Kandungan logam berat dalam air selalu berubah sedangkan logam berat dalam sedimen akan bertambah dari waktu ke waktu, di antaranya di pengaruhi
oleh pH dan suhu. Sedimen dapat juga digunakan sebagai indikator pencemaran logam berat pada suatu perairan, karena partikel-partikel koloid banyak mengikat
logam berat yang masuk ke badan air. Beberapa logam yang berikatan dengan sedimen dan partikel yang mengendap, kemudian kembali ke dalam air dan diikuti
remobilisasi dan difusi ke atas Bryan, 1976. Sedangkan Langston dan Bryan 1992 mengatakan bahwa kandungan logam dalam sedimen biasanya mencapai 3
- 5 kali lebih tinggi dari kandungan logam dalam air. Togwel 1979 dalam Haeruddin 2006, mengatakan bahwa kandungan
logam berat pada sedimen tidak saja ditentukan oleh proses pelapukan batuan, tetapi juga dipengaruhi oleh kandungan bahan organik sedimen, komposisi
mineral, serta ukuran partikel endapan sedimen tersebut. Sedimen yang berukuran lebih halus clay dengan diameter 20 mikron mampu menyerap
bahan pencemar dalam jumlah yang lebih besar dibanding sedimen berukuran besar. Sedimen halus memiliki persentase bahan organik yang lebih tinggi dari
pada sedimen besar, hal tersebut berkaitan dengan lingkungan tenang, sehingga memungkinkan pengendapan sedimen lempung dan lanau yang diikuti oleh
akumulasi bahan organik ke dasar perairan Wood, 1987. Hasil analisis regresi hubungan kandungan logam Pb dan Zn dalam air
dengan sedimen dapat dilihat pada Lampiran 7 .
4.3.2. Hubungan Kandungan Logam Pb dan Zn Dalam Air Dengan Makrozoobentos.
Berdasarkan hasil uji korelasi antara kandungan logam Pb dan Zn dalam air dengan makrozoobentos, memperlihatkan adanya korelasi negatif serta nilai
yang bervariasi. Hasil uji korelasi antara kandungan logam Pb dalam air dengan makrozoobentos mempunyai hubungan berkisar antara -12,7 -1,000, sedangkan
korelasi kandungan logam Zn berkisar antara -97,9 -20,7 . Dari Tabel 9 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan p0,05 antara
kandungan logam berat Pb dalam air dengan kandungan logam berat Pb dalam makrozoobentos pada stasiun 3 dengan nilai koefisien korelasi r = -1,000,
sedangkan nilai koefisien korelasi lainnya tidak nyata pada selang kepercayaan 95. Untuk lebih jelasnya hasil korelasi dan regresi antara kandungan logam Pb
dan Zn dalam air dengan makrozoobentos berdasarkan stasiun pengamatan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Hasil korelasi dan regresi antara kandungan logam Pb dan Zn dalam air x dengan makrozoobentos y.
Stasiun Logam Regresi R
2
Korelasi
1 y = -213.010 x + 11.928 0.059
-0,244 2
y = -6262x + 127.140 0.264
-0,514 3
Timbal Pb y = -8456x + 127.550 1.000
-1,000 4
y = -10839.575x +203.651 0.543 -0,737
5 y = -972.52x + 61.397
0.0161 -0,127
1. y = -489.815x + 45.375
0.856 -0,925
2. y = -185.98x + 18.544
0.1115 -0,334
3. Seng Zn
y = 327.64x + 7.5831 0.043
0,207 4.
y = -802.61x + 54.608 0.9386
-0,969 5.
y = -953.948x + 66.819 0.959
-0,979
Keterangan: nyata pada taraf kepercayaan 95 p 0,05
Hasil uji korelasi kandungan logam Pb dan Zn dalam air dengan kandungan logam Pb dan Zn dalam makrozoobentos diperoleh bahwa hanya
logam Pb yang berpengaruh secara nyata p0,05 dengan selang kepercayaan 95 yang mempunyai nilai korelasi sebesar r -1,000 nilai signifikansi 0.01 yang
terdapat di stasiun 3, sedangkan stasiun yang lainnya tidak nyata dengan nilai masing-masing -0,244 ST. 1, -0,514 ST. 2, -0,737 ST. 4, dan -0,127 ST. 5.
Selanjutnya hasil analisis regresi diperoleh persamaan, yaitu: y = -8456x + 127,550 dengan koefisien determinasinya R
2
yang tinggi sebesar 1,000. Hubungan tersebut adalah regresi negatif yang berarti bahwa makin tinggi
kandungan logam Pb dalam makrozoobentos pada stasiun 3 maka makin rendah kandungan logam berat Pb dalam air.
