BUSN Devisa membuat
performa BUSN Devisa semakin efisien.
Respon Kredit Investasi Terhadap Guncangan DPK Guncangan DPK sebesar satu standar deviasi 0,030081 juga tampak belum
direspon oleh kredit investasi pada bulan pertama. Mulai bulan ke-dua hingga periode jangka panjangnya 48 bulan, tampak bahwa guncangan
DPK direspon positif oleh kredit investasi yang ditandai dengan meningkatnya kredit investasi pada jangka pendek dan jangka panjangnya.
Hal ini berbeda dari kondisi pada Bank Persero, dimana guncangan DPK justru direspon negatif oleh kredit investasi. Respon positif tertinggi terjadi
pada bulan ke-delapan, yang ditandai dengan peningkatan kredit investasi sebesar 0,78 persen. Sedangkan respon terendah terjadi pada bulan ke-dua,
dengan peningkatan kredit investasi hanya sebesar 0,04 persen. Keseimbangan dicapai pada periode yang cukup cepat, yakni pada bulan ke-
16 dimana kredit investasi merespon guncangan DPK sebesar 0,59 persen. Peningkatan DPK mengimplikasikan bahwa likuiditas bank pun mengalami
peningkatan. Agar kegiatan intermediasi meningkat yang ditunjukkan dengan LDR, maka bank menyalurkan likuiditas tersebut kembali kepada
masyarakat, salah satunya dalam bentuk kredit investasi. Respon Kredit Investasi Terhadap Guncangan Indeks Industrial Production
Sama halnya dengan guncangan pada variabel-variabel di atas, guncangan indeks Industrial Production IP sebesar satu standar deviasi, yakni sebesar
0,197220 pada bulan pertama ternyata belum direspon oleh kredit investasi. Pada bulan ke-dua, ke-tiga, dan ke-lima guncangan pada IP direspon positif
oleh kredit investasi sebesar 0,35 persen, 0,31 persen, dan 0,06 persen pada
bulan ke-empat sempat direspon negatif sebesar 0,14 persen. Namun, sejak bulan ke-enam hingga proyeksi jangka panjangnya 48 bulan, respon kredit
investasi terhadap guncangan IP berbalik arah menjadi respon yang negatif. Penurunan terbesar kredit investasi akibat guncangan IP ini terjadi pada
bulan ke-13, yakni sebesar 1,27 persen. Respon kredit investasi mulai mencapai keseimbangan pada bulan ke-20, dimana kredit investasi merespon
negatif guncangan tersebut sebesar 1,11 persen.
c. BUSN Non Devisa Respon Kredit Investasi Terhadap Guncangan Kredit Investasi
Guncangan kredit investasi sebesar satu standar deviasi, yaitu sebesar 0,066116 pada bulan pertama akan menyebabkan peningkatan pada kredit
investasi sebesar 6,61 persen. Sama halnya dengan BUSN Devisa, pada bulan-bulan selanjutnya kredit investasi masih merespon positif terhadap
guncangan ini, meski respon positif ini mengalami penurunan. Kisaran fluktuasi respon kredit investasi terhadap guncangan adalah 2,95 persen
hingga 4,8 persen. Keseimbangan terjadi pada bulan ke-29, dimana kredit investasi merespon guncangan tersebut sebesar 3,72 persen.
Respon Kredit Investasi Terhadap Guncangan Suku Bunga SBI Guncangan suku bunga SBI sebesar satu standar deviasi 1,082596 belum
direspon oleh kredit investasi pada bulan pertama. Namun, sejak bulan ke- dua hingga periode jangka panjangnya, tampak bahwa guncangan pada SBI
direspon negatif oleh kredit investasi BUSN Non Devisa. Perilaku ini sama
halnya dengan respon dua kelompok bank sebelumnya. Penurunan kredit investasi terbesar terjadi pada bulan ke-empat, dimana kredit investasi turun
sebesar 1,11 persen. Keseimbangan kredit investasi terhadap guncangan suku bunga SBI dicapai pada bulan ke-16, yakni merespon negatif sebesar 0,2
persen. Peningkatan suku bunga SBI yang direspon oleh bank dengan terlebih dahulu meningkatkan suku bunga simpanannya membuat biaya dana
cost of fund mengalami peningkatan. Untuk mempertahankan margin-nya,
maka bank pun harus meningkatkan suku bunga pinjamannya. Meningkatnya suku bunga kredit merupakan salah satu indikator bahwa risiko pun
meningkat. Karena itu, bank memilih menempatkan dananya pada SBI. Respon Kredit Investasi Terhadap Guncangan Suku Bunga Kredit Investasi
Kredit investasi tampak belum merespon guncangan suku bunga kredit investasi sebesar satu standar deviasi 1,124758 pada bulan pertama.
