tidak berbeda dari nol, sehingga ditarik kesimpulan bahwa kebijakan moneter melalui jalur kredit tidak bekerja dalam perekonomian pada periode tersebut.
Sebaliknya, Inggrid 2006 mengemukakan bahwa pada periode penelitian 1992:2 hingga 2004:4 terdapat keterkaitan yang positif antara output dengan
sektor keuangan dalam hal ini perbankan, yang diwakili dengan variabel kredit kepada sektor swasta dan spread suku bunga pinjaman dan simpanan. Analisis
ekonometri dengan VECM mendukung hipotesis signifikansi peranan sektor keuangan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi, melalui kenaikan
ketersediaan kredit, baik dari segi volume maupun harga.
2.3. Kerangka Pemikiran
Operasional
Pertumbuhan produksi sebagai bagian dari pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini diukur dengan indeks Industrial Production. Indeks Industrial
Production yang mengukur kinerja produksi sektor industri diantaranya
dipengaruhi oleh kestabilan kondisi makroekonomi, seperti stabilnya nilai tukar dan terjaganya tingkat inflasi. Jika Rupiah cenderung stabil apresiasi, dan
tingkat inflasi cenderung persisten di bawah perkiraan otoritas moneter, maka indeks Industrial Production pun akan meningkat terutama sektor industri yang
tergantung pada bahan baku impor. Dengan meningkatnya indeks Industrial Production
, maka pertumbuhan produksi akan mengalami peningkatan, dan diharapkan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan pun akan mengalami
perbaikan. Pertumbuhan produksi yang semakin tinggi akan meningkatkan minat masyarakat untuk menyimpan uangnya pada bank disamping kegiatan konsumsi
di sisi lain juga meningkatkan permohonan kredit pada bank untuk ekspansi usaha. Hal ini akan meningkatkan akumulasi dana bank yang berasal dari
masyarakat atau disebut juga dengan Dana Pihak Ketiga DPK. Sebagai lembaga intermediasi keuangan, selayaknya bank menyalurkan dana masyarakat tersebut
kembali kepada masyarakat lain yang membutuhkan dana lack of fund. Bank yang aktif memutar dananya kepada masyarakat dinilai memiliki Loan to Deposit
Ratio LDR yang tinggi. Di samping menyalurkan dananya kepada masyarakat,
bank juga menaruh kelebihan likuiditasnya pada instrumen moneter, yaitu Sertifikat Bank Indonesia SBI. Pasca krisis dan pasca rekapitalisasi perbankan,
terdapat kecenderungan perilaku bank-bank yang ada di Indonesia untuk menempatkan sebagian besar dananya pada SBI idle funds. Hal ini jelas
menghambat fungsi intermediasi perbankan karena penempatan dana pada SBI bukanlah core business bank, melainkan lebih menyerupai aktivitas mutual fund.
Perubahan portofolio perbankan ini diantaranya disebabkan masih tingginya risiko dunia usaha sektor rill dan lambatnya proses restrukturisasi perusahaan sebagai
debitur bank tersebut. Meskipun demikian, eksistensi kredit sebagai penggerak pertumbuhan
ekonomi tetap dirasakan penting, terutama kredit investasi yang diharapkan dapat menstimulus kegiatan investasi yang nantinya dapat bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat luas misalnya penyerapan tenaga kerja. Kredit pada bank terbagi menjadi dua macam, yakni kredit konsumsi, dan kredit produktif. Kredit produktif
terbagi menjadi dua macam, yakni kredit investasi dan kredit modal kerja KMK. Dalam kaitannya dengan kredit produktif, maka sasaran debitur bank tersebut
terbagi menjadi dua kelompok, yaitu debitur UMKM serta debitur korporasi. Perbedaan diantara keduanya yakni pada pemberian plafon kredit yang disalurkan
oleh bank tersebut, dimana debitur UMKM jelas memperoleh plafon kredit yang lebih rendah dibandingkan debitur korporasi. Penelitian akan difokuskan pada
kredit investasi yang disalurkan pada debitur korporasi. Salah satu faktor yang langsung mempengaruhi kredit investasi tersebut
adalah suku bunga kredit investasi. Pergerakan dan pembentukan suku bunga kredit investasi salah satunya dipengaruhi oleh suku bunga SBI yang dijadikan
oleh perbankan sebagai acuan. Meskipun demikian, terdapat faktor-faktor lain yang dipertimbangkan bank dalam menentukan suku bunga kreditnya, diantaranya
kekuatan supply-demand kredit investasi itu sendiri di pasar, dan sejumlah biaya bank seperti cost of fund, cost of money, loanable fund, dan borrowing fund.
