Analisis Variabel Makro Ekonomi dan Variabel Internal Bank terhadap Non Performing Loan (Studi Kasus pada Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa Periode 2008-2014)

(1)

Analisis Variabel Makro Ekonomi dan Variabel Internal Bank

Terhadap Non Performing Loan

(Studi Kasus Pada Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa Periode 2008-2014)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

RIO RAHMAT ALI 109081000079

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437H/2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Rio Rahmat Ali

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Januari 1991

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat Rumah : Jalan Amd X RT 009 RW 001 NO.22 Pesanggrahan Petukangan Utara Jakarta Selatan 12660

No Telepon/ Hp : 0899-8826-705

Email : riorahmatali@gmail.com

II. PENDIDIKAN

1. SDN 05 PAGI PETUKANGAN UTARA : 1997-2003

2. SMPN 245 PESANGGRAHAN : 2003-2006

3. SMA SUMPAH PEMUDA JAKARTA BARAT : 2006-2009

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Anggota Remaja Masjid Baiturahan : 2007-2010

2. Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) : 2009-2011

3. Anggota Koperasi Mahasiswa (KOPMA) : 2009-2012

IV. PENGALAMAN KERJA

1. PENGAJAR EKSTRA KULIKULER PRAMUKA : 2012-2015

2. PENGAJAR PRIVATE GURU BIMBLE : 2012-2015


(7)

vi ABSTRACT

This Study aims to analysis macroeconomic variables and internal’s bank variables to Non Performing loan (Bank Case Study National Private Commercial Bank non Foreign periode’s 2008-2014). Macroeconomic variables are Inflation, Exchange Rate, and Interest BI Rate, while internal’s bank variables are LDR and Bank Size. This study used a method multiple regression linear analysis and used a computer program SPSS Version 17.0 and Microsoft Excel 2007.

The result showed that macroeconomic variables and internal’s bank variables as simultanous has significant to Non Performing Loan. The result showed too as partially Inflation and Bank Size has significantly negative to Non Performing Loan amounted -0,063 and – 0,38. While Loan to Deposit Ratio has significantly positive to Non Performing Loan amounted 0,028. While Kurs and Interest BI Rate no has significant to Non Performing Loan.


(8)

vii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variabel makro ekonomi dan variabel internal bank terhadap non performing loan (studi kasus bank umum swasta nasional non devisa periode 2008-2014), variabel makro ekonomi adalah Inflasi, Kurs, dan BI rate, sedangkan variabel internal bank adalah LDR dan Bank Size. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda dan menggunakan program komputer SPSS versi 17.00 dan Microsoft Excel 2007.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel makro ekonomi dan variabel internal bank secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Non Performing Loan. Secara parsial Inflasi dan Bank Size berpengaruh signifikan negatif terhadap Non Performing Loan sebesar -0,063 dan –0,38, sedangkan LDR berpengaruh signifikan positif terhadap Non Performing Loan sebesar 0,028. Sedangkan Kurs dan BI Rate tidak berpengaruh signifikan terhadap Non Performing Loan.

Kata Kunci : Variabel Makro Ekonomi, Variabel Internal Bank, Non Performing Loan


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillahirabbil’alamiin, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya. Shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita, nabi Muhammad SAW sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Variabel Makro Ekonomi Dan Variabel Internal Bank Terhadap Risiko Non Performing Loan (Studi Kasus Bank Swasta Nasional Non Devisa di Indonesia Periode 2008-2014“sebagai salah satu syarat

untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi dalam konsentrasi Perbankan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis sadar diri bahwasannya tulisan dari penelitian skripsi ini amatlah jauh dari kesempurnaan, mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis, namun demikian penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini dengan baik.

Penulis juga menyadari bahwasannya penyusunan skripsi ini tidak mungkin bisa selesai tanpa adanya bantuan dari semua pihak. Maka dari itu penulis persembahkan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang ikut turut serta membantu penulis dalam penyusunan skripsi baik materil maupun non-materil. Terimakasih ku:

1. Allah SWT atas segala karunia, nikmat, keberkahan, kesehatan dan begitu amat banyak nikmat yang Engkau berikan pada hambamu ini. Sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua Orangtua Bapak dan Ibu. Terimakasih telah selalu mendoakan anakmu menjadi anak yang sukses dan menjadi orang yang hebat, semoga ini adalah awal dari semua doamu. Terimakasih sudah bersabar menunggu kelulusanku.

3. Saudariku Rinastuti Rahayu, dan teman spesialku Ayu Adeline Brilianty.

4. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya serta sabar dalam memberikan pengarahan dan bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini.


(10)

ix

5. Bapak Arief Mufraini, Lc.,M.Si selaku dekan FEB dan Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen dan Ibu Ela Patriana, MM,. AAAIJ yang telah memberikan dukungan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak DRS. Miftahul Munir MM dan Ibu Yunia Silvia Sesunan,SE., MM selaku penasehat akademik, yang telah membimbing serta mengarahkan kegiatan pekuliahan hingga selesai

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah mengamalkan ilmunya untuk kepada kami.

8. Seluruh jajaran staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis atas kerjasamanya dalam membantu kelancaran proses perkuliahan hingga selesai

9. Teruntuk teman-teman terdekatku, Egi Fajar Nur Ali, Rizki Ramadhan, Achmad Reza Maulana, M.Singgih A.P, Budi Kurniawan, Andika Tri Laksono, Yoga Saputra, M. Andrian, M.Siddiq, Sucahyono Terimakasih telah banyak mengajarkan penulis akan banyaknya rasa hidup menjadi mahasiswa, memberikan pelajaran dan pengetahuan serta pengalaman.

10.Untuk teman-temanku yang namanya dan kisahnya selalu terekam dalam memori penulis. Fajar ari juniarti, Fanny Agustin, Yudnina Falhanawati, Novi dehasni, Bathalatu Karbela, Eka septia, Mery Wulandari, Fitria Astrid Damayanti, Astriani lesmaya, Fitri, Retni, Leni, Mpok Evi, Izzah Nasution. Fitrah Amirudin, Reza, Geraldo Gusti,

11.Teman-teman Manajemen B dan manajemen Perbankan

12.Seluruh Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jazakumullah Khoiron Semoga Allah yang membalas semua kebaikan yang telah mereka berikan mendapatkan balasan dengan sebaik-baiknya balasan.

Wasallamuallaikum Wr.Wb

Tangerang, 21 Juni 2016

Penulis


(11)

x DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bank 1. Pengertian Bank ... 11

2. Jenis-jenis Bank ... 13

B. Manajemen Kredit 1. Definisi Kredit ... 19

2. Unsur-unsur Kredit ... 19

3. Jenis-jenis Kredit ... 21


(12)

xi

D.Inflasi

1. Pengertian Inflasi ... 27

2. Jenis-Jenis Inflasi ... 28

3. Penggolongan Inflasi ... 29

4. Efek Inflasi ... 29

5. Indikator Inflasi ... 31

6. Kebijakan yang dapat diambil untuk menghadapi inflasi ... 33

E. BI Rate ... 35

F. Kurs ... 36

G.Loan to Deposit Ratio ... 38

H.Ukuran Bank (Bank Size) ... 40

I. Hubungan Antar Variabel ... 41

J. PenelitianTerdahulu ... 46

K.Kerangka Pemikiran ... 50

L. Hipotesis ... 51

BAB III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 52

B. Metode Penentuan Sampel ... 52

C. Metode Pengumpulan Data ... 53

D. Metode Analisis Data ... 54

E. Operasional Variabel Penelitian ... 64

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 68

B. Analisa dan Pembahasan ... 71

1. Deskriptif Sampel ... 71

2. Deskriptif Variabel ... 72

3. Analisis Pengujian Asumsi Klasik ... 79

4. Pengujian Hipotesis ... 88


(13)

xii

A. Kesimpulan ... 97

B.Implikasi ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 100


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1 Posisi Aset dan Dana Pihak Ketiga ... 3

1.2 Perbandingan Variabel ... 5

2.1 Penelitian Terdahulu ... 46

4.1 Daftar Bank Umum Swasta Nasional non Devisa ... 72

4.2 Inflasi ... 73

4.3 BI Rate ... 74

4.4 Kurs ... 75

4.5 LDR ... 76

4.6 Bank Size ... 78

4.7 NPL ... 79

4.8 Uji Kolmogorov-Smirnov ... 82

4.9 Uji Multikolineritas ... 83

4.10 Uji Durbin-Watson ... 85

4.11 Uji Park ... 87

4.12 Uji F ... 88

4.13 Uji t ... 90


(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

1.1 Pertumbuhan Aset dan DPK ... 4

2.1 Kerangka Pikiran ... 50

4.1 Hasil Analisis Histogram ... 80

4.2 Grafik Normal Probalilty Plot ... 81


(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No Keterangan Halaman

1. Data data Variabel Penelitian 2008-2012 ... 104

2. Tabel Deskriptif Statistik ... 106

3. Tabel Model Regresi, Anova, dan Koefisien ... 106

4. Uji Normalitas ... 107

5. Uji Multikolineritas dan Autokorelasi ... 109


(17)

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pada era globalisasi sekarang ini perkembangan dan pertumbuhan suatu

Negara dilihat dari faktor ekonomi makro maupun mikro. Semakin ketatnya

persaingan dalam dunia bisnis baik dalam skala global maupun skala nasional

menjadi salah satu faktor lain juga yang dapat mempengaruhi perkembangan dan

pertumbuhan. Maka dalam pemerintahannya suatu Negara memerlukan lembaga

intermediary atau lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat lalu

disalurkan kembali dalam bentuk pinjaman, yang lebih sering kita kenal sebagai

bank.

Kasmir (2003:5) fungsi utama perbankan adalah menghimpun dana dari

masyarakat dan menyalurkan kembali dalam bentuk pinjaman (kredit) guna untuk

peningkatan taraf hidup masyarakat. Menurut Undang-undang RI Nomor 10

Tahun 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah “Badan

Usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Kegiatan bank dalam usaha penyaluran dana kembali pada pihak lain yang


(19)

2 pada sisi aktiva, kredit merupakan aktiva produktif terbesar dalam memberikan

pendapatan dibanding aktiva produktif lainnya. Manurung dan Prathama Rahardja

(2004:134) menambahkan bahwasannya bank juga merupakan lembaga keuangan

yang paling sangat dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi. Dengan

menyalurkan dananya kepada masyarakat yang tujuannya adalah menjalankan

fungsinya sebagai lembaga intermediasi, maka bank dapat mendorong peningkatan

taraf hidup rakyat banyak.

Bank yang memiliki fungsi sebagai penghimpun dana dari masyarakat dan

menyalurkan kembali dananya kepada masyarakat, maka dalam peranannya harus

terjadi hubungan saling keprcayaan antara pihak bank dengan pihan nasabah. Atas

dasar kepercayaan dan tentunya dilandasi oleh hukum yang berlaku maka bank

dapat menjalankan fungsi nya dengan baik. Bank juga merupakan lembaga

keuangan terpenting yang mempengaruhi perekonomian suatu Negara baik secara

makro maupun mikro. Pertumbuhan bank yang semakin meningkat dari periode ke

periode merupakan salah satu ukuran dari majunya perekonomian suatu Negara.

Bank umum konvesional dibagi kedalam Bank Umum Milik Pemerintah,

Bank Swasta, Bank Swasta Nasional Devisa, Bank Swasta Nasional non Devisa,

Bank Pembangunan Daerah, Bank campuran, Bank asing. Dalam penelitian kali


(20)

3 Indonesia mengenai Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa. Meskipun asset

yang dimiliki Bank Umum Swasta Nasional non Devisa tidak sebesar Bank Umum

Swasta Nasional Devisa dan Bank Persero namun Bank Umum Swasta Nasional

non Devisa turut ambil andil dalam menyumbang angka pertumbuhan dari sektor

perekonomian melalui dana yang disalurkan kepada masyarakat.

Pertumbuhan asset Bank Umum Swasta non Devisa dari tahun ke tahun terus

Berikut data yang disajikan dalam bentuk tabel:

Tabel 1.1

Posisi Aset dan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Swasta Nasional non Devisa di Indonesia Periode 2008-2014 (dalam Milyar Rupiah)

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Aset 479.564 572.204 781.721 1.068.795 1.418.524 1.752.310 2.040.660

DPK 379.928 449.140 599.966 812.863 1.100.140 1.336.284 1.539.130

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia (data diolah)

Melalui data tabel diatas dapat dilihat bahwa dana pihak ketiga yang dapat

dihimpun oleh bank umum swasta non devisa terus mengalami kenaikan dari

tahun ke tahun. Tercatat pada tahun 2009 dana yang berhasil dihimpun mengalami

kenaikan sebesar 18,21% dari tahun sebelumnya, dan mengalami kenaikan yang

signifikan pada tahun 2010 dan 2011 yaitu naik sebesar 33,58% dan 35,48 %.

Namun pada tahun berikutnya walaupun dari segi jumlah angka terus bertambah

namun dari segi persentase mengalami penurunan yaitu hanya naik sebesar


(21)

4 umum swasta nasional non devisa mencatatkan pertumbuhan sebesar 19,31%

dibanding tahun sebelumnya 2008 dan naik kembali pada tahun 2010 yaitu sebesar

36,61% akan tetapi mengalami penurunan dari segi persentase pertumbuhan di

tahun 2014 yang hanya mencatat pertumbuhan sebesar 16,45%.

Agar lebih mudah dalam melihat tabel penulis memvisualisasikannya juga kedalam bentuk grafik

Gambar 1.1

Pertumbuhan Aset dan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa 2008-2014

(Data diolah dengan Microsoft excel)

0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000

2008 2009 2010

2011 2012 2013

2014

Aset


(22)

5

Tabel 1.2

Perbandingan Rata-rata Inflasi, Kurs, BI Rate, Bank Size, Loan to Deposit Ratio dan Non Performing Loan (NPL) Periode Tahun 2008-2014

Tanggal Inflasi Kurs (Rupiah)

BI Rate (%)

Bank Size

(Dalam Milyar) LDR (%) NPL (%)

Jan-08 7,36 9.291 8,00 38.063 78,96 2,05

May-08 10,38 9.318 8,25 39.397 79,03 2,27

Sep-08 12,14 9.378 9,25 41.517 81,17 2,21

Jan-09 9,17 11.355 6,50 43.339 79,60 1,66

May-09 6,04 10.340 6,50 44.431 77,70 2,35

Sep-09 2,83 9.681 6,50 50.015 81,30 2.53

Jan-10 3,72 9.365 6,50 53.503 82,49 2,42

May-10 4,16 9.180 6,50 59.883 86,98 2,42

Sep-10 5,8 8.924 6,50 70.881 84,64 2,62

Jan-11 7,02 9.057 6,75 77.092 86,19 2,67

May-11 5,98 8.537 6,75 82.798 87,10 2,30

Sep-11 4,61 8.823 6,75 95.439 84,64 2,23

Jan-12 3,65 9.000 6,00 106.740 82,80 1,87

May-12 4,45 9.565 5,75 111.777 86,48 2,03

Sep-12 4,31 9.588 5,75 125.482 88,03 2,09

Jan-13 4,57 9.698 5,75 134.227 87,35 2,00

May-13 5,47 9.802 6,50 144.507 88,99 2,00

Sep-13 8,4 11.613 7,25 150.541 92,97 1,80

Jan-14 8,22 12.226 7,50 158.996 83,48 2,04

May-14 7,32 11.611 7,50 165.158 93,26 2,18

Sep-14 4,53 12.212 7,50 174.949 93,22 2,33

Sumber Statistik Perbankan Indonesia (Data Diolah)

Dari data tabel 1.2 dari tahun 2008-2012 angka LDR sudah sesuai dengan

ketentuan Bank Indonesia yaitu batas minimum LDR suatu bank adalah 75%.


(23)

6 ini diimbangi oleh besarnya aset yang dimiliki oleh bank umum swasta nasional

devisa itu sendiri.

Menurut Ali (2006:27) Risiko Kredit adalah risiko dari kemungkinan

terjadinya kerugian bank sebagai akiat tidak dilunasinya kembali kredit yang

diberikan bank kepada debitur maupun Counterparty lainnya Kredit bermasalah

adalah masalah yang paling ditakuti oleh sebuah bank, karena kredit bermasalah

dapat menganggu jalannya kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank. Akan tetapi

bank tidak dapat menghindari risiko dari kredit bermasalah.

Menurut Rose (2002:326) Risiko kredit bermasalah berbahaya bagi eksitensi

suatu bank dalam menepati kewajibannya, mengurangi profitabilitas dan

membahayakan bagi kelangsungan hidupnya. Penyaluran kredit yang dinilai

dengan Loan to Deposit Ratio merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah

kredit yang diberikan atas simpanan pihak ketiga dan modal sendiri. Lestari dan

Sugiharto (2007:2) mengatakan bahawa semakin tinggi tingkat LDR maka

semakin berpotensi menyebabkan nilai NPL mengalami kenaikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Somoye, R.O.C (2010) mengenai risiko kredit

macet di Nigeria, dimana varibel dependennnya adalah Non Performing Loan dan

variable indpendennya adalah tingkat kebijakan moneter, suku bunga, risiko

kredit, risiko likuiditas, risiko pasar, risiko suku bunga, risiko produktif, risiko


(24)

7 memiliki hubungan positif moderat dengan kredit bermasalah. Sebaliknya, tingkat

risko suku bunga menunjukkan bahwa memiliki hubungan positif yang kuat,

sedangkan untuk risiko pendapatan yang sangat tinggi menunjukkan bahwa ia

memiliki hubungan yang kuat sangat positif dengan kredit bermasalah.

Inflasi merupakan kondisi yang dialami suatu Negara dimana harga-harga

barang naik secara terus menerus. Inflasi adalah dimana terjadi kelebihan

permintaan barang dan jasa dalam perekonomian secara keseluruhan Sukirno

(2008) Faktor penyebab Non Performing Loan adalah inflasi.

Menurut Jakubik P (2007) yang melakukan penelitian di Ceko menemukan

bahwa inflasi berpengaruh terhadap resiko kredit. Hogart et al yang melakukan

penelitiannya di Inggris raya menemukan pengaruh yang signifikan antara inflasi

dengan peningkatan jumlah penghapusan pinjaman.

Melihat kondisi tersebut penulis merasa tertarik untuk menganalisa

faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi bank umum swasta nasional non devisa

sesuai dengan peranan dari bank yaitu sebagai lembaga intermediasi. Sehingga penulis membuat judul penelitian ini “ Analisis Variabel Makro Ekonomi Dan Variabel Internal Bank Terhadap Risiko Non Performing Loan Pada Bank Umum Di Indonesia (Studi Kasus Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa di Indonesia 2008-2014).