Guncangan ini mulai direspon positif oleh kredit investasi sejak bulan ke-dua hingga bulan ke-lima dengan fluktuasi antara 0,05 persen hingga 0,72 persen.
Namun, sejak bulan ke-enam hingga proyeksi jangka panjangnya 48 bulan, guncangan suku bunga kredit investasi direspon negatif oleh kredit investasi.
Penurunan kredit investasi terbesar terjadi pada bulan ke-delapan, yakni sebesar 0,48 persen. Keseimbangan dicapai sekitar bulan ke-16, dimana
guncangan sudah tidak berpengaruh lagi dan berada pada kisaran negatif 0,28 persen.
-.06 -.04
-.02 .00
.02 .04
.06 .08
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Response of LN_KI to LN_KI
-.06 -.04
-.02 .00
.02 .04
.06 .08
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Response of LN_KI to SBI
-.06 -.04
-.02 .00
.02 .04
.06 .08
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Response of LN_KI to SKI
-.06 -.04
-.02 .00
.02 .04
.06 .08
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Response of LN_KI to LN_IP
-.06 -.04
-.02 .00
.02 .04
.06 .08
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Response of LN_KI to LN_DPK
Response to Cholesky One S.D. Innovations
Sumber : Lampiran 6 BUSN Non Devisa
Gambar 5.8. Respon Kredit Investasi BUSN Non Devisa Terhadap Guncangan Variabel Makroekonomi dan Perbankan
Respon Kredit Investasi Terhadap Guncangan Indeks Industrial Production Guncangan Industrial Production sebesar satu standar deviasi, yakni sebesar
0,193126 pada bulan pertama ternyata belum direspon oleh kredit investasi. Pada bulan ke-dua, guncangan IP ditandai dengan peningkatan kredit
investasi sebesar 0,48 persen. Peningkatan ini cenderung berfluktuasi, dengan peningkatan terbesar pada bulan ke-enam sebesar 1,9 persen. Respon
positif kredit investasi terhadap guncangan IP pada BUSN Non Devisa ini sama halnya dengan respon positif pada Bank Persero. Akhirnya, pergerakan
kredit investasi terhadap guncangan IP ini mulai persisten pada bulan ke-19, dimana kredit investasi merespon positif guncangan tersebut pada kisaran
1,31 persen. Respon Kredit Investasi Terhadap Guncangan DPK
Guncangan DPK sebesar satu standar deviasi 0,061302 juga tampak belum direspon oleh kredit investasi pada bulan pertama. Mulai bulan ke-dua
hingga periode jangka panjangnya 48 bulan, tampak bahwa guncangan DPK direspon negatif oleh kredit investasi yang ditandai dengan
menurunnya kredit investasi pada jangka pendek dan jangka panjangnya. Penurunan terbesar akibat guncangan DPK ini terjadi pada bulan ke-lima,
yakni sebesar 4,97 persen. Respon negatif kredit investasi terhadap guncangan ini mulai mencapai keseimbangan pada periode yang cepat, yakni
pada bulan ke-16, yakni sebesar 4,87 persen.
5.3.6.2. Forecast Error Variance Decomposition FEVD
FEVD bermanfaat untuk menjelaskan kontribusi dari masing-masing
variabel terhadap shock yang ditimbulkannya terhadap variabel endogen utama yang diamati. Dengan kata lain, FEVD menjelaskan proporsi variabel lain dalam
menjelaskan variabilitas variabel endogen utama penelitian. Lutkepohl 1991
dalam Baharumshah, Lau, dan Khalid 2004 mengemukakan bahwa FEVD yang berdasarkan Cholesky Decomposition sensitif terhadap urutan ordering variabel
dan panjang lag yang digunakan. Pengurutan variabel dalam FEVD bagi masing- masing kelompok bank telah sesuai dengan correlation matrix yang telah
dilakukan sebelumnya, dimana variabel pada masing-masing kelompok bank memiliki nilai prediksi yang berbeda-beda, sehingga ordering bagi tiap kelompok
bank pun berbeda. Dalam kaitannya dengan FEVD maka dalam penelitian ini akan dibahas
bagaimana peranan berbagai macam variabel yang terdapat dalam ruang lingkup penelitian dalam menjelaskan fluktuasi kredit investasi. Di samping itu, FEVD
juga bertujuan untuk menjelaskan seberapa besar persentase kontribusi masing- masing guncangan shock variabel makroekonomi dan perbankan dalam
mempengaruhi kredit investasi pada masing-masing kelompok bank. Jangka waktu yang digunakan dalam memproyeksikan FEVD ini adalah 48 bulan empat
tahun. Hasil analisis FEVD untuk masing-masing kelompok bank dapat dilihat pada Lampiran 7. Sementara, dalam pembahasan ini FEVD akan diringkas dalam
bentuk chart column sebagai berikut : a. Bank Persero
Berdasarkan hasil dekomposisi varian, maka dapat disimpulkan bahwa pada bulan pertama, fluktuasi kredit investasi disebabkan oleh guncangan kredit
investasi itu sendiri, yakni sebesar seratus persen. Namun, mulai bulan kedua hingga tahun pertama 12 bulan, tampak variabel-variabel lain mulai
mempengaruhi variabilitas kredit investasi. Pada tahun pertama ini, peranan kredit
investasi dalam menjelaskan fluktuasi kredit investasi itu sendiri masih dominan, yakni sebesar 41,26 persen. Sementara, Dana Pihak Ketiga DPK berada pada
urutan kedua, yakni sebesar 31,14 persen. Non Performing Loan NPL juga tampak mulai memegang peranan dalam menjelaskan fluktuasi kredit investasi
pada periode tersebut, yakni sebesar 17,81 persen. Sedangkan, suku bunga SBI, indeks Industrial Production, dan suku bunga kredit investasi tampak tidak terlalu
mempengaruhi variabilitas kredit investasi, dimana masing-masing hanya berperan sebesar 6,53 persen, 2,03 persen, dan 1,24 persen. Dalam jangka pendek,
tampak bahwa dana dari masyarakat memegang peranan penting bagi Bank Persero untuk bisa menyalurkan kredit investasi.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Pe rse n
1 12
24 36
48
Pe riode
FEVD Kredit Investasi Bank Persero
Ln_KI SKI
Ln_IP SBI
Ln_DPK NPL
Sumber : Lampiran 7 Bank Persero
Gambar 5.9. FEVD Kredit Investasi Bank Persero Dalam periode dua tahun mendatang peranan kredit investasi dalam
menjelaskan fluktuasi kredit investasi itu sendiri semakin berkurang, yakni sebesar 36,56 persen. Namun, peranan NPL tampak semakin meningkat, yakni
sebesar 25,81 persen menggeser posisi DPK pada urutan kedua tahun sebelumnya, dimana pada periode ini inovasi DPK mempengaruhi kredit investasi sebesar 23,7
persen. Suku bunga SBI juga tampak semakin menjelaskan variabilitas kredit investasi dengan proporsi sebesar 11,03 persen. Sementara, suku bunga kredit
investasi dan indeks Industrial Production merupakan variabel yang paling tidak dominan dalam mempengaruhi fluktuasi kredit investasi, dengan proporsi masing-
masing sebesar 2,13 persen dan 0,77 persen. Kemudian, pada proyeksi tiga tahun ke depan 36 bulan, dominasi kredit investasi sedikit meningkat dibandingkan
tahun sebelumnya, yakni sebesar 38,73 persen. Begitu pula halnya dengan NPL yang meningkat menjadi 26,59 persen. Sedangkan peranan DPK semakin
berkurang, dimana proporsinya dalam menjelaskan variabilitas kredit investasi menjadi sebesar 19,9 persen. Urutan selanjutnya ditempati oleh suku bunga SBI,
suku bunga kredit investasi, dan indeks Industrial Production dengan proporsi masing-masing sebesar 11,82 persen, 2,52 persen, dan 0,43 persen.
