Perkembangan Kredit Investasi BUSN Non Devisa

menumbuhkan kepercayaan yang lebih besar dari pihak debitur. Melalui inovasi pada layanan dan produk jasa keuangan, BUSN Devisa dinilai dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan menguntungkan masyarakat. Kemudahan, inovasi produk, serta nilai lebih membuat image bank swasta menjadi lebih baik dan dapat dipercaya sehingga menarik minat debitur untuk mengajukan kreditnya pada bank ini dibandingkan Bank Persero.

4.4. Perkembangan Kredit Investasi BUSN Non Devisa

Secara umum, perkembangan kredit investasi BUSN Non Devisa pada periode Januari 2001 hingga Desember 2006 tampak lebih fluktuatif dibandingkan kedua kelompok bank lainnya seperti yang telah dikemukakan di atas. Hal itu tampak pada Gambar 4.3. di bawah ini. Pada Januari 2001, jumlah kredit investasi BUSN Non Devisa adalah sebesar Rp. 1.584 miliar, kemudian pada Desember 2006 jumlah kredit investasi BUSN Non Devisa berada pada posisi Rp. 1.836 miliar. Jika diperhatikan, maka peningkatan jumlah kredit investasi yang terjadi selama kurun waktu enam tahun sangat kecil sekali. Namun, ini semua tidak terlepas dari pergerakan jumlah kredit yang disalurkan yang memang cenderung berfluktuasi. Fluktuasi yang tampak dari periode ke periode salah satunya diperkirakan akibat rentannya BUSN Non Devisa terhadap kecukupan modal. Masih banyak BUSN Non Devisa merupakan bank skala kecil dengan modal yang terbatas. Keterbatasan modal tentu saja berpengaruh terhadap jumlah kredit yang disalurkan. Pertumbuhan kredit investasi terbesar terjadi pada tahun 2003, dengan pertumbuhan sebesar 55,46 persen. Data per Desember 2003 menunjukkan pertumbuhan kredit investasi BUSN Non Devisa yang terbilang signifikan sebesar 55,46 persen meningkatkan kredit investasi sebesar Rp. 625 miliar menjadi Rp. 1.752 miliar dari posisi Desember 2002, yakni Rp. 1.127 miliar. Pertumbuhan yang besar ini merupakan peningkatan kinerja BUSN Non Devisa yang baik mengingat pertumbuhan kredit investasi tahun sebelumnya tahun 2002 merupakan pertumbuhan yang negatif, yakni -17,01 persen pertumbuhan ini juga merupakan pertumbuhan kredit investasi terendah selama periode penelitian. Pertumbuhan kredit investasi tahun 2004 dan 2005 masing-masing adalah sebesar 3,54 persen dan 18,08 persen. Pelambatan pertumbuhan kredit pada tahun 2004 dan 2005 ini di samping akibat kondisi permodalan BUSN Non Devisa yang terbatas, juga terkait kondisi makroekonomi yang kurang stabil seperti peningkatan suku bunga serta meningkatnya laju inflasi sehingga meningkatkan ketidakpastian dan risiko pada penyaluran kredit investasi. Hal ini berlanjut hingga tahun 2006, dimana pada tahun 2006 kredit investasi menunjukkan pertumbuhan negatif, yakni sebesar -14,29 persen. 500 1,000 1,500 2,000 2,500 Jan- 01 M ay -01 Se p-0 1 Ja n-0 2 Ma y- 02 Se p-0 2 Ja n-0 3 Ma y- 03 Se p- 03 Ja n-0 4 Ma y- 04 Se p- 04 Ja n-0 5 Ma y- 05 Se p- 05 Ja n-0 6 Ma y- 06 Se p- 06 Periode M ilia r R u p ia h Kredit Investasi BUSN Non Devisa Sumber : Bank Indonesia 2001-2006, diolah Gambar 4.3. Perkembangan Kredit Investasi BUSN Non Devisa Kredit investasi yang disalurkan BUSN Non Devisa sepanjang periode penelitian lebih banyak disalurkan ke sektor agrobisnis dibandingkan sektor properti, tetapi pada tahun 2006 jumlahnya mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada tahun 2006, jumlah kredit investasi bagi sektor agrobisnis hanya sembilan belas miliar rupiah, sedangkan bagi sektor properti hanya sepuluh miliar rupiah. Sisanya, yang mencapai Rp. 1.807 miliar disalurkan ke sektor lainnya. Tampak bahwa tahun 2006, fokus kredit investasi pada BUSN Non Devisa beralih ke sektor lain, tidak lagi pada sektor agrobisnis dan properti.

4.5. Perkembangan Variabel Makroekonomi