Sebagai perbandingan hasil penelitian Triastutiningrum dan Oginawati 2005, menyebutkan bahwa tingkat akumulasi atau peningkatan jumlah logam di
dalam tubuh ikan lebih rendah dari pada peningkatan berat badan ikan, sehingga konsentrasi logam di dalam tubuh ikan mengalami kecenderungan menurun. Hal
ini dapat disebabkan karena adanya mekanisme di dalam tubuh ikan untuk mengekskresikan sebagian logam berat yang berasal dari pakan yang dimakan,
terutama melalui feces. Selanjutnya menurut Clearwater 2002 dalam Triastutiningrum dan
Oginawati 2005, oleh karena uptake dan ekskresi terjadi secara terus menerus di dalam tubuh ikan, berbagai mekanisme depurasi untuk mengekskresikan logam
menjadi sangat penting dalam menentukan keseluruhan jumlah logam yang tertahan di dalam tubuh ikan. Salah satu mekanisme ekskresi primer yang terjadi
seiring dengan akumulasi logam pada sel-sel usus adalah dimana logam-logam tersebut secara periodik mengelupas menuju ke usus bagian lumen kemudian
mengikuti perputaran proses normal yang terjadi, jaringan ini kemudian mengekskresikan melalui feces. Usus dapat secara aktif mengekskresikan logam
seperti kadmium Cd, Merkuri Hg, dan Timah hitam Pb dari selaput lendir. Hasil pengamatan di lapangan mengenai keberadaan makrozoobentos di
perairan Waduk Cirata, ternyata makrozoobentos baru ditemukan pada ke dalaman kurang 10 meter. Kedalaman air mempengaruhi kelimpahan dan
distribusi makrozoobentos. Dasar perairan yang kedalaman airnya berbeda akan dihuni oleh makrozoobentos yang berbeda pula, sehingga terjadi stratifikasi
komunitas menurut kedalaman. Pada perairan yang lebih dalam makrozoobentos mendapat tekanan fisiologis dan hidrostatis
yang lebih besar. Karena itu makrozoobentos yang hidup di perairan yang dalam ini tidak banyak Ardi, 2002
. Untuk lebih jelasnya, hasil pengukuran kandungan logam Pb dalam air,
sedimen, dan makrozoobentos menurut stasiun dan ulangan di perairan Waduk Cirata dapat dilihat pada Lampiran 3.
4.1.8.2. Zeng Zn
Berdasarkan hasil analisis di laboratorium, rata-rata kandungan logam Zn dalam air menurut stasiun pengamatan berkisar antara 0,0363 - 0,067 mgl
0.0513 0.0517
0.0377 0.067
0.0363
0.01 0.02
0.03 0.04
0.05 0.06
0.07 0.08
1 2
3 4
5 Stasiun pengamatan
Kan dun
ga n l
o g
a m
Zn d i ai
r m
g l
0.02 0.04
0.06 0.08
0.1 0.12
K andu
ngan l ogam
Z n dal
am ai
r m
g l
Stasiun pengamatan Ulangan ke 1
0.028 0.028
0.021 0.027
0.025 Ulangan ke 2
0.101 0.013
0.03 0.07
0.069 Ulangan ke 3
0.072 0.068
0.0062 0.058
0.06 1
2 3
4 5
Gambar 15, sedangkan menurut ulangan berkisar antara 0,03 - 0,06 mgl Gambar 16.
Gambar 15 Rata-rata kandungan logam Zn pada air di setiap stasiun pengamatan Gambar 15 menunjukkan bahwa rata-rata kandungan logam Zn yang
terdapat dalam air di setiap stasiun pengamatan bervariasi, dimana stasiun 1 mempunyai rata-rata yang tertinggi sekitar 0,067 mgl dan terendah di stasiun 2
sekitar 0,0363 mgl. Sedangkan kandungan logam Zn menurut ulangan dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16 Kandungan logam Zn dalam air menurut ulangan pengamatan 60
20 40
60 80
100 120
Stasiun pengamatan R
at a-
rat a
k an
dun gan
l o
ga m
Z n
m g
k g
sedimen 86.67
91 77.67
111 73.34
makrozoobentos 12.56
11.79 13.83
13.14 17.85
1 2
3 4
5
Gambar 16 menunjukkan bahwa kandungan logam Zn menurut ulangan mempunyai nilai yang bervariasi, dimana pengambilan sampel pada ulangan 2
mengalami peningkatan dibanding ulangan 1 dan 3 di setiap stasiun pengamatan kecuali stasiun 2 pada ulangan ke 2 mengalami penurunan, selanjutnya mengalami
peningkatan lagi pada ulangan ke 3 di setiap stasiun pengamatan kecuali stasiun 3 pada ulangan ke 3 kandungan logam Zn dalam air mengalami penurunan.