Periode jangka panjang yang disimulasikan dalam analisis ini yakni proyeksi empat tahun mendatang 48 bulan. Dalam jangka panjang dapat dilihat
bahwa variabilitas kredit investasi paling dominan masih dijelaskan oleh kredit investasi itu sendiri dengan proporsi sebesar 39,95 persen. Sementara, NPL dalam
jangka panjang memberikan kontribusi sebesar 26,73 persen, DPK sebesar 18,25 persen, suku bunga SBI sebesar 12,08 persen, suku bunga kredit investasi sebesar
2,69 persen, dan indeks Industrial Production sebesar 0,3 persen. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang paling dominan dalam menjelaskan
variabilitas kredit investasi pada Bank Persero adalah kredit investasi itu sendiri, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Di samping itu, dalam jangka
panjang NPL justru lebih dominan pengaruhnya dalam menjelaskan variabilitas
kredit investasi dibandingkan DPK yang secara dominan mempengaruhi hanya dalam jangka pendek. Peningkatan NPL dirasakan oleh bank akan mengurangi
laba yang diperoleh, serta membuat bank harus menyisihkan cadangan penghapusan yang lebih besar. Karena itu, berimbas pada penurunan kredit
investasi yang disalurkan. Jika dikaitkan dengan fenomena saat ini, maka seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa terdapat kecenderungan Bank Persero
kurang memperhatikan prinsip prudential dalam penyaluran kreditnya misalnya, penggelembungan plafon kredit sehingga NPL Bank Persero lebih tinggi
dibandingkan dua kelompok bank lainnya. Di samping itu, Yuniarsih 2005 juga menyebutkan bahwa peningkatan NPL Bank Persero seiring dengan peningkatan
kinerja menunjukkan adanya perilaku kolusi dalam bank tersebut yang harus diwaspadai. Peningkatan penyaluran kredit investasi di tengah tingginya rasio
NPL dirasakan tidak efektif oleh pihak bank. Data statistik menunjukkan bahwa akhir tahun 2006, NPL kredit investasi Bank Persero mencapai 16,74 persen,
sedangkan kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing sebesar 12,02 persen dan 3,15 persen.
b. BUSN Devisa Hasil analisis dekomposisi varian pada BUSN Devisa seperti yang dapat
dilihat pada Gambar 5.6. menunjukkan perilaku yang berbeda dibandingkan Bank Persero. Namun demikian, terdapat persamaannya, yakni pada bulan pertama
tampak bahwa variabilitas kredit investasi dijelaskan oleh kredit investasi itu sendiri sebesar seratus persen. Mulai bulan kedua hingga periode satu tahun ke
depan 12 bulan, tampak variabilitas kredit investasi mulai dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya.
Pada periode satu tahun, fluktuasi kredit investasi dipengaruhi paling dominan oleh kredit investasi itu sendiri sebesar 45,87 persen, NPL sebesar 38,07
persen, suku bunga kredit investasi sebesar 10,76 persen, dan sisanya dijelaskan oleh suku bunga SBI, indeks Industrial Production, dan DPK dalam proporsi
yang kecil, masing-masing sebesar 2,14 persen, 1,87 persen, dan 1,3 persen. Dengan kata lain, pada periode satu tahun ke depan tiga variabel terakhir tersebut
tidak terlalu mempengaruhi variabilitas kredit investasi.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Pe rse n
1 12
24 36
48
Pe riode
FEVD Kredit Investasi BUSN Devisa
Ln_KI NPL
SBI SKI
Ln_DPK Ln_IP
Sumber : Lampiran 7 BUSN Devisa
Gambar 5.10. FEVD Kredit Investasi BUSN Devisa Selanjutnya, dalam periode dua tahun ke depan 24 bulan, variabilitas
kredit investasi paling dominan justru dijelaskan oleh NPL sebesar 41,95 persen, menggeser proporsi kredit investasi pada tahun sebelumnya. Inovasi pada kredit
investasi sendiri menjelaskan fluktuasi kredit investasi sebesar 32,57 persen, kemudian suku bunga kredit investasi ternyata mempengaruhi variabilitas kredit
investasi sebesar 20,27 persen. Indeks Industrial Production pada periode ini mengalami peningkatan proporsi dalam menjelaskan kredit investasi, yakni
sebesar 3,03 persen. Sementara, DPK dan suku bunga SBI masih tidak terlalu mempengaruhi variabilitas kredit investasi, dengan proporsi masing-masing
sebesar 1,18 persen dan 1 persen. Pada proyeksi tiga tahun ke depan 36 bulan, ternyata urutan variabel
dalam mempengaruhi variabilitas kredit investasi masih sama seperti periode satu tahun sebelumnya, yakni proporsi paling dominan masih ditempati oleh NPL
sebesar 43,25 persen, kemudian diikuti oleh kredit investasi itu sendiri sebesar 29,2 persen proporsi ini lebih kecil dibandingkan periode sebelumnya, suku
bunga kredit investasi sebesar 22,42 persen, indeks Industrial Production sebesar 3,3 persen, DPK sebesar 1,16 persen, dan suku bunga SBI sebesar 0,67 persen.
