perkembangan  kognitif  peserta  didik  diperkaya  dengan  macam-macam  sudut pandangan dan alternatif tindakan.
Perkembangan kognitif peserta didik akan lebih berarti apabila didasarkan pada  pengalaman  nyata  peserta  didik  sendiri  daripada  pengetahuan  yang
disampaikan oleh guru yang cenderung mengarahkan peserta didik ke verbalisme Rifa’i  Anni, 2011: 207. Dalam penelitian ini, pembelajaran  Thinking Aloud
Pair Problem Solving TAPPS strategi RAECT menekankan pengalaman peserta didik  untuk  mengaitkan  materi  baru  dengan  pengetahuan  yang  lama  dan
menyelesaiakan  permasalahan  dengan  mengaplikasikan  konsep  yang  telah dimilikinya.
2.1.2.3 Teori Belajar Vygotsky
Vygotsky  merupakan  salah  satu  tokoh  ahli  dalam  bidang  sosiokultural teori.  Dalam  teori  sosiokultural,  menekankan  peran  dalam  pengembangan  dialog
kerja  sama  antara  anak-anak  maupun  anggota  yang  lebih  berpengetahuan  luas dalam  perkumpulan.  Anak-anak  belajar  budaya  komunitas  mereka  seperti  cara
berpikir dan berperilaku melalui interaksi ini. Vygotsky percaya bahwa aktivitas manusia berlangsung dalam lingkungan
budaya  dan  perkembangan  kognitif  seseorang  tidak  dapat  dipahami  secara terpisah  dari  lingkungan  tersebut.  Salah  satu  gagasan  kuncinya  adalah  bahwa
proses  dan  struktur  mental  seseorang  yang  spesifik  dapat  ditelusuri  dari interaksinya  dengan  orang  lain.  Vygotsky  seperti  dikutip  Palinscar  berpendapat
bahwa  “social  interaction  are  more  than  simple  influence  on  cognitive development
– they actually create our cognitive structures and thinking process‖
Woolfolk,  2001:  44.  Wertsch    Tulviste  dalam  Elliott  2000:  53  juga berpendapat  “Vigotsky  believed  that  to  understand  cognitive  development,  we
must  examine  the  social  and  cultural  prose ss  shaping  children‖.  Yang  artinya
bahwa  untuk  memahami  perkembangan  kognitif,  kita  harus  memeriksa  proses sosial dan budaya  yang membentuk anak-anak. Jadi menurut Vygotsky, interaksi
sosial  bukan  merupakan  pengaruh  sederhana  pada  perkembangan  kognitif, interaksi sosial sebenarnya membentuk struktur kognitif dan proses berpikir kita.
Teori  Vygotsky  mengandung  pandangan  bahwa  pengetahuan  itu dipengaruhi  situasi  dan  bersifat  kolaboratif,  artinya  pengetahuan  didistribusikan
diantara orang dan lingkungan,  yang mencakup obyek, alat, buku dan komunitas tempat  orang  berinteraksi  dengan  orang  lain.  Sehingga  dapat  dikatakan  bahwa
fungsi  kognitif  berasal  dari  situasi  sosial.  Selain  itu,  Vigotsky  juga  mengatakan bahwa bahasa merupakan salah satu peran penting dalam perkembangan kognitif
anak.  Vygotsky  percaya  bahwa  perkembangan  kognitif  berlangsung  melalui percakapan  dan  interaksi.  Das  dalam  Woolfolk  2001:  46  berpendapat  bahwa
“Languge  provides  a  means  for  expressing  ideas  and  asking  question,  the categories  and  concepts  for  thinking,  and  the  links  between  the  past  and  the
future ‖.
Vygotsky mengemukakan penggunaan bahasa untuk mengatur diri sendiri atau self-regulation, yaitu pembicaraan batin inner speech dan berbicara sendiri
private  speech.  Vygotsky  memiliki  pendapat  yang  sangat  berbeda  tentang private speech anak. Bukan sebagai tanda ketidakdewasaan kognitif seperti yang
diungkapkan  Piaget,  Vygotsky  menyatakan  bahwa  bergumam  atau  berbicara
sendiri  memainkan  peran  penting  dalam  perkembangan  kognitif  dengan mengarahkan  anak  kepada  self-regulation,  kemampuan  untuk  merencanakan,
memantau,  dan  membimbing  pemikiran  dan  pemecahan  masalah  sendiri Woolfolk, 2001:  46. Menurut Vygotsky, pada tahap perkembangan selanjutnya
anak  akan  melakukan  perubahan  dari  berbicara  sendiri  ke  pembicaraan  batin. Vygotsky mengidentifikasi  peralihan dari pembicaraan sendiri  yang terdengar ke
pembicaraan  batin  yang  tidak  dapat  didengar  sebagai  proses  fundamental  dalam perkembangan  kognitif.  Melalui  proses  ini  anak  menggunakan  bahasa  untuk
mencapai  kegiatan  kognitif  yang  penting  seperti  arah  perhatian,  pemecahan masalah, perencanaan, membentuk konsep, dan mendapatkan kontrol diri.
Dengan demikian, keterkaitan antara penelitian ini dengan teori Vygotsky adalah  dimana  dalam  pembelajaran  Thinking  Aloud  Pair  Problem  Solving
TAPPS  strategi  REACT  peserta  didik  difasilitasi  untuk  berinteraksi  sosial  dan mengomunikasikan  pemikirannya  dalam  kelompok  kecil  yang  terdiri  atas  dua
anak,  yang  berperan  sebagai  problem  solver  dan  listener.  Melalui  interaksi  ini peserta  didik  sebagai  listener  dapat  belajar  bagaimana  proses  berpikir  problem
solver dalam menyelesaiakan permasalahan. Kedua peserta didik ini dapat saling belajar bagaimana pola pikir, proses dan cara pemecahan masalah yang digunakan
oleh temannya. Keterkaitan  yang  lain  adalah  pada  pembelajaran  Thinking  Aloud  Pair
Problem Solving TAPPS strategi REACT peserta didik sebagai  problem solver dituntut  untuk  menyuarakan  pemikirannya  ketika  menyelesaikan  perasalahan,
yang dalam teori Vigotsky disebut  private speech atau berbicara sendiri. Dengan
melakukan  private  speech  akan  mengarahkan  peserta  didik  kepada  self- regulation,  kemampuan  untuk  merencanakan,  memantau,  dan  membimbing
pemikiran  dan  pemecahan  masalah  sendiri.  Setelah  pembiasaan  private  speech ketika  peserta  didik  menjadi  problem  solver  dalam  kelompok,  selanjutnya
perkembangan  kognitif  peserta  didik  akan  berkembang  dengan  melakukan  inner speech atau pembicaraan batin ketika peserta didik dihadapkan pada permasalahan
yang  harus  dikerjakan  secara  individu.  Melalui  proses  ini  peserta  didik menggunakan bahasa untuk mencapai kegiatan kognitif yang penting seperti arah
perhatian,  pembentukan  konsep  perencanaan,  pemecahan  masalah,  dan  kontrol diri  sehingga  pola  pikir  peserta  didik  dapat  lebih  terstruktur  dan  peserta  didik
dapat lebih mudah dalam mengomunikasikan hasil pemikirannya baik secara lisan maupun tulisan.
2.1.3 Model Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS