Menurut Hawkes 1979 dalam Astuti dan Trihadiningrum 2000, makroinvertebrata dapat berlaku sebagai monitor kontinyu air, tidak seperti
halnya kualitas fisik dan kimia air yang hanya berlaku sesaat. Bahkan respon dari komunitas bentos lebih luas dari polutan air. Mempertimbangkan beberapa
penemuan metode pendugaan biologis yang berdasarkan pada hewan makroinvertebrata dan fakta bahwa makroinvertebrata telah dipergunakan secara
luas sebagai bagian dari integral untuk monitoring kualitas air.
2.8.2. Struktur Komunitas Makrozoobentos
Komunitas biotik adalah kumpulan populasi yang hidup di daerah tertentu atau habitat fisik tertentu dan merupakan satu satuan yang terorganisir dan
mempunyai hubungan timbal balik. Konsep komunitas tersebut dapat digunakan dalam menganalisis lingkungan perairan karena komposisi dan karakter
organisme di dalam suatu komunitas merupakan indikator yang cukup baik untuk melihat keadaan lingkungan dimana komunitas tersebut berada Odum, 1971.
Basmi 2000 menyatakan bahwa analisis struktur komunitas biota sebagai indikator biologis tingkat pencemaran perairan dapat bersifat kuantitatif berupa
indeks melalui kalkulasi terhadap komponen-komponen tertentu dari struktur komunitas yang diamati dan secara kualitatif dengan mengamati komposisi jenis-
jenis tertentu yang dominan di dalam suatu komunitas. Krebs 1989 menambahkan bahwa untuk kondisi suatu struktur komunitas terdapat lima
karakteristik komunitas yang dapat diukur yaitu: 1 keanekaragaman, 2 dominansi, 3 bentuk dan struktur pertumbuhan, 4 kelimpahan, dan 5 struktur
trofik. Keanekaragaman dapat digunakan untuk melihat pengaruh pencemaran
perairan terhadap komunitas perairan biologi, dalam hal ini keanekaragaman digunakan untuk mengevaluasi akibat yang terjadi pada komunitas bentos
dihubungkan dengan kondisi lingkungan. Selain itu keanekaragaman dapat juga digunakan sebagai indikator kualitas perairan, dalam hal ini digunakan untuk
menentukan apakah perubahan yang terjadi pada komunitas merupakan hasil dari adanya bahan pencemar Dennis dan Patil, 1977. Untuk menghitung
keanekaragaman jenis makrozoobentos digunakan metode Shannon-Wiener. 29
Keanekaragaman dari Shannon-Wiener merupakan indeks yang paling umum digunakan bagi manajemen lingkungan dan berfungsi sebagai alat bantu dalam
menggambarkan struktur komunitas dan mendeteksi besarnya degradasi pada ekosistem. Indeks keanekaragaman menggabungkan tiga komponen utama dari
struktur komunitas yaitu: kelimpahan, jumlah taksa, dan kemerataan distribusi organisme diantara spesies Krebs, 1989.
Parameter kualitas air mendukung kehidupan bentos antara lain: bahan organik dan detritus sedangkan faktor penghambat adalah bahan-bahan beracun.
Oleh karena itu, hanya jenis-jenis bentos tertentu dan derajat keanekaragaman dapat dipergunakan sebagai indikator tingkat pencemaran perairan dimana
organisme itu hidup. Bentos merupakan hewan air yang dapat dijadikan indikator untuk menentukan kualitas perairan berdasarkan ketahanannya terhadap
pencemaran air dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Klassifikasi hewan bentos berdasarkan ketahanannya terhadap
pencemaran air Wilhm, 1975 Kelompok
Jenis Hewan Bentos Jenis organisme sangat tahan
terhadap pencemaran Cacing tubifecid, Lintah, Larva
nyamuk, Siput musculum dan fisidium
Jenis yang ketahanannya sedang dan lebih
menyenangi air yang jernih Jenis-jenis siput, Serangga dan
Crustacea
Jenis yang tidak tahan terhadap bahan pencemar
dan hanya menyenangi air bersih
Siput dari famili viviparidae, amnicolidae serangga, nimfa dari
ordo Ephemercidae, odonata, hemiptera, neuroptera dan
Colenterata
Selanjutnya Wilhm 1975 memberikan kriteria kualitas air berdasarkan
penduga keanekaragaman Shannon-Wiener dari hewan bentos makro dapat dilihat pada Tabel 5.