Dalam jangka panjang, yakni proyeksi empat tahun 48 bulan mendatang, fluktuasi kredit investasi semakin dominan dijelaskan oleh NPL sebesar 43,88
persen, kemudian urutan selanjutnya dijelaskan oleh inovasi kredit investasi itu sendiri sebesar 27,51 persen, suku bunga kredit investasi sebesar 23,52 persen,
indeks Industrial Production sebesar 3,43 persen, DPK sebesar 1,15 persen, dan suku bunga SBI sebesar 0,51 persen. Dominasi NPL dalam menjelaskan
variabilitas kredit investasi menunjukkan bahwa NPL memegang peranan penting dalam menjelaskan fluktuasi yang terjadi pada kredit investasi. Artinya, ketika
terjadi peningkatan pada NPL, maka bank akan menunda penyaluran kredit investasi. Tingginya NPL membuat bank lebih memilih untuk melakukan
konsolidasi internal guna memperbaiki kualitas aset daripada menyalurkan kredit.
Terlebih lagi, dengan fenomena saat ini yang terjadi bahwa NPL kredit investasi pada BUSN Devisa hampir dua kali lipat NPL kredit modal kerja dan tiga kali
lipat NPL kredit konsumsi. Dengan kondisi seperti ini, ada kecemasan tersendiri dari pihak bank untuk memperbesar penyaluran kredit investasinya. Karena itu,
dibutuhkan peranan aktif pihak bank dalam meminimalisir rasio kredit bermasalahnya guna meningkatkan penyaluran kredit investasi.
c. BUSN Non Devisa Dari hasil analisis dekomposisi varian, maka dapat dilihat pada Gambar
5.7. di bawah ini bahwa dekomposisi varian pada BUSN Non Devisa pada bulan pertama sama halnya dengan Bank Persero dan BUSN Devisa, bahwa variabilitas
kredit investasi dipengaruhi oleh kredit investasi itu sendiri sebesar seratus persen. Mulai bulan ke-dua, tampak bahwa kredit investasi mulai dijelaskan oleh variabel-
variabel lain.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Pe rse n
1 12
24 36
48
Pe riode
FEVD Kredit Investasi BUSN Non Devisa
Ln_KI SBI
SKI Ln_IP
Ln_DPK
Sumber : Lampiran 7 BUSN Non Devisa
Gambar 5.11. FEVD Kredit Investasi BUSN Non Devisa
Pada proyeksi satu tahun ke depan 12 bulan, tampak bahwa kredit investasi justru dominan dipengaruhi oleh variabel lain, yakni DPK dengan
proporsi sebesar 50,88 persen, sementara kredit investasi yang seharusnya paling dominan justru berada di urutan kedua sebesar 44 persen dominasi kredit
investasi dalam menjelaskan variabilitasnya sendiri hanya bertahan hingga bulan ke-sembilan, sementara dominasi DPK meningkat secara signifikan setiap
bulannya. Sedangkan indeks Industrial Production, suku bunga SBI, dan suku bunga kredit investasi justru tampak tidak dominan dalam menjelaskan kredit
investasi berdasarkan hasil dekomposisi varian dengan proporsi masing-masing hanya sebesar 4,12 persen, 0,67 persen, dan 0,33 persen.
