Perkembangan Kredit Investasi BUSN Devisa

Berkurangnya laju pertumbuhan kredit investasi ditinjau dari sisi makroekonomi mencerminkan naiknya tingkat risiko dan biaya investasi. Namun demikian, performa bank yang bersangkutan juga ikut mempengaruhi penyaluran kredit. Tingginya tingkat kompetisi, terutama dengan BUSN Devisa dan Bank Asing membuat pertumbuhan kredit investasi Bank Persero mengalami penurunan. Permasalahan lain yang dihadapi bank terkait dengan penyaluran kredit investasi ini adalah kekhawatiran terjadi mismatch, mengingat sumber dana perbankan rata-rata jangka pendek sedangkan kredit investasi memiliki masa tenggang waktu yang panjang, sekitar lima hingga sepuluh tahun. Dengan kata lain, kredit investasi tidak bersifat quick yielding cepat mendatangkan hasil.

4.3. Perkembangan Kredit Investasi BUSN Devisa

Kredit investasi pada BUSN Devisa memperlihatkan trend yang semakin meningkat secara signifikan selama periode Januari 2001 hingga Desember 2006 seperti yang terlihat pada Gambar 4.2. di bawah ini. Meskipun kredit investasi pada BUSN Devisa merupakan jenis kredit dengan proporsi penyaluran terendah, tetapi peningkatan jumlah kredit investasi yang disalurkan tampak jelas dari periode ke periode. Peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada Juni 2001, yakni sebesar Rp. 10.052 miliar dari posisi Mei 2001 sehingga kredit investasi pada Juni 2001 berjumlah Rp. 34.231 miliar. Namun, belum stabilnya kondisi makroekonomi yang ditandai dengan kurang kondusifnya iklim investasi pada saat itu pada akhirnya membuat penurunan yang cukup tajam pula pada kredit investasi beberapa bulan berikutnya, dimana kredit investasi pada Oktober 2001 sebesar Rp. 36.655 miliar turun sebesar Rp. 12.476 miliar ke posisi Rp. 24.179 miliar pada November 2001. Pertumbuhan kredit investasi terbesar yang dialami oleh BUSN Devisa adalah pada tahun 2004, dengan pertumbuhan sebesar 32,01 persen. Sementara, pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2006, yakni hanya sebesar 17,08 persen. Meskipun pertumbuhan kredit investasi terendah terjadi pada tahun 2006, perlu diketahui bahwa pada tahun ini ternyata terjadi persaingan yang cukup ketat antara BUSN Devisa dan Bank Persero dalam meraih pangsa pasar. Jika hingga semester pertama 2006 Bank Persero merupakan bank yang paling banyak menyalurkan kredit investasi dibandingkan BUSN Devisa, maka sejak semester kedua 2006 Juli 2006 BUSN Devisa menduduki peringkat utama dalam penyaluran kredit investasi. Bahkan, pada Desember 2006 jumlah kredit investasi BUSN Devisa adalah sebesar Rp. 67.699 miliar, semakin jauh melampaui kredit investasi Bank Persero, yakni sebesar Rp. 62.928 miliar. 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 Ja n- 01 Ma y- 01 Sep- 01 Jan- 02 M ay -0 2 Sep- 02 Ja n-0 3 Ma y- 03 Se p- 03 Jan- 04 Ma y-0 4 Sep- 04 Ja n-0 5 M ay -0 5 Se p- 05 Ja n- 06 Ma y- 06 Sep- 06 Periode M iliar R u p iah Kredit Investasi BUSN Devisa Sumber : Bank Indonesia 2001-2006, diolah Gambar 4.2. Perkembangan Kredit Investasi BUSN Devisa Berbeda halnya dengan Bank Persero yang lebih memfokuskan penyaluran kredit investasinya pada sektor agrobisnis, BUSN Devisa justru lebih banyak menyalurkan kredit investasinya pada sektor properti. Pada tahun 2006, kredit investasi yang disalurkan ke sektor properti adalah sebesar Rp. 3.984 miliar, sementara bagi sektor agribisnis adalah sebesar Rp. 2.705 miliar. Sisanya, disalurkan ke sektor lainnya, misalnya, sektor perdagangan, perindustrian, dan pertambangan. Besarnya share kredit investasi BUSN Devisa bagi sektor properti disamping disebabkan oleh adanya salah satu bank devisa yang memang memfokuskan kegiatan usahanya bagi sektor tersebut, juga karena belakangan ini makin banyak bank devisa lainnya yang juga mengincar sektor properti. Selain prospek usaha sektor properti yang dinilai baik pada saat ini, juga karena banyaknya permintaan debitur akan kredit sektor properti. Keberhasilan BUSN Devisa dalam ekspansi kredit terutama karena semakin membaiknya kondisi makroekonomi pada semester kedua 2006. Perbaikan ini ditandai dengan turunnya tingkat suku bunga SBI karena tingkat inflasi yang lebih rendah dari perkiraan, serta ekspektasi ke depan bahwa inflasi tahun 2006 akan berada dalam kisaran target 8±1. Kondisi tersebut membuat pihak bank semakin yakin bahwa Bank Indonesia akan melanjutkan kebijakan penurunan suku bunganya. Kesesuaian ekspektasi bank dengan kebijakan moneter Bank Indonesia, didukung dengan stabilnya nilai tukar rupiah menjadi alasan terus meningkatnya kredit investasi. Di samping itu, ekspansi kredit BUSN Devisa yang meningkat dibandingkan Bank Persero juga disinyalir karena tingkat pelayanan BUSN Devisa yang lebih baik dibandingkan Bank Persero, sehingga menumbuhkan kepercayaan yang lebih besar dari pihak debitur. Melalui inovasi pada layanan dan produk jasa keuangan, BUSN Devisa dinilai dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan menguntungkan masyarakat. Kemudahan, inovasi produk, serta nilai lebih membuat image bank swasta menjadi lebih baik dan dapat dipercaya sehingga menarik minat debitur untuk mengajukan kreditnya pada bank ini dibandingkan Bank Persero.

4.4. Perkembangan Kredit Investasi BUSN Non Devisa