Namun, penelitian hanya akan dibatasi pada faktor suku bunga SBI yang mempengaruhi suku bunga kredit investasi. Kredit investasi juga dipengaruhi oleh
faktor demand seperti tingkat inflasi, tetapi penelitian dibatasi dengan tidak menyentuh sisi demand kredit investasi. Di samping faktor demand fokus pada
sisi debitur, berbagai variabel perbankan lain merupakan faktor supply kredit juga berpengaruh terhadap kredit yang disalurkan. Dalam penelitian, faktor supply
yang akan digunakan adalah variabel Non Performing Loan NPL dengan alasan bahwa jika misalnya NPL suatu bank meningkat, maka mengakibatkan semakin
buruknya Kualitas Aktiva Produktif KAP yang berimplikasi pada turunnya kemampuan bank tersebut dalam menghasilkan laba. Ditambah lagi, bank harus
membentuk cadangan penyisihan yang lebih besar bagi kredit bermasalah tersebut. Hal ini jelas akan menghambat ekspansi kredit.
Keseluruhan penjabaran di atas terangkum dalam Kerangka Pemikiran Operasional yang disajikan dalam Gambar 2.5. Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kredit investasi pada Bank Persero, Bank Umum Swasta Nasional BUSN Devisa dan Non Devisa dibatasi hanya pada variabel indeks Industrial
Production , DPK, suku bunga SBI 1 bulan, suku bunga kredit investasi, dan NPL
kecuali pada BUSN Non Devisa. Tiga jenis bank tersebut dipilih sebagai perbandingan perilaku kredit investasi pada bank milik pemerintah dan swasta
yang diyakini memiliki perilaku berbeda mengingat dinamisasi yang ada pada dunia perbankan. Keterkaitan serta hubungan jangka pendek dan jangka panjang
diantara faktor-faktor tersebut dianalisis dengan model VAR-VECM. Pembatasan penggunaan variabel karena masing-masing variabel dianggap
telah representatif dalam menjelaskan kondisi makroekonomi dan perbankan dengan karakteristik dan sifatnya yang berbeda-beda. Pembatasan tersebut juga
didasarkan pada alasan penggunaan model VAR-VECM, dimana dalam model VAR-VECM, yang diutamakan bukanlah penggunaan semakin banyaknya jumlah
variabel dalam sebuah model, tetapi lebih baik menggunakan sejumlah variabel tertentu yang dimasukkan dalam model dengan penekanan bahwa variabel
tersebut representatif dengan topik penelitian dan teori ekonomi.
Gambar 2.5. Kerangka Pemikiran Operasional Keterangan :
: Alur variabel : Dipengaruhi oleh
: Terdiri dari : Variabel yang : Ruang lingkup penelitian
digunakan
Dana Pihak Ketiga DPK
SBI sebagai idle fund
Bank
Kredit sektor riil
Kredit Produktif
Suku Bunga SBI
KMK
Kredit Konsumsi
Debitur Korporasi
Kredit Investasi
Investasi Faktor Demand
Kredit
Faktor Supply Kredit :
NPL Indeks
Industrial Production
SKI
UMKM
SKI
2.4. Definisi Variabel