Pada periode dua tahun mendatang 24 bulan, tampak bahwa DPK semakin dominan dalam mempengaruhi variabilitas kredit investasi sebesar 55,73
persen. Hal ini menandakan bahwa keinginan BUSN Non Devisa untuk menyalurkan kredit investasi sangat dipengaruhi oleh perubahan DPK pada bank
tersebut. Hal ini merupakan hal yang wajar, mengingat BUSN Non Devisa mengalami masalah permodalan karena BUSN Non Devisa merupakan bank
berskala kecil, sehingga dana dari masyarakat sangat dibutuhkan untuk kegiatan penyaluran kredit. Hal ini juga bisa menjelaskan fenomena saat ini dimana LDR
BUSN Non Devisa paling tinggi dibandingkan dua kelompok bank lainnya, yang menandakan dana yang diterima bank lebih banyak disalurkan bagi kegiatan
kredit daripada menaruh dananya pada instrumen SBI. Variabel kredit investasi itu sendiri menjelaskan variabilitasnya sebesar 39,39 persen. Sementara, variabel
indeks Industrial Production, suku bunga SBI, dan suku bunga kredit investasi
tampak tidak terlalu mempengaruhi variabilitas kredit investasi dengan proporsi masing-masing sebesar 4,23 persen, 0,37 persen, dan 0,27 persen. Sementara,
dalam proyeksi tiga tahun ke depan 36 bulan dan empat tahun ke depan 48 bulan, tampak bahwa DPK semakin mendominasi variabilitas kredit investasi
sebesar 57,28 persen dan 58,04 persen. Sementara, variabel kredit investasi semakin lama semakin kurang peranannya dalam menjelaskan variabilitas kredit
investasi itu sendiri, dengan proporsi masing-masing pada proyeksi tiga dan empat tahun ke depan sebesar 37,92 dan 37,19 persen. Sedangkan, indeks
Industrial Production , suku bunga SBI, dan suku bunga kredit investasi dalam
jangka panjang ini tetap tidak dominan dalam menjelaskan kredit investasi dengan proporsi pada proyeksi tiga tahun ke depan masing-masing sebesar 4,27 persen,
0,28 persen, dan 0,25 persen. Sedangkan proporsi untuk empat tahun ke depan masing-masing sebesar 4,29 persen, 0,24 persen, dan 0,24 persen.
5.4. Peranan Kredit Investasi Terhadap Pertumbuhan Produksi
Tujuan terakhir ini ingin menganalisis bagaimana pengaruh kredit investasi dari ketiga kelompok bank tersebut terhadap pertumbuhan produksi.
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa pertumbuhan produksi dengan menggunakan indeks Industrial Production dalam penelitian ini
merupakan bagian dari pertumbuhan ekonomi. Adapun peranan kredit investasi terhadap pertumbuhan produksi adalah sebagai berikut :
a. Bank Persero Respon pertumbuhan produksi terhadap guncangan kredit investasi
sebesar satu standar deviasi 0,030125 ternyata positif. Hal ini berarti bahwa penyaluran kredit investasi memegang peranan yang cukup signifikan bagi
pertumbuhan produksi. Pada bulan pertama, guncangan sebesar satu standar deviasi memang menurunkan pertumbuhan produksi terlebih dahulu, tetapi mulai
bulan ke-dua hingga proyeksi jangka panjangnya 48 bulan, tampak bahwa pertumbuhan produksi merespon positif inovasi pada kredit investasi.
-.01 .00
.01 .02
.03 .04
5 10
15 20
25 30
35 40
45 Response of LN_IP to Cholesky
One S.D. LN_KI Innovation
Sumber : Lampiran 8 Bank Persero
Gambar 5.12. Respon indeks IP Terhadap Kredit Investasi Bank Persero Penurunan yang terjadi pada awal periode disebabkan karena adanya time
lag bagi pertumbuhan produksi untuk melakukan proses penyesuaian terhadap
guncangan kredit investasi. Respon positif ini sesuai dengan yang diharapkan karena kredit investasi ternyata terbukti memiliki eksistensi signifikan sebagai
salah satu channel sumber pembiayaan investasi. Respon tertinggi pertumbuhan produksi terhadap kredit investasi dicapai pada bulan ke-dua, dimana guncangan
tersebut direspon dengan peningkatan pertumbuhan produksi sebesar 2,97 persen.