Kandungan logam Zn dalam air yang di peroleh sudah melewati Ambang Baku Mutu air berdasarkan kriteria kelas 2 dan 3 untuk kegiatan pembudidayaan
ikan air tawar PP. No. 82 Tahun 2001. Sedangkan rata-rata kandungan logam Zn dalam sedimen dan
makrozoobentos masing-masing berkisar antara 73,34 - 111 mgkg dan 11,79 - 17,85 Gambar 17 dan menurut ulangan pengamatan berkisar antara 76,2 - 99
mgkg dan 2,4 - 35,818 mgkg.
Gambar 17 Rata-rata kandungan logam Zn dalam sedimen dan Makrozoobentos di setiap stasiun pengamatan
Gambar 17 menunjukkan bahwa nilai kandungan logam Zn dalam sedimen dan makrozoobentos mempunyai nilai yang bervariasi, dimana rata-rata
kandungan logam Zn dalam sedimen tertinggi di stasiun 4 sekitar 111 mgkg dan terendah di stasiun 5 sekitar 73,34 mgkg. Tingginya kandungan logam Zn di
stasiun 4 muara Sungai Cisokan disebabkan karena meningkatnya konstribusi kegiatan manusia seperti permukiman domestik, industri, pertanian, dan
50 100
150
Stasiun pengamatan Ka
ndun gan
l o
g a
m
Z n
d i
Se di
me n
m g
kg
Ulangan ke 1 106
107 89
107 86
Ulangan ke 2 74
75 74
103 55
Ulangan ke 3 80
91 70
123 79
1 2
3 4
5
10 20
30 40
50
Stasiun Pengamatan K
a n
dungan l
ogam Zn
di M
a kr
ozoob ent
o s
m g
kg
Ulangan ke1 35.02
30.01 35.71
34.36 44
Ulangan ke 2 1
4 4.2
2.1 5
Ulangan ke 3 1.66
1.35 1.58
2.96 4.55
1 2
3 4
5
transfortasi perahu yang mulai padat di Sungai Cisokan yang membawa bibit, pakan, dan hasil panen ikan di Waduk Cirata. Sedangkan kandungan logam Zn
dalam makrozoobentos tertinggi di stasiun 5 sekitar 17,85 mgkg dan terendah di stasiun 2 sekitar 11,79 mgkg. Dari Gambar 17 juga menunjukkan bahwa
kandungan logam Zn dalam makrozoobentos lebih kecil dibandingkan dalam sedimen.
Sedangkan kandungan logam Zn dalam sedimen dan makrozoobentos menurut ulangan pengamatan dapat dilihat pada Gambar 18 dan 19.
Gambar 18 Kandungan logam Zn di sedimen menurut ulangan pengamatan
Gambar 19 Kandungan logam Zn dalam makrozoobentos menurut ulangan pengamatan
Gambar 18 menunjukkan bahwa kandungan logam Zn dalam sedimen mempunyai nilai yang bervariasi, dimana pada ulangan ke 2 mengalami
penurunan dibanding ulangan ke 1 di setiap stasiun pengamatan dan mengalami peningkatan pada ulangan ke 3 kecuali stasiun 3 pada ulangan ke 3 kandungan
logam Zn mengalami penurunan. Kadar normal logam Zn dalam sedimen yang tidak terkontaminasi berkisar antara 20 - 150 ppm Thayib dan Razak, 1981 dalam
Edwar dkk, 2005. Sedangkan Nilai Ambang Batas Zn dalam sedimen adalah 120 ppm Gray, 1996 dalam Edwar dkk, 2005. Dengan demikian kandungan
Zn dalam sedimen yang diperoleh di Waduk Cirata masih rendah belum tercemar, apabila dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas kadar Zn yang
dikemukakan oleh Gray. Sedangkan Gambar 19 menunjukkan bahwa terjadi penurunan kandungan
logam Zn dalam makrozoobentos secara nyata pada ulangan 2 dan 3 dibanding pada ulangan ke 1, hal tersebut menunjukkan terjadinya penurunan penyerapan
atau pengambilan logam Zn oleh makrozoobentos akibat meningkatnya debit air sungai dan waduk pada musim penghujan terjadi pengenceran dan sebaliknya
pada musim kemarau terjadi peningkatan penyerapan Zn oleh makrozoobentos sebagai akibat meningkatnya metabolisme pada musim kemarau, sebagaimana
diperlihatkan pada ulangan 1 di setiap stasiun pengamatan. Untuk lebih jelasnya, hasil pengukuran kandungan logam Zn dalam air,
sedimen, dan makrozoobentos menurut stasiun dan ulangan di perairan Waduk Cirata dapat dilihat pada Lampiran 4.
4.2. Kondisi Perairan Secara Biologi