(25)

8

B. Rumusan Masalah

Perbankan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi memiliki peranan

penting dalam menghimpun dana dari masyarakat yang berlebih dan

menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang

membutuhkan. Hal ini dilakukan oleh bank untuk mencapai tujuannya yaitu

meningkatkan taraf hidup orang banyak. Bank yang telah menyalurkan danana

berupa kredit tidak terlepas dari risiko kredit dimana uang yang dipinjamkan

dikembalikan telat, lewat jatuh tempo, tidak dibayar sama sekali atau yang lebih

dikenal dengan kredit bermasalah.

Faktor-faktor makro ekonomi seperti Inflasi, BI Rate dan Kurs yang bisa

saja berdampak pada tingkat pengembalian pinjaman sehingga menyebabkan

risiko Non Performing Loan, ditambah dari Faktor-faktor internal bank seperti

Loan Deposit to Ratio dan Bank Size pada risiko Non Performing Loan.

Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang dikemukakan di atas, maka

pertanyaan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Inflasi, BI Rate, Kurs, LDR dan Bank Size berpengaruh terhadap

NPL sektor secara simultan?

2. Apakah Inflasi, BI Rate, Kurs, LDR dan Bank Size berpengaruh terhadap


(26)

9 3. Manakah diantara variabel bebas yang memiliki pengaruh yang dominan

terhadap variabel NPL?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan

Berdasarkan dari latar belakang dan rumusan masalah maka diperoleh tujuan

dari penelitian, yaitu:

a. Menganalisis variabel-variabel secara bersamaan untuk mengetahui ada

tidaknya pengaruh signifikan terhadap risiko Non Performing Loan pada

Bank Umum Swasta Nasional non Devisa

b. Menganalisis ada tidaknya variabel-variabel tertentu yang merupakan

faktor eksternal dan internal Apakah Inflasi, BI Rate, Kurs, LDR dan Bank

Size berpengaruh terhadap NPL pada Bank Umum Swasta Nasional non

Devisa.

c. Menganalisis variabel mana yang mengambil peranan lebih dalam

mempengaruhi terjadinya risiko Non Performing Loan pada pada Bank


(27)

10

2. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penulis dan pihak-pihak lainyang

berkepentingan, yaitu:

a. Menjadi bahan masukan bagi praktisi dalam mengambil langkah keputusan

dan kebijakan berkaitan dengan manajemen risiko untuk meminimalisir

terjadinya risiko kredit.

b. Dapat menambah wawasan baru akan dunia perbankan khususnya

mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya Non

Performing Loan terhadap pembiayaan kredit.

c. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penilitian lebih lanjut yang

berkaitan dengan penelitian ini.

d. Menambah referensi dalam menilai kondisi kinerja dan kesehatan suatu


(28)

11

BAB II

TINJAUAN PUSAKA

A. Bank

1. Pengertian Bank

Menurut Dahlan siamat (2005:4). Lembaga keuangan adalah badan usaha

yang kekayaannya terutama berbentuk asset keuangan (financial assets) atau

tagihan (claims) dibandingkan dengan asset non keuangan (non financial assets)

lembaga keuangan terutama memberikan kredit dan menanamkan dananya dalam

surat-surat berharga. Disamping itu lembaga keuangan juga menyediakan jasa

keuangan lainnya antara lain: simpanan, kredit, proteksi asuransi, program

pensiun, penyediaan mekasnisme pembayaran dan mekanisme transfer dana.

Menurut Kasmir (2005:9) lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang

bergerak dibidang keuangan dimana kegiatannya apakah hanya menghimpun

dana atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya menghimpun dan

menyalurkan dana.

Lembaga keuangan menurut UU No.14/1967 pasal 1 yang kemudian diganti

dengan Undang-Undang no.7/1992 tentang perbankan di Indonesia bahwa

lembaga keuangan merupakan badan atau lembaga yang kegiatannya menarik


(29)

12 Dalam keputusan SK menkeu RI/No.792 /tahun 1990 dinyatakan bahwa

lembaga keuangan adalah semua badan usaha yang kegiatannya di bidang

keuangan melakukan penghimpunan dana, penyaluran dana kepada masyarakat

terutama dalam membiayai investasi pembangunan.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, yang

dimaksud dengan Bank adalah “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak” .

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Surat Keputusan Menteri

Keuangan RI No.792/Tahun1990. Pengertian bank menurut PSAK Nomor 31

dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007): “Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara

pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang

memerlukan dana (deficit unit), serta sebagai lembaga yang berfungsi

memperlancar lalu lintas pembayaran”.

Menurut Kasmir (2003.12) bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam

bidang keuangan artinya masalah perbankan selalu berkaitan masalah bidang

keuangan jadi dapat disimpulkan bahwa perbankan meliputi dari beberapa


(30)

13 dana dan bank memberikan jasa bank keuangan lainnya. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa bank adalah sebagai lembaga intermediary atau lembaga

keuangan perantara antara pihak yang ingin menghimpun dana dan pihak yang

membutuhkan dana dengan menyalurkannya.

2. Jenis-Jenis Bank

a. Dilihat dari segi fungsinya

Menurut undang-undang no 7 tahun 1992 tentang perbankan dan ditegaskan

kembali di Undang-undang RI no 10 tahun 1998, maka jenis perbankan

berdasarkan fungsinya terdiri dari:

1) Bank Umum

Bank umum adalah bank yang segala kegiatan usahanya dilaksanakan

secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip-prinsip syariah dalam

memberikan jasa yang berada dalam lalu lintas pembayaran. Jasa yang

diberikannya pun bersifat umum yang artinya dapat memberikan seluruh

jasa perbankan yang tersedia.

Wilayah operasi jangkauan dari pelayanan bank umum pun mencakup

seluruh wilayah di Indonesia maupun di luar negeri. Bank Umum lebih

sering disebut dengan bank komersial karena sifatnya yang berbeda dengan

bank Syariah.


(31)

14 Bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan

usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya

Bank Perkreditan Rakyat memiliki cangkupan yang jauh lebih sempit jika

dibandingkan dengan dengan kegiatan Bank Umum.

b. Dilihat dari segi kepemilikannya

Ditinjau dari segi kepemilikan adalah siapapun yang turut andil dalam

pendirian suatu bank. Kepemilikan bank dapat diihat dari akte pendirian dan

penguasaan saham yang dimilikinya. Berikut jenis bank dilihat dari segi

kepemilikannya:

1) Bank Milik Pemerintah

Bank milik pemerintah merupakan bank yang akta pendirian maupun

modal bank ini sepenuhnya di miliki oleh pemerintah Indonesia, sehingga

keseluruhan keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Bank

yang dimiliki oleh pemerintah antara lain Bank Negara Indonesia 46

(BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN) dan

Bank Mandiri.

2) Bank Milik Swasta Nasional

Bank milik swasta nasional merupakan bank yang seluruh atau

sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional. Hal ini dapat


(32)

15 keuntungan yang sebagian besar untuk swasta nasional. Bank yang

dimiliiki oleh swasta nasional antara lain adalah Bank Central Asia, bank

danamon Indonesia, Bank Niaga, Bank Universal, Bank Internasional

Indonesia.

3) Bank Milik Koperasi

Bank milik koperasi merupakan bank yang kepemilikan sahamnya

dimiliki oleh perusahaan dibawah payung berbadan hukum Koperasi.

Bank Umum Koperasi Indonesia merupakan contoh dari Bank Milik

Koperasi.

4) Bank milik asing

Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negei

baik milik swasta asing maupun pemerintah asing.Bank milik asing dari

segi kepemilikan berdasarkan akta pendirian dan kepemilikan sahamnya

100% dimiliki oleh pihak asing (luar negeri) yang berada di Indonesia.

Contoh bank Milik Asing American Express Bank, Bank Of Amerika, dll

5) Bank milik campuran

Bank milik campuran merupakan bank yang dari segi kepemilikan

sahamnya dimiliki oleh dua belah pihak yaitu dalam negeri dan luar negeri

biasanya oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Saham bank

campuran secara mayoritas dimiliki oleh warga negara Indonesia. Contoh

bank campuran yaitu Inter Pacific Bank, Mitsubishi Buana Bank, Sanwa


(33)

16 c. Dilihat dari segi status

Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat, terutama

bank umum. Pengklasifikasian dibentuk berdasarkan kedudukan atau status

bank tersebut. Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran-ukuran

kemampuan bank dalam melayani masyarakat dari segi jumlah produk,

modal, maupun kualitas pelayananya. Untuk memperoleh status tertentu maka

diperlukan penilaian-penilaian dengan criteria tertentu pula. Status bank yang

dimaksudkan adalah:

1) Bank Devisa

Adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau

berhubungan dengan nilai mata uang asing secara keseluruhan. Misalnya

transfer keluar negeri, traveler cheque, pembukaan dan pembayaran letter

of credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini

ditentukan oleh Bank Indonesia.

2) Bank Non-Devisa

Adalah bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi

sebagai bank devisa sehingga tidak dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan

seperti yang dilakukan oleh Bank Devisa. Jadi bank non devisa hanya dapat


(34)

17 d. Dilihat dari segi cara menentukan harga

Dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik harga jual

maupun harga beli, bank terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:

1) Bank yang berdasarkan prinsip konvesional

Bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang masih

berorientasi pada prinsip konvesional (Profit oriented). Dalam hal ini

terdapat dua metode yang dilakukan oleh bank konvesional dalam mencari

keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya yaitu; metode

pertama menentapkan bunga sebagai harga untuk produk simpanan seperti

giro, tabungan maupun deposito.