Keseimbangan dicapai pada bulan ke-29 dengan peningkatan pertumbuhan produksi sebesar 0,6 persen.
b. BUSN Devisa Begitu pula halnya respon pertumbuhan produksi terhadap guncangan
kredit investasi sebesar satu standar deviasi 0,064762 pada BUSN Devisa ternyata positif, meskipun sempat mengalami penurunan pada bulan ke-empat dan
ke-lima sebesar 0,78 persen dan 0,66 persen. Penurunan yang terjadi selama dua bulan tersebut juga diperkirakan akibat adanya penyesuaian respon terhadap
guncangan. Diantaranya adalah penyesuaian terhadap kondisi makroekonomi ke depan. Diperkirakan, dalam jangka pendek tersebut adanya penyesuaian
pertumbuhan produksi terhadap kredit akibat fluktuasi nilai tukar, mengingat bank-bank devisa melakukan pengelolaan dan transaksi devisa baik untuk impor
maupun ekspor.
-.01 .00
.01 .02
.03 .04
.05
5 10
15 20
25 30
35 40
45 Response of LN_IP to Cholesky
One S.D. LN_KI Innovation
Sumber : Lampiran 8 BUSN Devisa
Gambar 5.13. Respon indeks IP Terhadap Kredit Investasi BUSN Devisa
Dalam proyeksi jangka panjangnya 48 bulan tampak bahwa guncangan tersebut direspon oleh pertumbuhan produksi secara fluktuatif. Peningkatan
terbesar pertumbuhan produksi dicapai pada bulan ke-dua periode jangka pendeknya sebesar 4,28 persen. Respon pertumbuhan produksi stabil dalam
jangka panjangnya bulan ke-34 dengan pertumbuhan sebesar 0,6 persen.
c. BUSN Non Devisa Respon pertumbuhan produksi terhadap guncangan satu standar deviasi
0,066116 kredit investasi yang disalurkan BUSN Non Devisa juga positif. Pada tahun pertama, respon pertumbuhan produksi tersebut tampak berfluktuasi, dan
mencapai titik tertinggi peningkatan pertumbuhan produksi pada bulan ke-tiga sebesar 6,18 persen. Namun, pada bulan ke-empat respon positif tersebut
mengalami penurunan, bahkan mencapai titik negatif pada bulan ke-enam yang ditandai dengan turunnya pertumbuhan produksi sebesar 0,11 persen. Titik negatif
yang hanya berlangsung satu kali ini saja dalam masa proyeksi merupakan respon terendah pertumbuhan produksi yang konsisten dengan respon pertumbuhan
produksi terhadap kredit investasi yang disalurkan oleh dua kelompok bank sebelumnya, yakni bahwa setelah dampak guncangan kredit investasi bagi
pertumbuhan produksi mencapai puncaknya steady state, ternyata langsung terjadi penurunan respon pertumbuhan produksi pada bulan selanjutnya.
Penurunan pertumbuhan ini yang kemudian diikuti dengan perlambatan pertumbuhan menunjukkan bahwa pertumbuhan produksi melambat ketika
kondisi mapan yang baru telah dicapai. Namun, sejak bulan ke-tujuh hingga
proyeksi jangka panjangnya 48 bulan, pertumbuhan produksi kembali mengalami peningkatan. Respon pertumbuhan produksi terhadap guncangan
kredit investasi akhirnya mencapai keseimbangan pada periode yang cukup cepat, yakni pada bulan ke-17 dengan kisaran respon sebesar 1,1 persen.
-.01 .00
.01 .02
.03 .04
.05 .06
.07
5 10
15 20
25 30
35 40
45 Response of LN_IP to Cholesky
One S.D. LN_KI Innovation
Sumber : Lampiran 8 BUSN Non Devisa
Gambar 5.14. Respon indeks IP Terhadap Kredit Investasi BUSN Non Devisa Secara garis besar berdasarkan hasil di atas, respon pertumbuhan produksi
terhadap kredit investasi dari tiga kelompok bank tersebut ternyata menunjukkan bahwa titik puncak pertumbuhan produksi dicapai pada periode yang sangat cepat
yakni pada bulan ke-dua dan ke-tiga, dan setelah kondisi steady state dicapai, maka pertumbuhan produksi semakin lama semakin menurun hingga menuju
keseimbangan jangka panjangnya. Hal ini disebabkan kredit investasi hanya merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaan investasi sebagai salah satu
komponen pembentuk pertumbuhan produksi. Salah satu hal menguatkan hal ini adalah dari variance decomposition pembentuk indeks Industrial Production
tidak ditampilkan, dimana variabilitas indeks Industrial Production tidak dominan dijelaskan oleh kredit investasi pada masing-masing kelompok bank
sekitar 2-5 pada Bank Persero dan BUSN Devisa, dan 6-9,5 pada BUSN Non Devisa.