Organisme yang toleran terhadap zat pencemar pada akhirnya dapat tumbuh dan berkembang karena tidak terdapat kompetisi baik dalam ruang
maupun dalam memperoleh nutrien. Sebagai akibatnya kelimpahan organisme tersebut akan meningkat. Kelimpahan makrozoobentos di suatu perairan sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan baik fisik, kimia maupun faktor 30
biologi. Faktor-faktor tersebut adalah: suhu, pH, kekeruhan, kecerahan, gas-gas terlarut dan interaksi dengan organisme lain.
Sedangkan organisme yang tidak toleran terhadap zat pencemar kemanpuan kompetisinya menurun dan akhirnya akan punah, sehingga pada
daerah tersebut akan di dominasi oleh organisme yang toleran terhadap polutan Dennis dan Patil, 1977. Keanekaragaman organisme yang rendah
mengindikasikan bahwa pada daerah tersebut telah terjadi tekanan lingkungan akibat polusi. Pada saat terjadi tekanan lingkungan, hanya beberapa spesies yang
dapat mentelorir dan keanekaragaman menjadi rendah. Tabel 5. Beberapa kriteria kualitas air berdasarkan indeks keanekaragaman
Shannon-Wiener dari hewan bentos makro Indeks Keanekaragaman Jenis
Kualitas Air 3
1 - 3 1
Air bersih Setengah tercemar
Tercemar Berat
3,0 - 4,5 2,0 - 3,0
1,0 - 2,0
1,0 Pencemaran sangat ringan
Pencemaran ringan Setengah tercemar
Tercemar berat
2,0 2,0 - 1,6
1,5 - 1,0 1,0
Pencemaran sangat ringan Pencemaran ringan
Pencemaran sedang Tercemar berat
Dari Tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa apabila Indeks keanekaragaman jenis lebih besar dari tiga, berarti kualitas perairan di tempat
tersebut baik dan sebaliknya apabila indeks keanekaragaman jenis lebih kecil dari satu maka kualitas perairan telah tercemar berat.
III. METODE PENELITIAN
3.1.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perairan Waduk Cirata dengan 2 tahap. Penelitian Tahap I merupakan penelitian pendahuluan dengan tujuan untuk
mengetahui keberadaan makrozoobentos dan jenis kandungan logam berat yang terdapat dalam makrozoobentos. Penelitian Tahap II merupakan kelanjutan dari
Penelitian Tahap I. Berdasarkan Penelitian Tahap I ditentukan jenis logam berat yang akan diteliti, yaitu: Timbal Pb dan Seng Zn. Penetapan 2 jenis logam
berat tersebut dilakukan berdasarkan nilai konsentrasi yang dominan tertinggi dari 4 jenis logam berat yang dianalisis, antara lain: Cr 16,25 mgkg, Cu 17,99
mgkg, Pb 38,82 mgkg, dan Zn 57,10 mgkg. Penelitian ini dimulai pada bulan Desember 2006 sampai bulan Maret
2007. Pengambilan contoh air, sedimen, dan makrozoobentos dilakukan di muara sungai atau Waduk Cirata. Adapun Lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada
Gambar 2.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh air, sedimen, dan makrozoobentos dari setiap pengamatan penelitian, air destilasi, dan
bahan kimia baik untuk analisis logam berat, analisis kualitas air maupun untuk keperluan pengawetan. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah petersen grab,
botol sampel, freezer, saringan, peralatan analisis kimia, pH meter, termometer, turbidimeter, spectrofotometer, dan AAS Atomic Absorbsion
Spectrophotometer .
3.3. Prosedur Kerja
Parameter Fisika-Kimia Air
Pengambilan sampel air langsung menggunakan botol contoh pada kedalaman ± 30 cm. Untuk parameter seperti suhu, pH, kekeruhan, dan alkalinitas
pengukuranya secara in situ dan untuk mengukur amonia, nitrat, nitrit, dan