Demikian pula, harga untuk produk pinjamannya (kredit) juga dtentukan

berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan yang lebih dikenal

dengan spread based.

Metode kedua yang digunakan adalah untuk jasa-jasa bank lainnya,

pihak perbankan menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya

nominal atau dalam prosentase tertenut. Sistem pengenaan biaya ini dikenal

dengan istilah fee based.

2) Bank yang berdasarkan prinsip syariah (non profit oriented)

Bank berdasarkan prinsip syariah adalah bank yang segala kegiatannya

hampir sama dengan bank konvesional yakni menghimpun dana dan


(35)

18 dengan berlandaskan Al-quran. Dalam menentukan harga atau mencari

keuntungan bagi bangk yang berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai

berikut:

(a)Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)

(b) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah)

(c) Prinsip jual-beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah)

(d) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan

(ijarah)

(e) Dengan adanya pilihan pemindah kepemilikan atas barang yang

disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

B. Manajemen Kredit

Manajemen Kredit adalah illmu yang mempelajari bagaimana suatu lembaga

atau institusi menggunakan sumberdaya yang dimilikinya untuk merencanakan,

mengorganisasi, mengendalikan dan mengimplementasikannya dalam sebuah

kebijakan yang berhubungan dengan kredit.

Dengan diterapkannya manajemen kredit tidak lain adalah untuk mengelola

kegiatan-kegiatan yang terdapat unsur penyaluran kredit maupun tingkat


(36)

19 antara kredit yang disalurkan dengan tingkat pengembaliannya. Hal ini bertujuan

juga sebagai tolak ukur dari kinerja suatu bank dari segi penyaluran dana.

1. Definisi kredit

Berdasarkan UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan yang dimaksud

kredit adalah “ Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. Bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan maka tugas

penyaluran kredit merupakan satu dari kegiatan bank umu yang bersumber

dari dana masyarakat atau lebih dikenal dari dana pihak ketiga. Sebelum bank

memberikan atau menyalurkan kreditnya kepada pihak yang membutuhkan

(debitur) bank terlebih dahulu menilai kelayakan para calon debiturnya untuk

menghindari hal-hal yang akan mengakibatkan kredit bermasalah.

2. Unsur-Unsur Kredit

Dari pengertian di atas, menurut Fahmi dan Lavianti (2010:7) maka

unsur- unsur kredit adalah sebagai berikut.

a. Kepercayaan.

Kepercayaan (Trust) adalah sesuatu yang paling utama dari unsure

kredit yang harus ada karena tanpa ada rasa saling percaya antara kreditur


(37)

20 b. Waktu (Time)

Waktu adalah bagian yang sering dijadikan kajian oleh pihak analisis

finance khususnya analisis kredit. Analisis waktu bagi pihak kreditur

menyangkut dengan analisis dalam bentuk calculation of time value of

money yaitu nilai uang pada saat sekarang adalah berbeda dengan nilai

uang pada saat yang akan datang

c. Risiko

Risiko di sini menyangkut persolan seperti degree of risk.Dalam hal

ini yang paling dikaji adalah keadaan yang terburuk yaitu pada saat kredit

tersebut bermasalah atau sering disebut kredit macet.

d. Prestasi

Prestasi adalah treck record yang dimiliki oleh kreditur yang diberikan

kepada debitur. Yang tujuannya adalah bagaimana kreditur melihat

bagaimana debitur dalam mengelola kredit yang diberikan tersebut.

e. Kreditur

Kreditur adalah pihak yang memiliki uang, barang atau jasa untuk

dipinjamkan kepada pihak lain yang membutuhkan dengan harapan dari

hasil pinjaman tersebut diperoleh keuntungan dalam bentuk bunga


(38)

21 f. Debitur

Debitur adalah pihak yang memerlukan uang, barang atau jasa dan

berkomitmen untuk mengembalikannya tepat sesuai dengan peraturan dan

kesepakatan yang telah disepakati bersama dengan kreditur.

3. Jenis-Jenis Kredit

Menurut Ismail (2010: 99) kredit dibedakan menjadi beberapa jenis antara

lain:

a. Kredit Dilihat Dari Tujuan Penggunanya

1) Kredit investasi

Kredit Investasi merupakan kredit yang diberiakan oleh bank kepada

debitur untuk pengadaan barang-barang modal (aktiva tetap) yang

mempunyai nilai ekonomis lebih dari satu tahun.

2) Kredit modal kerja

Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan modal kerja yang biasanya habis dalam satu siklus

usaha. Kredit modal kerja ini, biasanya diberikan dalam jangka pendek

yaitu lamanya satu tahun.


(39)

22 Kredit konsumtif merupakan kredit yang diberikan kepada nasabah

untuk membeli barang dan jasa untuk keperluan pribadi dan tidak untuk

digunakan keperluan usaha.

b. Kredit dilihat dari jangka waktunya

Sesuai dengan jangka waktunya kredit dibagi menjadi 3, yaitu kredit jangka

pendek, menengah dan panjang

1) Kredit jangka pendek

Kredit jangka pendek merupakan kredit yang diberikan dengan

jangka waktu maksimal satu tahun. Kredit tersebut biasanya diberikan

oleh bank untuk membiayai modal kerja perusahaan yang mempunyai

siklus usaha dalam satu tahun.

2) Kredit jangka menengah

Kredit jangka menengah merupakan kredit yang diberikan dengan

jangka waktu antara satu tahun sampai tiga tahun. Kredit ini dapat

diberikan untuk ketiga jenis kredit yaitu modal kerja, kredit investasi,

dan kredit konsumtif.

3) Kredit jangka panjang

Kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga tahun. Kredit ini

diberikan untuk kredit investasi, misalnya untuk pembelian gedung,


(40)

23 c. Kredit dilihat dari cara penarikannya

1) Kredit Sekaligus

Kredit sekaligus bisa disebut dengan afloped credit yaitu kredit yang

dicairkan sekaligus sesuai dengan plafon kredit yang disetujui. Kredit

tersebut bisa dicairkan secara tunai, maupun nontunai yaitu memalui

pemindah bukuan.

2) Kredit bertahap

Kredit yang pencairannya tidak sekaligus, akan tetapi dilakukan

secara bertahap 2,3,4 kali pencairan dalam masa kredit. Pencairannya

disesuaikan dengan dana yang dibutuhkan kreditur.

3) Kredit rekening koran

Kredit rekening koran merupakan kredit yang penyediaan dananya

dilakukan melaui pemindahbukuaan. Bank akan memindahkan kredit

tersebut ke dalam rekening giro nasabah, sedangkan penarikannya

dilakukan dengan menggunakan sarana berupa cek, bilyet giro atau

surat pemindah bukuan.

Namun menurut Kasmir (2008:105) jenis-jenis penggolongan kredit selain

beberapa penggolongan yang disebutkan diatas, penggolongan kredit


(41)

24 d. Menurut segi jaminannya

1) Kredit dengan jaminan

Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat

berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang.

Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan

yang diberikan si calon debitur.

2) Kredit tanpa jaminan

Merupakan kredit yang di berikan tanpa jaminan barang atau orang

tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan

karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini.

e. Dilihat dari segi usaha

1) Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor

perkebunan tau pertanian rakyat

2) Kredit pertenakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya

peternakan ayam dan jangka panjang kambing atau sapi.

3) Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri kecil, menengah

atau besar.

4) Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibayainya biasanya


(42)

25 5) Kredit pendidikan, merupaka kredit yang diberikan untuk membangun

sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk

para mahasiswa.

6) Kredit profesi, diberikan kepada para profesional seperti dosen, dokter

atau pengacara.

7) Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau

pembelian perumahan.

8) Dan sektor-sektor lainnya.

D. Kredit Bermasalah

Kredit bermasalah adalah salah satu resiko yang dihadapi dalam dunia

perbankan, karena hampir semua perbankan memiliki kredit bermasalah. Kredit

bermasalah dapat mempengaruhi keberlangsungan bank dalam beroperasi,

karena tidak sedikit bank di Indonesia yang harus tutup karena mengalami

kredit bermasalah. Oleh sebab itu hampir setiap bank pula menerapkan

manajemen kredit untuk meminimalisir terjadinya kredit bermasalah.

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.31 tentang

akuntansi perbankan butir 24 menyebutkan bahwa: “Kredit non performing

pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokok dan/atau


(43)

26 atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Kredit

non performing terdiri atas kredit yang digolongkan sebagai kredit kurang

lancar, diragukan, dan macet.”

Menurut Sutojo (2008:13) menyatakan jika “pengertian kredit bermasalah

adalah suatu keadaan di mana debitur mengingkari janji mereka membayar

bunga dan atau kredit induk yang telah jatuh tempo, sehingga terjadi

keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran.

Sedangkan menurut Manurung (2004:196) kredit yang disalurkan dikatakan

bermasalah apabila pengembaliannya terlambat dibanding jadwal yang telah

direncanakan atau lewat dari jatuh tempo, bahkan tidak dikembalikan sama

sekali.

Dalam dunia perbankan internasional, kredit dapat dikatagorikan ke dalam

kredit bermasalah bilamana (Sutojo,2008:13)

1) Terjadinya keterlambatan pembayaran bunga dan/atau kredit induk lebih dari 90

hari sejak tanggal jatuh temponya.