Sedangkan korelasi kandungan logam berat Zn dalam air dengan makrozoobentos tidak berpengaruh secara nyata, padahal nilai koefisien korelasi
yang diperoleh juga besar sebagaimana yang terdapat di stasiun 1, 4, dan 5, yaitu: masing-masing -0,925, -0,969, dan -0,979. Hal ini kemungkinan erat kaitannya
karena logam Zn termasuk logam esensial yang dibutuhkan oleh organisme dalam proses metabolisme, sehingga pada konsentrasi tertentu tidak berbahaya bagi
organisme tertentu. Sedangkan logam Pb termasuk logam yang tidak dibutuhkan oleh organisme dalam proses metabolisme walaupun dalam jumlah yang sangat
sedikit. Logam berat seperti Pb berasal dari alam secara alamiah, industri, kegiatan
manusia, dan juga berasal dari udara yang turun pada saat musim hujan dan masuk ke dalam perairan melalui aliran sungai sehingga kandungan logam berat
dalam perairan meningkat dan dalam waktu tertentu organisme air dapat mengakumulasi logam berat terutama pada bagian organ. Akumulasi biologis
dapat terjadi melalui absorpsi langsung terhadap logam berat yang terdapat dalam air dan melalui rantai makanan. Akumulasi terjadi karena kecendrungan logam
berat untuk membentuk senyawa kompleks dengan zat-zat organik yang terdapat dalam tubuh organisme Sanusi dkk, 1985. Hal ini akan mengakibatkan
kandungan logam berat dalam tubuh organisme lebih tinggi di bandingkan dengan logam berat dalam lingkungan. Dengan terjadinya akumulasi biologis, maka
organisme yang hidup di perairan yang mempunyai kadar logam berat yang tinggi tercemar khususnya hewan bentos, di dalam jaringan tubuhnya akan terdapat
kandungan logam berat yang tinggi pula. Hal ini disebabkan karena cara hidup bentos yang relatif rendah aktivitasnya dan cenderung menetap di dasar perairan,
sehingga akan selalu terpapar terhadap logam berat yang ada di sekitarnya. Dalam suatu perairan bioakumulasi logam berat ditentukan oleh adanya
interaksi 3 faktor, yaitu: 1 faktor kontaminasi, berhubungan dengan kondisi paparannya secara langsung atau melalui jalur tropik ekosistem, 2 faktor
abiotik, berhubungan dengan karakter fisika-kimia kolom air dan sedimen, 3 faktor biotik, berhubungan dengan kekhasan struktur dan fungsi dari organisme
hidup Boudou dan Ribeyre dalam Boudou et al, 1998. Bioakumulasi logam berat dalam tubuh organisme dapat terjadi karena adanya sejenis protein
metalotionein dalam tubuh organisme yang bersangkutan berfungsi sebagai pengikat logam berat. Unsur logam berat masuk ke dalam tubuh organisme
melalui 3 cara, yaitu melalui rantai makanan, insang, dan difusi, kemudian diikat oleh protein pada sel. Sebagian besar logam berat yang terakumulasi dalam tubuh
organisme masuk melalui rantai makanan dan sedikit yang masuk melalui air. 77
Menurut Darmono dan Arifin 1989 dalam Kusumahadi, 1998, ada tiga teori mekanisme penyerapan logam dalam jaringan organisme perairan, yaitu: 1
penyerapan logam melalui mekanisme pengangkutan yang berhubungan dengan mekanisme pengaturan tekanan osmosis oleh organisme terhadap air di sekitarnya
osmoregulasi, 2 peningkatan ion-ion logam menyentuh bagian tertentu dari permukaan jaringan dan masuk ke dalam sitoplasma, dan 3 logam dalam bentuk
kristal kecil atau larutan yang segera ditangkap oleh sel epitel dan secara endositosis logam tersebut dibawa masuk dan dilepas ke dalam sitoplasma.
Menurut Simkiss dan Mason 1983, logam masuk ke dalam jaringan tubuh biota secara umum melalui tiga cara, yaitu: 1 endositosis, dimana
pengambilan partikel dari permukaan sel dengan membentuk wahana perpindahan oleh membran plasma, pada proses ini berperan dalam pengambilan logam berat
dalam bentuk tidak terlarut, 2 diserap dari air, 90 dari kandungan logam dalam jaringan berasal dari penyerapan oleh sel epitel insang, insang diduga
sebagai organ yang menyerap logam berat dari air, dan 3 diserap dari makanan dan sedimen, penyerapan logam oleh biota bergantung pada strategi mendapat
makanan dan life histories dari biota, pada jenis filter feeder penyerapan terbesar bukan dari larutan, tetapi dari makanan dan partikel yang disaring.
Logam berat yang terdapat di dalam air dapat masuk ke dalam tubuh organisme perairan melalui rantai makanan, difusi permukaan kulit, dan juga
melalui insang. Di antara ke tiga proses masuknya logam berat tersebut ke dalam tubuh, yang paling besar adalah melalui rantai makanan. Loedin 1985 dalam
Mokoagouw 2000, mengemukakan bahwa sekalipun di dalam perairan kandungan logam berat rendah, tetapi sudah diabsorbsi secara biologis dalam
tubuh hewan air serta akan terikat dalam rantai makanan. Hal tersebut menyebabkan logam berat terkumpul dan meningkat kandungannya dalam
jaringan tubuh organisme yang hidup Proses bioakumulasi. Biota air yang hidup dalam perairan tercemar logam berat, dapat mengakumulasi logam berat tersebut
dalam jaringan tubuhnya, makin tinggi kandungan logam berat dalam perairan akan semakin tinggi pula kandungan logam berat yang terakumulasi dalam tubuh
hewan air tersebut. 78
Menurut Meeldowney et al. 1993 dalam Kusumahadi 1998, dalam perairan logam berat dapat menyebar secara horizontal dan vertikal, sehingga
terdistribusi dalam badan air dan sebagian diserap oleh mikroorganisme. Pada umumnya logam berat sampai ke organisme melalui absorpsi, rantai makanan,
dan insang, tergantung dari jenis organismenya. Umumnya bentos mengambil logam berat melalui makanan, makanan tersebut dihancurkan di dalam usus
kemudian diserap oleh darah. Hasil analisis regresi hubungan kandungan logam Pb dan Zn dalam air dengan makrozoobentos dapat dilihat pada Lampiran 8.
4.3.3. Hubungan Kandungan Logam Pb dan Zn Dalam Sedimen Dengan Makrozoobentos