kelompok invertebrata makro. Kelompok ini lebih dikenal dengan makrozoobentos Rosenberg dan Resh, 1993 dalam Ardi, 2002.
Makrozoobentos mempunyai peranan yang sangat penting dalam siklus nutrien di dasar perairan. Montagna et al, 1989 dalam Ardi 2002, menyatakan
bahwa dalam ekosistem perairan, makrozoobentos berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik
sampai konsumen tingkat tinggi. Makrozoobentos membantu mempercepat proses dekomposisi materi organik. Hewan bentos, terutama yang bersifat
herbivor dan detritivor, dapat menghancurkan makrofit akuatik yang hidup maupun yang mati dan serasah yang masuk ke dalam perairan menjadi potongan-
potongan yang lebih kecil, sehingga mempermudah mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien bagi produsen perairan.
Struktur komunitas makrozoobentos dipengaruhi berbagai faktor lingkungan abiotik dan biotik.
Secara abiotik, faktor lingkungan yang mempengaruhi keberadaan makrozoobentos adalah faktor fisika-kimia lingkungan
perairan, diantaranya: penetrasi cahaya yang berpengaruh terhadap suhu air, substrat dasar, kandungan unsur kimia seperti oksigen terlarut dan kandungan ion
hidrogen pH, dan nutrien. Sedangkan secara biologis, diantaranya interaksi spesies serta pola siklus hidup dari masing-masing spesies dalam komunitas.
Perubahan struktur komunitas sebagai akibat perubahan yang terjadi dalam kualitas lingkungan perairan karena berlangsungnya pencemaran. Model yang
umum digunakan untuk mengetahui adanya perubahan struktur komunitas makrozoobentos adalah dengan menggunakan indeks keanekaragaman jenis,
keseragaman populasi, dan dominansi jenis. Dari hasil identifikasi jenis makrozoobentos telah diperoleh data tentang
komposisi relatif dan kelimpahan, indeks keanekaragaman H
|
, keseragaman jenis E, dan dominansi jenis C di perairan Waduk Cirata.
4.2.1. Komposisi Relatif dan Kepadatan Makrozoobentos
Jenis makrozoobentos yang ditemukan di lima stasiun pengamatan adalah sebanyak 21 spesies yang termasuk dalam 7 kelas dengan perincian yaitu:
Gastropoda sebanyak 8 spesies, Odonata, Olighochaeta dan Diptera masing-
Gastropoda 38
Diptera 14
Odonata 14
Oligochaeta 14
Pelecypoda 10
Coleoptera 5
Lepidoptera 5
masing 3 spesies, Pelecypoda 2 spesies, serta Coleoptera dan Lepidoptera masing-masing 1 spesies.
Komposisi relatif dari masing-masing kelas makrozoobentos yang ditemukan di perairan Waduk Cirata adalah kelas Gastropoda 38 , kelas
Oligochaeta , Diptera dan Odonata masing-masing 14 , kelas Pelecypoda 10
, dan kelas Coleoptera dan Lepidoptera 5 . Untuk lebih jelasnya, komposisi makrozoobentos yang terdapat di Waduk Cirata dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20 Komposisi relatif kelas makrozoobentos di perairan Waduk Cirata
Berdasarkan Gambar 20, terlihat bahwa komposisi makrozoobentos terbanyak yang terdapat di Waduk Cirata, yaitu: kelas Gastropoda terutama dari
jenis Melanoides sp, Bellaminya sp, Pomacea sp, dan Anentome sp, sedangkan kelas makrozoobentos yang mempunyai komposis yang sedikit adalah kelas
Coleoptera dan Lepidoptera. Sedangkan hasil identifikasi makrozoobentos pada setiap stasiun pengamatan diperoleh rata-rata kepadatan berkisar antara 65,4 -
325,4 individum
2
Gambar 21, sedangkan kepadatan makrozoobentos berdasarkan ulangan yang terdapat di Waduk Cirata terbanyak di ulangan ke 3
stasiun 1 dan terkecil ulangan 2 stasiun 3 Gambar 22. 65
200 400
600 800
1000
Stasiun Pengamatan K
epadat a
n
M ak
roz oob
ent os
indi v
m 2
Ulangan ke 1 121
86 60
59 55
Ulangan ke 2 37
57 30
90 65
Ulangan ke 3 818
93 118
179 76
1 2
3 4
5
65.4 109.4
69.4 78.7
325.4
50 100
150 200
250 300
350
1 2
3 4
5 Stasiun Pengamatan
Ra ta-rat
a kep
adat an
makroz oobe
nt os
indi vi
du m2
Gambar 21 Rata-rata kepadatan makrozoobentos pada setiap stasiun pengamatan