2) Tidak dilunasi sama sekali, atau

3) Diperlukan negosiasi kembali atas syarat pembayaran kembali kredit dan bunga


(44)

27 Kredit bermasalah dikategorikan dalam tiga kelompok (Sutojo, 2008:13)

yaitu kredit kurang lancar, kredit yang diragukan, dan kredit macet. Dapat

disimpulkan bahwa kredit bermasalah adalah pituang yang tak tertagih atau

kredit yang mempunyai kriteria kurang lancar, diragukan, dan macet karena

mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor-faktor tertentu.

Berdasarkan surat Edaran Bank Indonesia Nomor7/56/DPbS tanggal 9

Desember 2005, pedoman untuk perhitungan rasio non performing loan (NPL)

dihitung dengan cara sebagai berikut:

NPL= X 100%

E. Inflasi

1. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami

kenaikan secara terus menerus (Nanga, 2001:237).Inflasi adalah proses dari

suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga

yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi

jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling

pengaruh-mempengaruhi. Kenaikan tingkat harga umum yang terjadi sekali

waktu saja tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi. Kredit yang bermasalah


(45)

28 Sementara itu Earchen (2000:13) bahwa Inflasi adalah kenaikan harga

terus-menerus dalam rata-rata tingkat harga. Jika tingkat harga berfluktuasi,

bulan ini naik dan bulan depan turun, setiap adanya kenaikan harga tidak berarti

sebagai inflasi. Sedangkan Sukirno (2004:27) memberikan definisi bahwa

inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu

perekonomian.

2. Jenis-Jenis Inflasi

Dalam teori ekonomi penggolongan pertama inflasi didasarkan parah atau

tidaknya inflasi tersebut. Sukirno (2005:11) membedakan beberapa macam

inflasi yaitu:

a. Inflasi Merayap

Yakni jenis inflasi yang terjadi besarannya hanya sekitar 2-3%

pertahun.

b. Inflasi Sederhana/Inflasi menengah

Inflasi yang terjadi sekitar 5-8% pertahun atau masih <10% inflasi ini

dapat ditandai dengan meningkatnya harga yang cukup besar dan kondisi

tersebut berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat

akselerasi, yang artinya harga pada bulan/minggu berikutnya selalu lebih

tinggi dari waktu sebelumnya.


(46)

29 Inflasi jenis ini sangat mengkhawatirkan, karena harga-harga barang

meningkat sampai dengan lima atau enam kali dalam waktu satu tahun

sehingga nilai uang turun secara tajam. Inflasi yang tinggi biasanya

dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang panas (over heated), artinya

permintaan atas produk melebihi kapasitas penawaran produknya.

3. Penggolongan inflasi berdasarkan penyebabnya, dibedakan menjadi dua, yaitu: (Sukirno, 2006:333).

a. Demand pull inflation

Yaitu inflasi yang disebabkan terlalu kuatnya peningkatan agregat

permintaan terhadap komoditi-komoditi di pasar barang.

b. Cost low inflation

Yaitu inflasi yang dissebabkan bergesernya kurva agregat penawaran ke

arah kiri atas. Penyebabnya adalah meningkatnya harga-harga faktor

produksi sehingga menaikan harga komoditi di pasar.

4. Efek Inflasi

Efek Inflasi dapat mempengaruhi sektor perekonomian dan meningkatkan


(47)

30 oleh fluktuaktifnya harga minyak dunia, dan telah terbukti menjadi peristiwa

yang banyak mengacaukan perekonomian dunia dalam dekade akhir. Dampak

inflasi yang dirasakan bagi rakyat miskin atau berpenghasilan rendah terkadang

jauh lebih besar dibandingkan dengan angka inflasi itu sendiri.

Inflasi telah mendepresiai nilai kekayaan dan pendapatan riil masyarakat

sehingga terjadi penurunan daya beli. Dalam kondisi demikian perusahaan

dililit oleh biaya – biaya produksi dan pemasaran yang semakin naik. Sehingga pendapatan perusahaan makin menurun.

Menurut Manurung (2008:371) setidaknya ada tiga biaya sosial yang harus

ditanggung akibat tingginya angka inflasi. Dampak sosial tersebut ialah

menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat, memburuknya distribusi pendapatan,

dan terganggunya stabilitas perekonomian. Inflasi dapat menimbulkan beberapa

efek buruk terhadap kegiatan ekonomi dan kemakmuran individu dan

masyarakat (Sukirno 2006:338).

a. Efek Buruk Inflasi terhadap Perkembangan Ekonomi

Biaya yang terus-menerus mengalami kenaikan menyebabkan kegiatan

produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih

suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Kegiatan ekonomi

semacam ini dapat menyebabkan produktivitas dan berakibat pada


(48)

31 produk dalam negeri tidak bisa bersaing diluar negeri sehingga ekspor akan

menurun.

b. Efek Buruk Inflasi terhadap Kemakmuran Masyarakat

Inflasi dapat menurunkan pendapatan riil orang-orang yang

berpendapatan tetap. Selain itu inflasi dapat mengurangi nilai kekayaan

yang berbentuk uang. Sebaliknya harta-harta tetap seperti rumah dan tanah

akan terus mengalami kenaikan harga. Hal demikian dapat menyebabkan

tidak meratanya kekayaan di masyarakat.

5. Indikator Inflasi

Menurut Manurung dan Prathama (2004:164) ada beberapa indikator

ekonomi makro yang digunaka untuk mengetahui tingkat inflasi selama satu

periode tertentu yaitu:

a. Indeks Harga Konsumen (IHK)

Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah angka indeks yang menunjukan

tingkat harga barang dan jasa harus dibeli konsumen dalam suatu periode

tertentu. Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan

jasa utama yang dikonsumsi masyarakat dalam suatu periode tertentu.

Masing-masing harga barang dan jasa tersebut diberi bobot berdasarkan

tingkat keutamaanya. Barang dan jasa yang dianggap paling penting diberi


(49)

32 Di Indonesia sendiri untuk menghitung IHK dilakukan dengan

memperhitungkan sekitar beberapa ratus harga komoditas pokok. Hal ini

dilakukan untuk lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya,

perhitungan IHK dilakukan dengan melihat perkembangan regional, yaitu

dengan mempertimbangkan tingkat inflasi kota-kota besar, terutama

Ibukota Propinsi di Indonesia.

b. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)

Jika inflasi melihat dari sisi konsumen, maka Indeks Harga Perdagangan

Besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh karena itu IHPB seing

juga disebut sebagai indeks harga produsen. IHPB menunjukkan tingkat

harga yang diterima oleh produsen berbagai tingkat produksi. Prinsip

menghitung inflasi berdasarkan data IHPB adalah sama dengan cara

berdasarkan IHK

c. Indeks Harga Implisit (GDP Deflator)

Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan gambaran

laju inflasi yang terbatas. Sebab jika dilihat dari metode perhitungannya kedua

indikator tersebut hanya melengkapi beberapa puluh kota saja. Sama halnya IHK-IHKt-1

INFLASI = X 100%

IHKt-1

IHPB-IHPBt-1

INFLASI = X 100%


(50)

33 dengan dua indikator sebelumnya, perhitungan inflasi berdasarkan IHI

dilakukan dengan menghitung perubahaan angka indeks.

6. Kebijakan yang dapat diambil untuk menghadapi inflasi

Inflasi tentunya harus diatasi dan untuk mengatasinya dapat dilakukan

pemerintah dan otoritas moneter dengan cara melakukan beberapa kebijakan

yang menyangkut bidang moneter, fiskal dan non moneter. Adapun kebijakan

tersebut yaitu:

a. Kebijakan moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan

pendapatan nasional dengan cara mengubah jumlah uang yang beredar.

Penyebab inflasi diantara jumlah uang yang beredar terlalu banyak sehingga

dengan kebijakan ini diharapkan jumlah uang yang beredar dapat dikurangi

menuju kondisi normal. Untuk menjalankan kebijakan ini bank Indonesia

menjalankan beberapa politik/kebijakan yaitu politik diskonto, politik pasar

terbuka dan menaikkan cash ratio.

1) Politik diskonto ditujukan untuk menaikan tingkat bunga karena

dengan bunga kredit tinggi maka aktiitas ekonomi yang menggunakan IHI-IHIt-1

INFLASI = X 100%


(51)

34 dan pinjaman akan tertahan karena modal pinjaman akan menjadi

mahal.

2) Politik pasar terbuka dilakukan dengan cara menawarkan surat

berharga ke pasar modal. Dengan cara ini diharapkan masyaraka

membeli surat berharga tersebut seperti surat yang memiliki tingkat

bunga tinggi dan ini merupakan upaya agar uang yang beredar

dimasyarakan mengalai penurunan jumlahnya.

3) Cash Ratio artinya cadangan yang diwajibkan oleh bank sentral

kepada bank-bank umum yang besarannya tergantung kepada

keputusan dan kebijakan dari bank sentral atau pemerintah.

b. Kebijakan Fiskal

Kebijakan yang berhubungan dengan financial pemerintah. Bentuk

kebijakan ini antara lain:

1) Pengurangan pengeluaran pemerintah, sehingga pengeluaran

keseluruhan dalam perekonomian bisa dikendalikan.