Di samping itu, jika dibandingkan, maka share kredit investasi terhadap pertumbuhan produksi hingga kondisi stabil jangka panjangnya paling tinggi
ditunjukkan oleh BUSN Non Devisa. Hal ini merupakan hal yang cukup menarik, mengingat kredit investasi yang disalurkan oleh BUSN Non Devisa paling rendah
secara nominal dibandingkan dengan dua kelompok bank lainnya yang memberikan kredit investasi dalam skala besar. Hal ini diperkirakan terjadi karena
NPL BUSN Non Devisa terutama yang terkait dengan kredit investasi paling stabil dibandingkan dua kelompok bank lainnya hal ini juga merupakan alasan
mengapa variabel NPL tidak dimasukkan dalam permodelan BUSN Non Devisa, sehingga mayoritas kredit investasi yang disalurkan tersebut tergolong kredit
lancar yang digunakan untuk sejumlah investasi sehingga pertumbuhan produksi pun meningkat.
Berdasarkan hasil yang diperoleh terbukti bahwa kredit investasi berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan produksi, sehingga diharapkan
pertumbuhan produksi tersebut pada gilirannya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pentingnya kredit investasi terhadap pertumbuhan produksi sebagai
bagian dari pertumbuhan ekonomi juga sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Inggrid 2006 yang menganalisis pentingnya sektor keuangan dalam hal ini
perbankan dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Perbedaannya, penelitian tersebut menggunakan variabel kredit perbankan kepada sektor swasta dan
pertumbuhan ekonomi didekati dengan variabel GDP Riil. Penelitian tersebut
mengungkapkan bahwa perbankan selaku bagian dari sektor keuangan bertindak untuk memobilisasi tabungan. Perbankan menyediakan para peminjam berbagai
instrumen keuangan dengan kualitas tinggi dan risiko rendah. Hal ini akan menambah investasi dan akhirnya mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Sebagaimana diharapkan, kenaikan volume kredit secara substansial dan permanen menghasilkan kenaikan dalam output.
VI. MATRIKS KESIMPULAN ANALISIS VECM KREDIT INVESTASI
6.1. Matriks Estimasi VECM
Hasil output VECM pertama yang penting untuk dianalisis adalah hasil estimasi VECM yang menunjukkan hubungan jangka pendek dan jangka panjang
antar variabel. Adapun hasil pembahasan mengenai estimasi VECM bagi masing- masing kelompok bank telah dijelaskan secara terperinci pada bab sebelumnya.
Pada bagian ini hanya akan ditampilkan matriks estimasi VECM dari masing- masing kelompok bank untuk memperjelas perbedaan respon variabel endogen
utama yang diamati, yakni kredit investasi terhadap shock variabel lainnya pada masing-masing kelompok bank. Keseluruhan perbedaan respon tersebut
menunjukkan bahwa masing-masing bank memiliki keunikan tersendiri. Matriks estimasi VECM dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1. Matriks Estimasi VECM
VECM Kredit Investasi
Bank Persero BUSN Devisa
BUSN Non Devisa
Cointeq
Signifikan Bernilai negatif
Signifikan Bernilai negatif
Signifikan
Bernilai negatif
Jangka Pendek
- KI berhubungan negatif
NPL berhubungan negatif
SBI berhubungan positif
SKI berhubungan negatif
-
Jangka Panjang
IP berhubungan negatif
SBI berhubungan negatif
NPL berhubungan negatif
SBI berhubungan positif
SKI berhubungan negatif
DPK berhubungan negatif
IP berhubungan positif SKI berhubungan
positif
IP berhubungan positif
DPK berhubungan
negatif
Sumber : Lampiran 5 Masing-masing Bank. Keterangan : Cetak tebal menunjukkan hubungan variabel terhadap kredit investasi yang