Perkembangan Non Performing Loan NPL

pertumbuhan DPK terendah yang terjadi pada tahun 2005 yang mencatat pertumbuhan negatif, yakni -7,06 persen.

4.6.2. Perkembangan Non Performing Loan NPL

Pada tahun 2001, NPL Bank Persero berfluktuasi dengan rata-rata NPL sebesar 13,11 persen. BUSN Devisa juga memiliki rata-rata NPL yang tidak jauh berbeda dari Bank Persero pada periode yang sama, yakni 13,31 persen. Sementara, BUSN Non Devisa merupakan kelompok bank yang memiliki NPL terendah pada periode ini, dengan rata-rata NPL sebesar 5,57 persen. Pada tahun 2002, terlihat pada Gambar 4.8. bahwa baik NPL Bank Persero maupun NPL BUSN Devisa mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelompok bank tersebut mengalami perbaikan kinerja dalam mengelola dan meminimalisir kredit bermasalahnya. Meskipun demikian, pada periode ini NPL BUSN Devisa terlihat lebih besar daripada NPL Bank Persero dengan rata-rata NPL sebesar 9,99 persen, sedangkan rata-rata NPL Bank Persero adalah sebesar 8,69 persen. Sementara, NPL BUSN Non Devisa tetap stabil dengan rata-rata 4,32 persen pada periode yang sama. Namun, kondisi ini berubah sejak tahun 2003. NPL Bank Persero menunjukkan pergerakan yang semakin berfluktuatif dengan tendensitas yang semakin meningkat. Di sisi lain, BUSN Devisa justru tampak semakin berhasil dalam membenahi NPL-nya hingga Desember 2006, dengan titik terendah NPL sebesar 2,69 persen pada Maret 2005. Perlu diketahui pula bahwa selama periode penelitian, BUSN Non Devisa merupakan kelompok bank yang paling konsisten dalam menjaga NPL-nya. Hal ini dapat terlihat dari kondisi NPL BUSN Non Devisa yang paling stabil dibandingkan dua kelompok bank lainnya dengan rata- rata NPL selama periode penelitian adalah sebesar 4,58 persen. Relatif rendahnya NPL BUSN Devisa dan BUSN Non Devisa salah satunya diakibatkan karena bank-bank swasta lebih fleksibel dalam menyelesaikan masalah NPL tersebut, yakni dengan cara hair cut pemotongan utang, baik pokok maupun bunga utang. 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Jan -0 1 Ma y- 01 Sep- 01 Jan- 02 Ma y- 02 Sep- 02 Jan- 03 Ma y- 03 Sep- 03 Jan- 04 Ma y- 04 Sep- 04 Jan- 05 M ay -0 5 Sep- 05 Jan- 06 Ma y- 06 Sep- 06 Periode Pe rs e n NPL Bank Persero NPL BUSN Devisa NPL BUSN Non Devisa Sumber : Bank Indonesia 2001-2006, diolah Gambar 4.8. Perkembangan Non Performing Loan NPL Semakin meningkatnya NPL Bank Persero disinyalir karena Bank Persero cenderung kurang memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kreditnya. Bentuk kecerobohan ini antara lain, Bank Persero memberikan kredit secara berlebihan atau menggelembungkan plafon kreditnya. Sementara, di sisi lain Bank Persero juga tidak semudah bank-bank swasta bisa menyelesaikan masalah NPL dengan cara hair cut karena terbentur oleh sejumlah Undang- Undang. Pada periode November 2003 hingga November 2004, nilai NPL Bank Persero bertambah sekitar satu triliun rupiah atau meningkat sebesar 7,25 persen menjadi Rp. 15,69 triliun. Sementara, pada periode yang sama, NPL BUSN Devisa justru mengalami penurunan hampir setengah triliun rupiah atau menurun sebesar 6,16 persen menjadi Rp. 7,29 triliun. Sedangkan, BUSN Non Devisa memiliki trend yang sama dengan Bank Persero, dimana NPL kelompok bank ini mengalami peningkatan, tetapi hanya sebesar Rp. 137 miliar menjadi Rp. 595 miliar. Lonjakan NPL Bank Persero terbesar terjadi pada Mei 2005 yang meningkat sebesar 5,22 persen dari bulan sebelumnya ke posisi 11,4 persen. NPL ini juga ditengarai dapat mengalami peningkatan dalam kondisi suku bunga SBI yang tinggi. Hal ini dikarenakan situasi tersebut akan mengakibatkan suku bunga pinjaman kredit bank meningkat pula. Sementara, suku bunga kredit yang tinggi diperkirakan hanya akan mampu diserap oleh debitur yang berkualitas buruk risiko usaha tinggi, sehingga meningkatkan NPL dari bank yang bersangkutan. Dengan kondisi demikian, maka pada tahun 2006, hanya kelompok BUSN Devisa dan BUSN Non Devisa saja yang mampu menjaga NPL gross tidak lebih dari lima persen sesuai ketentuan Bank Indonesia. Sementara, NPL Bank Persero rata- rata masih berada pada kisaran angka dua digit.

4.6.3. Perkembangan Suku Bunga Kredit Investasi