2) Menaikkan pajak, akan mengakibatkan penerimaan uang masyarakat

berkurang dan ini berpengaruh pada daya beli masyarakat yang

menurun dan tentunya permintaan akan barang dan jasa yang bersifat


(52)

35 c. Kebijakan Non-Moneter

Kebijakan ini dapat dilakukan dengan cara menaikan hasil produksi,

kebijakan upah dan pengawasan harga dan distibusi barang.

F. BI Rate

Menurut situs resmi Bank Indonesia www.bi.go.id, BI rate adalah suku bunga

kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.

BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat

Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang

dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management)

di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.

Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku

bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga

PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan

pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank

Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI rate apabilaterjadi inflasiyang

melampaui batas pada sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia

akan menurunkan BI rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah


(53)

36 Dalam hal ini jadwal penetapan dan penentuan BI rate melalui Rapat Dewan

Gubernur (RDG), yaitu:

a) Penetapan respons (stance) kebijakan moneter dilakukan setiap bulan melalui

mekanisme RDG Bulanan dengan cakupan materi bulanan.

b) Respon kebijakan moneter (BI rate) ditetapkan berlaku sampai dengan RDG

berikutnya

c) Penetapan respon kebijakan moneter (BI rate) dilakukan dengan

memperhatikan efek tunda kebijakan moneter (lag of monetary policy) dalam

memengaruhi inflasi.

d) Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula,

penetapan stance Kebijakan Moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan

melalui RDG Mingguan.

G. Kurs

Menurut www.bi.go.id, yang dimaksud dengan nilai tukar adalah nilai tukar

satuan uang suatu negara terhadap negara lain. Nilai tukar dipengaruhi oleh

beberapa faktor, seperti tingkat suku bunga dalam negeri, tingkat inflasi, dan

intervensi bank sentral terhadap pasar uang jika diperlukan sehingga senantiasa

berubah.

Menurut Mandala Manurung Prathama Rahardja dalam bukunya Uang,


(54)

37 sebagai kurs atau nilai tukar, harga suatu mata uang dinilai dengan mata uang lain.

Jadi nilai tukar atau harga mata uang asing adalah nilai tukara mata uang suatu

negara terhadap suatu mata uang negara lainnya.

Exchange Rates (nilai tukar uang) atau yang lebih populer dikenal dengan

sebutan kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar dari mata uang

asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic

currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang

asing (Adiwarman Karim, 2008:157). Nilai tukar uang merepresentasikan tingkat

harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lainnya dan digunakan

dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional,

turisme, investasi internasional, ataupun aliran uang jangka pendek

antarnegara, yang melewati batasbatas geografis ataupun batas-batas hukum.

Kurs merupakan salah satu hal terpenting dalam perekonomian terbuka,

karena memiliki pengaruh yang besar bagi neraca transaksi berjalan maupun

variabel-variabel makroekonomi lainnya.

Kurs menggambarkan harga dari suatu mata uang terhadap mata uang negara

lainnya, juga merupakan harga dari suatu aktiva atau harga aset (asset price)

(Krugman, 2005: 40). Sadono sukirno (2004:197), menjelaskan bahwa kurs valuta

asing dapat didefinisikan sebagai nilai seunit valuta (mata uang) asing apabila


(55)

38 mata uang suatu negara dapat dibedakan menjadi dua yaitu nilai tukar riil

dan nilai tukar nominal (Mankiw, 2006:242).

Nilai tukar nominal adalah nilai tukar yang digunakan seseorang saat

menukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar

rupiah merupakan nilai dari suatu mata uang rupiah yang ditukarkan ke dalam

mata uang negara lain. Contohnya nilai tukar rupiah terhadap dolaar AS, nilai

tukar rupiah terhadap Yen, nilai tukar rupih terhadap Euro dan lain-lain.

Nilai tukar riil ialah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan

barang dan jasa suatu negara dengan barang dan jasa negara lain, nilai

tukar riil menyatakan tingkat dimana pelaku ekonomi dapat

memperdagangkan barang-barang dari suatau negara dengan barang-barang

negara lain.

H. Loan to Deposit Ratio

Loan to Deposit Ratio atau yang sering disingkat dengan LDR adalah rasio

kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dalam bentuk rupiah dan valuta asing

dan tidak termasuk kredit kepada Bank lain, diman dana pihak ketiga mencangkup

giro, tabungan, dan deposto dalam rupiah dan valuta asing, tidak termasuk dana

antar Bank. (www.bi.go.id)

Menurut Mulyono (2001:101) Loan to Deposit Ratio merupakan rasio


(56)

39 kredit dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Loan to

Deposit Ratio menjadi salah satu gambaran kemampuan bank dalam membayar

kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit

yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Jadi semakin tinggi tingkat Loan to

Deposit Ratio memberikan indikasi bahwa tingkat kemampuan likuiditas bank

semakin rendah, dikarendakan jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai

kredit menjadi semakin besar. Begitupun sebaliknya, apabila Loan to Deposit

Ratio rendah maka menunjukkan bahwa tingkat ekspansi kredit yang rendah

dibandingkan dengan dana yang diterimanya dan menunjukkan bahwa bank masih

jauh dari maksimal dalam menjalankan fungsi intermediasinya. Yaitu bank

mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, dan

menyalurkannya kembali ke masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk kredit.

Menurut Lukman Dendawijaya (2005:116) Loan to Deposit Ratio adalah

ukuran seberap jauh kemampuan bank dalam membiayai kembali penarikan dana

yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai

sumber likuiditasnya. Lukman Denda Wijaya (2009:116) Perhitungan Loan to

Deposit Ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

LDR= Total Kredit yang disalurkan X100%


(57)

40

I. Ukuran Bank (Bank Size)

Ukuran bank atau istilah yang lebih dikenal adalah bank size didefinisikan

sebagai ukuran besar kecilnya skala suatu bank degan berbagai cara, antara lain

adalah : total aktiva, nilai pasar saham dan lain-lain. Menurut Rose (2002:172)

Pada dasarnya bank dapat dibagi menjadi 3 kategori yang didasarkan kepada total

assets yaitu bank besar dengan asset 100 milyar dolar Amerika, bank menengah

dengan asset 100 juta hingga 10 milyar dolar Amerika, dan bank kecil dengan

asset dibawah 100 juta dolar Amerika .

Menurut Ardi dan Lana (2006_ besar kecilnya perusahaan dapat dilihat dari

total asset yang dimiiliki oleh perusahaan tersebut. Semakin besar asset yang

dimiliki perusahaan maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Asset

perusahaan merupakan posisi utama dalam mencerminkan kekayaan yang

merupakan hasil penjualan dalam berbagai bentuk. Dalam perusahaan perbankan

ukuran perusahaan dapat dilihat dari jumlah total asset yang dimiliki oleh bank

tersebut. Asset yang dimiliki oleh bank terdiri atas kas, giro pada bank lain, giro

pada BI penempatan pada bank lain, surat-surat berharga, kredit yang diberikan,

penyertaan, biaya dibayar dimuka, aktiva tetap, aktiva sewa guna usaha, aktiva

lain-lain.

Aset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional


(58)

41 besar hasil operasional perusahaan. Peningkatan aset yang diikuti dengan

peningkatan hasil operasi akan semakin meningkatkan kepercayaan dari pihak

eksternal terhadap perusahaan. Berdasarkan teori skala efesiensi dapat

disimpulkan bahwa perusahaan dengan aset yang besar mampu menghasilkan

keuntungan lebih besar apabila diikuti dengan hasil dari aktivitas operasionalnya.

J. Hubungan antar Variabel

1. Hubungan antara Inflasi dengan Non Performing Loan

Dalam dunia perekonomian inflasi tidak dapat dipisahkan dengan

pertumbuhan dan perkembangan perekonomian suatu negara. Inflasi merupakan

hal yang wajar terjadi, hal ini bisa memiliki arti suatu negara dalam masa

pertumbuhan dan perkembangan yang baik atau malah sebaliknya. Dengan kata

lain inflasi dapat menjadi acuan tolak ukur bagi perekonomia suatu negara.

Hal ini Inflasi turut mendorong para pelaku ekonomi dalam menyesuaikan

penilaian terhadap harga-harga dan dengan adanya penyesuaian itu

membutuhkan biaya yang tidak sedikit (Manurung, 2008:260). Selain itu inflasi

juga mengharuskan pengusaha untuk menaikan gaji para pegawainya. Kedua hal

tersebut dapat mempengaruhi pada kegiatan usaha produksi suatu perusahaan dan

akan berpengaruh pula pada tingkat keuntungan yang diraup oleh perusahaan,


(59)

42 pembiayaan yang telah diberikan. Keadaan tersebut dapat menyebabkan

kenaikan tingkat pembiayaan bermasalah yang dihadapi oleh perbankan.

2. Hubungan antara BI Rate dengan Non Performing Loan

BI Rate merupakan suku bunga acuan yang menjadi kebijakan yang

diambil oleh Bank Indonesia yang merupakan peranannya sebagai bank central

pemerintahaan, BI Rate menjadi salah satu tools kebijakan moneter dalam

perekonomian Indonesia. Kebijakan BI rate ini di ambil dan di umumkan

kepada bank-bank umum yang ada di Indonesia untuk menekan laju inflasi

yang terjadi dan nantinya besaran dari kebijakan BI rate ini dapat menjadi suku

bunga acuan bagi bank-bank lainnya dalam melakukan kegiatan perbankan.