Gambar 22 Kepadatan makrozoobentos menurut ulangan pengamatan
Dari hasil identifikasi komposisi jenis makrozoobentos yang terdapat di Waduk Cirata ternyata yang terbanyak adalah jenis Melanoides sp dari kelas
gastropoda. Melanoides sp merupakan organisme yang distribusinya relatif luas dan mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan habitatnya dan bahkan manpu
hidup di perairan terpolusi. Apabila dilihat dari kepekaannya terhadap pencemaran, maka Melanoides sp merupakan organisme fakultatif dapat bertahan
hidup pada lingkungan yang relatif mengandung bahan organik. Gambar 21 menunjukkan bahwa ternyata nilai rata-rata kepadatan di
kelima stasiun tersebut sangat bervariasi dan nilai rata-rata kepadatan yang 66
tertinggi terdapat di stasiun 1 325,4 individum
2
dan terendah di stasiun 5 65,4 individum
2
. Jenis makrozoobentos yang mempunyai kepadatan terbanyak adalah dari kelas Gastropoda. Tingginya kepadatan atau banyaknya jenis
makrozoobentos dari kelas Gastropoda yang mendominasi stasiun pengamatan tersebut dibandingkan dengan kelas makrozoobentos yang lainnya berhubungan
erat dengan sifat dari kebanyakan organisme dari kelas Gastrpoda yang menyukai tempat yang berlumpur dan pasir dengan kandungan bahan organik yang tinggi.
Menurut Pennak 1978 bahwa kebanyakan spesies dari gastropoda menyukai perairan dengan substrat pasir atau lumpur dengan kedalaman yang relatif
dangkal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lismana 2006 menyebutkan bahwa
secara keseluruhan klasifikasi butiran sedimen di Waduk Cirata, khususnya pada stasiun 1 Depan DAM dan outlet di Waduk Cirata adalah berpasir sedang,
sehingga sesuai dengan substrat kebanyakan jenis makrozoobentos dari kelas gastropoda. Jenis gastropoda yang mendominasi stasiun 1 adalah Melanoides sp,
Belamnya sp, Pomacea sp, dan Anentome sp. Untuk lebih jelasnya jumlah jenis
makrozoobentos dari kelas Gastropda dapat dilhat pada Lampiran 5. Melanoides
sp merupakan spesies yang ditemukan hampir di setiap stasiun dan mempunyai kemampuan hidup pada substrat berpasir dan lumpur. Menurut
Jutting 1956 Melanoides sp merupakan organisme yang penyebarannya relatif luas dan mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan habitatnya, bahkan
mampu hidup di perairan yang terpolusi. Gambar 22 menunjukkan bahwa kepadatan makrozoobentos pada setiap
ulangan pengamatan terbanyak di stasiun 1 ulangan ke 3 yang nilainya sangat bervariasi dibandingkan dengan ulangan 1 dan 2 sedangkan rata-rata kepadatan
berkisar antara 55,8- 256,8 indivm
2
. Dari Gambar tersebut juga menunjukkan bahwa pengambilan sampel pada ulangan ke 3 di kelima stasiun pengamatan
mempunyai nilai yang tinggi dibanding dengan ulangan 1 dan 2. Selanjutnya menunjukkan bahwa pada ulangan 2 di stasiun 1 dan 3 kepadatan makrozoobentos
mulai menurun tetapi meningkat lagi di ulangan 3, sedangkan stasiun 2, 4, dan 5 kepadatannya meningkat dari ulangan 1 sampai 3.
Pada waktu pengambilan sampel ulangan ke 3 debit air sungai dan waduk sudah tinggi masuk musim penghujan. Hasil pengamatan dilapangan pada
waktu pengambilan sampel ke 3 stasiun 1, makrozoobentos dari jenis gastropoda menempel dipinggir bendungan, pintu keluar air waduk menuju turbin, dan pintu
pembuangan air Waduk Cirata, padahal pengambilan sampel sebelumnya pengamatan 1 dan 2 tidak ditemukan jenis makrozoobentos tersebut menempel.
Hal tersebut terjadi karena pada waktu pengambilan sampel turun hujan, sehingga kemungkinan dipengaruhi oleh parameter kualitas air, terutama suhu, cahaya
matahari, pH air, dan pH sedimen. Jika pH air dan pH sedimen rendah maka jenis Gastropoda akan bergerak menghindar ke tempat lain dan juga berpengaruh
terhadap kelarutan oksigen di air dan sedimen.
4.2.2. Indeks Keanekaragaman H