Kenaikan BI Rate sebagai suku bunga acuan dapat mempengaruhi tingkat

penyaluran kredit perbankan ke masyarakat, karena hal ini masyarakat akan

berpikir dua kali untuk mengambil dan mengajukan pinjaman ke bank. Hal ini

akan berakibat sama juga pada tingkat pengembalian kredit ke bank, karena

kemampuan masyarakat dalam pengembalian pinjaman akan berpengaruh

akibat dari kenaikan suku bunga pinjaman. Hal ini bisa diambil hipotesa bahwa


(60)

43

3. Hubungan antara Kurs dengan Non Performing Loan

Kurs atau nilai tukar merupakan cerminan dari fundamental

perekonomian suatu negara terhadap negara lain. Penguatan atau pelemahan

nilai tukar rupiah khususnya terhadap mata uang asing dapat mempengaruhi

perekonomian dan mempengaruhi pemerintah dalam menetapkan suatu

kebijakan, baik kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal.. Penguatan atau

pelemahan kurs akan mempengaruhi tingkat harga suatu barang dan hal ini

dapat memicu terjadinya inflasi. dan nantinya akan berimbas pula bagi kegiatan

perbankan di Indonesia dalam menentukan besaran biaya yang akan disalurkan

mengingat masyarakat akan berpikir untuk melakukan pengajuan pinjaman

apabila harga-harga naik. Dan hal ini dapat berpengaruh juga terhadap tingkat

pengembalian pinjaman karena bank harus bisa mengatur dengan menyesuaikan

terhadap lonjakan yang terjadi pada nilai tukar.

4. Hubungan antara Loan to Deposit Ratio dengan Non Performing Loan

Menurut Wiagustini (2010:76) likuiditas merupakan rasio keuangan untuk

mengatur kemampuan oerasional bank dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya pada saat ditagih. Sedangkan menurut Riyadi (2006:165) Idikator

likuiditas dan penurunan fungsi intermediasi perbankan ii dapat dilihat dari

Loan to Deposit Ratio dimana perbandingan antara total kredit yang diberikan


(61)

44 Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank untuk menjalankan

fungsinya sebagai lembaga intermediary, oleh karena itu kegiatan

penghimpunan dana kredit dari masyarakat sangat menentukan besar kecilnya

profit atau keuntungan bank sekaligus menentukan besar kecilnya risiko yang

diambil oleh bank. Besar kecilnya rasio keuntungan maupun kerugian yang

akan dialam oleh bank hal ini sangat dipengaruhi adanya kredit bermasalah atau

Non Performing Loan.

Rasio LDR merupakan acuan dari neraca keuangan oleh bank, dan menjadi

salah satu indikator besarnya kredit yang disalurkan oleh bank, semakin tinggi

LDR maka jumlah kredit yang akan diberkan juga semakin meningkat. Hal ini

menunjukkan awha pada saat jumlah kredit yang diberikan dan rasio LDR

tinggi, kemungkinan laba yang diperoleh melalui pendapatan bunga pun akan

tinggi

5. Hubungan antara Bank Size dengan Non Performing Loan

Menurut Ranjan dan Dahl (2003), Ukuran Bank diperoleh melalui

perhitungan total asset yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan jika

dibandingkan dengan total assets dari bank-bank lain.

Assets disebut juga aktiva, sisi aktiva pada bank menunjukkan strategi dan


(62)

45 kas, rekening pada bank sentral, pinjaman jangka pendek dan jangka panjang,

serta aktiva tetap.Semakin besar assets atau aktiva yang dimiliki oleh suatu

bank maka semakin besar pula jumlah kredit yang dapat disalurkan oleh bank

tersebut.

Menurut Dendawijaya (2000) semakin besar volume kredit memberikan

kesempatan bagi pihak bank untuk menekan tingkat Spread, yang pada

akhirnya akan menurunkan tingkat bunga kredit (lending rate) sehingga bank

akan lebih kompetitif dalam memberikan pelayanan kepada kreditur atau

nasabah yang membutuhkan kredit. Dalam penelitian Rajiv Ranjan dan Sarat

Chandra Dahl (2003) mengungkapkan bahwa semakin besar ukuran bank (Bank


(63)

46

K. Penelitian Terdahulu

No Peneliti, Tahun, Judul

Variabel Metode Hasil Penilitian

1. Mutia,

Megawati, dkk (2014)

“Pengaruh

Inflasi, Kurs dan tingkat suku bunga terhadap

NPL PT BTN”

Dependent: NPL Independent: Inflasi, Kurs, Tingkat Suku Bunga Regersi linier berganda

Inflasi dan tingkat suku bunga secara individual (parsial) berpengaruh signifikan terhadap NPL. sedangkan kurs tidak berpengaruh terhadap NPL

2. Suli, Wayan, dkk

(2014),

“Pengaruh

CAR, LDR, dan Bank Size Terhadap NPL pada Lembaga Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Dependent: Non Performing Loan. Independent: CAR, LDR, Bank Size Regresi liniear berganda

CAR, LDR, Bank Size simultan berpengaruh signifikan terhadap NPL, CAR berpengaruh negatif signifikan terhadap NPL, LDR dan Bank Size berpengaruh Positif signifikan terhadap NPL.


(64)

47 3 Ali Shingjergi,

(2013),

Impact of Macroeconomic variables on the Non Performing Loans in the Alabanian Banking System During 2005-2012” Dependen : Inflasi Independent : GDP, Inflasi, Sistem Bank, Suku Bunga Simpel Regresi

GDP berpengaruh positif terhadap NPL, Inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap NPL, dan system bank, suku bunga berpengaruh positif terhadap NPL.

4 Mutamimah dan Chasanah (2012) “Analisis Eksternal dan Internal dalam menentukan Non Performing Financing Bank Umum Syariah Di Indonesia”

Variabel Dependent: Non Performing Finance Variabel Independent: GDP, Kurs,

Inflasi, Return total pembiayaan Regresi Linear Berganda

GDP dan Kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap NPF, Inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap NPL, Return Total Pembiayaan tidak berpengaruh


(65)

48 5 Vighneswara

Swamy, (2012)

Impact of macroeconomic and endogenous factors on non performing bank assets” Variabel dependent: NPL Variabel Independent: Inflasi, pertumbuhan kredit, asset bank, dll Ordinary least square Regressio n

Inflasi tidak berpengaruh terhadap NPL,

Pertumbuhan kredit dan bank size berpengaruh negatif signifikan terhadap NPL

6 Syeda Zabeen

Ahmed (2006)

“An

Investigation of The

Relationship between Non Performing Loans,

Macroeconomic Factors, and Financial

Factors in Context of Private

Commerical

Bank in

Bangladesh Dependent: Non Performing Loan Independent: Gross Domestic Product, Economic Condition, Bank Lending Rate, Horizon of Maturity of Credit,

Collateral Value Againts Loan, Bank Size, Bank’s

Correlatio

n and

regression

Hasil dari penelitian adalah bank lending rate, collateral value against loan, bank size, dan

bank’s credit culture

berpengaruh negatif terhadap Non Performing Loan. Sedangkan Gross Domestic Product, Horizon of Maturity of credit dan bank’s credit

to Priorty sector

berengaruh positif

terhadap Non Performing Loan.


(66)

49

credit to Priorty sector.

7 Rajiv Rajan and Sarat Chandra Dhal (2003)

“Terms of credit, bank size, and macroeconomic shocks” Variabel dependent: NPL Variabel independent: Bank Size, Maturity, Cost Condition, Credit Orientatation, expected macroeconomi c environment,e xposure priority sector,expecte d asset return,and Loan Deposit Ratio Panel Regressio n

Bank size, Maturity,

expected asset return dan LDR berpengaruh negatif terhadap NPL Sedangkan

cost condition, credit orietation, expected macroeconomic environment dan exposure to priority sector berpengaruh negatif terhadap NPL


(67)

50

L. Kerangka Pikiran

Bank Size (X5)

Multikolinearitas Kurs (X2)

Variabel Internal Bank

Bi Rate (X3)

BUSN Non Devisa

Variabel Eksternal Bank

Inflasi (X1)

Non Performing Loan

(Y)

Uji Statistik Regresi Berganda

Uji asumsi klasik regresi linear berganda

Heterokedatisit as

Autokorelasi Normalitas

Analisis Uji F

Uji Signifikasi Model

Kesimpulan

Loan to Deposit Ratio (X4)


(68)

51

M. Hipotesis

Berdasarkan kerangka teoritis dan penelitian terdahulu yang telah disajikan,

hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis 1: Terdapat pengaruh antara variabel penyaluran kredit Inflasi,

Kurs, BI Rate, Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Bank Size secara

simultanterhadap Non Performing Loan (NPL)

2. Hipotesis 2: Terdapat pengaruh antara Inflasi secara parsial terhadap Non

Performing Loan (NPL)

3. Hipotesis 3: Terdapat pengaruh antara Kurs secara parsial terhadap Non

Performing Loan(NPL)

4. Hipotesis 4: Terdapat pengaruh antara Loan to Deposit Ratio secara

parsialterhadap Non Performing Loan(NPL)

5. Hipotesis 5: Terdapat pengaruh antara Bank Size secara parsial terhadap


(69)

52

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Obyek dari penelitian adalah Bank Umum Swasta non Devisa. Data yang

digunakan adalah dari tahun 2008-2014 dengan menggunakan data time series

yang diperoleh melalui Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik (BPS)

Dalam penelitian ini menggunakan variabel terikat (dependent variables) yaitu

kredit bermasalah Non Performing Loan pada Bank Umum Swasta non Devisa

Sedangkan variabel bebasnya (independent variables) menggunakan faktor

ekonomi makro dan internal bank yaitu adalah Inflasi, BI Rate, kurs, LDR dan

Bank Size.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karaketristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2008:61). Sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut

(Sugiyono, 2008:62)

Obyek dalam penelitian ini adalah Bank Umum Swasta non Devisa dari

periode Januari 2008 sampai Desember 2014 dari laporan keuangan bank yang


(70)

53 Dalam penelitian ini penulis menggunakan data dari tahun 2008-2014

karena pada masa tersebut berada di dalam siklus yang tergolong lengkap, yakni

pertumbuhan ekonomi pasca krisis perekonomian Amerika dan Eropa akibat

Kredit bermasalah Subprime Mortage yang turut berimbas pada kondisi

perekonomian di Indonesia.

C. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan oleh peneliti melalui

pihak kedua atau tangan kedua (Usman, 2006:20). Peneliti menggunakan data

sekunder berupa data runtun waktu (time series) dengan skala bulanan yang

dihimpun oleh Bank Indonesia dari www.bi.go.id periode 2008-2014

2. Metode Studi Pustaka

Yaitu dengan melakukan telaah pustaka, eksplorasi, dan mengkaji

berbagai literatur pustaka seperti berbagai majalah, jurnal, dan sumber-sumber

yang berkaitan dengan penelitian.

3. Internet

Yaitu mengumpulkan data dengan cara mencatat dokumen yang

berhubungan dengan penelitian ini, yang terdapat dalam publikasi Bank

Indonesia, Badan Pusat Statistik, dan bank-bank umum swasta non devisa di


(71)

54 Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, penelitian ini sangat

bergantung pada sumber-sumber berikut:

a. Laporan perbulan perbankan tahun 2008-2014 yang dikeluarkan oleh Bank

Indonesia (BI).

b. Beberapa laporan statistik yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik

(BPS).

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

metode analisi Regresi Linier Berganda Sederhana (Ordinary Least Square).

Dalam melakukan analisis regresi linier berganda, metode ini mensyaratkan

untuk melakukan uji asumsi klasik agar mendapatkan hasil regresi yang baik

(Ghozali, 2005:94 ).

1. Uji asumsi Klasik

Dalam menganalisis model regresi linear berganda agar menghasilkan

estimator yang baik, yaitu linier tidak bias dengan varian yang minimum

(bestlinier unbiased estimator = blue) adalah terpenuhinya asumsi asumsi dasar


(72)

55

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti

diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti

distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi

tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi

apakah residual berdistribusi normal atau tidak (Ghozali, 2005:147), yaitu:

1) Analisis Grafik

Uji normalitas dapat dideteksi dengan melihat histogram yang

membandingkan antara observasi dengan distribusi yang mendekati

normal yaitu simetris dan tidak menceng ke kanan atau ke kiri. Atau

dengan melihat grafik normal probability plot, jika data menyebar

disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal

menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi

asumsi normalitas. Bila data menyebar jauh dari garis diagonalnya dan

atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak

memenuhi asumsi normalitas.

2) Uji Statistik Normalitas

Untuk mendeteksi normalitas data dengan cara uji statistik penelitian

ini menggunakan analisis statistik non parametrik

Kolmogorov-Smirnov test (K-S) Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:


(1)

106

Bank Size

Tahun

Bulan

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

Januari

38.063 43.339 53.503 77.092

10.6740 134.227 158.996

Februari

39.143 45.018 54.164 76.986

10.7841 133.781 158.708

Maret

39.671 42.870 56.846 80.424

109.629 141.242 162.521

April

38.138 43.142 57.727 82.726

112.232 141.477 162.458

Mei

39.397 44.431 59.883 82.798

111.777 144.507 165.158

Juni

40.309 46.605 70.265 87.125

116.682 148.432 170.947

Juli

39.749 47.717 66.484 88.934

117.014 147.591 172.031

Agustus

40.450 49.339 67.835 91.940

120.981 146.433 171.605

September 41.517 50.015 70.881 95.439

125.482 150.541 174.949

Oktober

40.590 51.607 72.247 98.036

125.990 149.899 176.483

November 40.070 52.449 73.401 100.210 128.684 151.723 179.987

Desember 42.467 55.672 78.485 107.085 135.472 162.457 186.817

NPL

Tahun

Bulan

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

Januari

2,05

1,66

2,42

2,67

1,87

2,00

2,04

Februari

2,39

1,99

2,46

2,63

2,06

2,10

1,99

Maret

2,31

2,19

2,48

2,28

2,14

1,98

1,93

April

2,44

2,18

2,46

2,29

2,04

2,03

2,16

Mei

2,27

2,35

2,42

2,30

2,03

2,00

2,18

Juni

2,10

2,34

2,58

2,29

2,07

1,86

2,15

Juli

1,98

2,47

2,53

2,24

2,27

1,97

2,27

Agustus

1,95

2,69

2,59

2,09

2,10

1,93

2,33

September 2,21

2,53

2,62

2,23

2,09

1,80

2,33

Oktober

2,23

2,38

2,75

2,02

2,03

1,95

2,41

November 2,27

2,46

2,65

2,02

2,06

1,86

2,36


(2)

107

Lampiran 2 : Tabel Deskriptif.

Lampiran 3 : Tabel Model Regresi,Anova dan Koefisien

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .617a .381 .341 .20047

a. Predictors: (Constant), Bank_Size, INFLASI, Kurs, BI_Rate, LDR

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.929 5 .386 9.598 .000a

Residual 3.135 78 .040

Total 5.063 83

a. Predictors: (Constant), Bank_Size, INFLASI, Kurs, BI_Rate, LDR b. Dependent Variable: NPL

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

NPL 2.2048 .24699 84

INFLASI 6.1960 2.45869 84

BI_Rate 6.8869 .94295 84

Kurs 9977.04 1171.780 84

LDR 85.6564 4.61212 84


(3)

108

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 4.355 .636 6.846 .000

INFLASI -.063 .014 -.626 -4.431 .000

BI_Rate .070 .042 .268 1.681 .097

Kurs -2.792E-5 .000 -.132 -1.148 .254

LDR .028 .011 .530 2.684 .009

Bank_Size -.387 .102 -.823 -3.789 .000

a. Dependent Variable: NPL


(4)

109

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 84

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .19434180

Most Extreme Differences Absolute .138

Positive .138

Negative -.054

Kolmogorov-Smirnov Z 1.261

Asymp. Sig. (2-tailed) .083


(5)

110

Lampiran 5 : Uji Multikolinieritas dan Autokorelasi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1(Constant) 4.355 .636 6.846 .000

INFLASI -.063 .014 -.626 -4.431 .000 .398 2.512

BI_Rate .070 .042 .268 1.681 .097 .312 3.207

Kurs -2.792E-5 .000 -.132 -1.148 .254 .596 1.677

LDR .028 .011 .530 2.684 .009 .204 4.906

Bank_Size -.387 .102 -.823 -3.789 .000 .168 5.950

a. Dependent Variable: NPL

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .617a .381 .341 .20047 .590

a. Predictors: (Constant), Bank_Size, INFLASI, Kurs, BI_Rate, LDR b. Dependent Variable: NPL


(6)

111

Lampiran 6 :

Uji Heterokedasitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.608 40.136 -.015 .988

Ln_inflasi 1.024 1.028 .156 .996 .322

Ln_BI_rate -14.120 36.598 -.704 -.386 .701

Ln_Kurs 3.948 3.081 .171 1.282 .204

Ln_LDR -6.781 6.021 -.140 -1.126 .264

Ln_Bank_Size 22.624 71.257 .572 .317 .752


Dokumen yang terkait

Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Net Interest Margin terhadap Return on Asset pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Bursa Efek Indonesia

0 62 107

Pengaruh Piutang Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 65 103

Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan BI Rate, dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Terhadap Profitabilitas(ROA) Bank Umum Swasta Nasional (Studi Empiris Pada 10 BankUmum Swasta Nasional Devisa Terbesar Yang Terdaftar di BEI Periode 2006-

3 17 147

Responsifitas Kredit Investasi Terhadap Variabel Makroekonomi dan Perbankan Pada Bank Persero dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa dan Non Devisa

3 37 239

nalisis rasio camel terhadap ekspansi kredit Bank umum swasta nasional devisa dan bank umum swasta nasional non devisa

0 15 129

ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING LOAN (NPL) Analisis Pengaruh Non Performing Loan dan Loan to Deposit Ratio Terhadap Profitabilitas Pada PT.Bank Syariah Mandiri Periode (2010-2014).

0 3 10

ANALISIS KOMPARATIF KINERJA BANK UMUM SWASTA NASIONAL NON DEVISA DENGAN PENDEKATAN CAMELS DAN PENDEKATAN EFISIENSI (PERIODE 2006-2008).

0 0 6

ANALISIS DETERMINAN NON PERFORMING LOAN PADA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA.

0 1 130

Pengaruh Marko Ekonomi Terhadap Non Performing Loan Bank Swasta Nasional Indonesia Periode 2009-2015 - Ubaya Repository

0 0 2

PENGARUH KONDISI EKONOMI MAKRO DAN PROSES MANAJEMEN RISIKO KREDIT TERHADAP NON-PERFORMING LOAN (Studi Kasus pada Bank X)

0 0 15