mereka menyelesaikannya sesuai dengan langkah tetapi menyerah untuk bernalar kemudian menebak jawaban. Sedangkan Problem solver yang baik
cenderung untuk mengerjakan permasalahan dari awal sampai akhir dengan langkah-langah kecil dan hati-hati.
5 Aktif dalam memecahkan masalah. Problem solver yang baik, aktif dalam
berbagai cara yang dapat meningkatkan ketepatan mereka, yang dapat membantu mereka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang
ide-ide dan masalah.
2.1.3.3 Tugas Listener
Berikut merupakan rincian tugas listener yang dikemukakan Pestel 1993. 1
Mendengarkan dan menanyakan hal-hal apa yang dipikirkan oleh problem solver, bukan mengkritik solusi yang diberikan oleh problem solver.
Contohnya adalah mengatakan “Bisakah kamu ceritakan apa yang kamu
pikirkan?”, bukan mengatakan “Cara yang kamu gunakan terlalu lama”. 2
Peran listener adalah untuk: a
meminta problem solver agar tetap berbicara, menjelaskan proses pemikirannya, tetapi jangan menyela ketika problem solver sedang
berpikir; b
memastikan bahwa langkah dari solusi permasalahan yang diungkapkan problem solver tidak ada yang salah dan tidak ada langkah yang
terlewatkan; c
membantu problem solver agar lebih teliti dalam mengungkapkan solusi permasalahannya;
d memahami setiap langkah yang diambil problem solver. Jika tidak
mengerti, maka bertanyalah kepada problem solver. 3
Jangan berpaling dari problem solver dan mulai menyelesaikan masalah sendiri yang sedang dipecahkan problem solver.
4 Jangan membiarkan problem solver melanjutkan jika:
a tidak memahami langkah pemecahan masalah problem solver. Katakan
“saya tidak bisa memahami caramu”, atau “saya tidak bisa mengikuti langkahmu”;
b berpikir setelah terjadi kesalahan yang dilakukan problem solver. Jika
problem solver membuat kesalahan, hindarkan untuk mengoreksi bagian yang salah, beri pertanyaan “apakah cara tersebut benar?” atau meminta
problem solver untuk meneliti kembali. 5
Jangan berikan problem solver petunjuk. Jika problem solver terus membuat kesalahan dalam berpikir atau dalam perhitungan, maka tunjukkan
kesalahannya, tetapi jangan memberikan jawaban yang benar. Whimbey Lochhead 1999: 28, berpendapat bahwa pasangan yang
berperan sebagai listener memainkan peran penting dalam proses pembelajaran “The listener should not sit back inattentively with his or her mind elsewhere.
Instead, the listener should concentrate on two functions: continually checking accuracy and demanding constant vocalization
”, yang intinya bahwa seorang listener tidak duduk dan tidak memperhatikan karena pemikirannya yang lain.
Sebaliknya, pendengar harus berkonsentrasi pada dua fungsi: Memeriksa ketepatan secara kontinu dan meminta penjelasan yang tetap.
1 Memeriksa ketepatan secara kontinu. Karena ketepatan adalah hal yang
sangat penting, listener harus secara kontinu memeriksa keakuratan problem solver. Ketepatan problem solver harus diperiksa pada setiap langkah dari
masalah. Listener harus segera menangkap kesalahan dan menunjukkannya. 2
Meminta problem solver untuk selalu menjelaskan. Fungsi kedua dari listener adalah untuk memastikan bahwa problem solver menyuarakan semua
langkah-langkah utama yang diambil dalam memecahkan masalah. 2.1.3.4
Langkah-langkah Model TAPPS
Langkah-langkah pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS menurut Whimbey Lochhead 1999 adalah sebagai berikut.
1 Guru mengelompokkan peserta didik berpasang-pasangan. Salah satu peserta
didik sebagai problem solver dan yang lain sebagai listener. 2
Guru memberikan permasalahan kepada masing-masing kelompok. 3
Peserta didik sebagai problem solver mencari solusi permasalahan dan mengungkapkannya kepada listener sedangkan peserta didik sebagai listener
mendengarkan. 4
Guru mengawasi jalannya aturan peran dalam kegiatan pembelajaran, yaitu memastikan problem solver untuk tetap mengungkapkan pemikirannya dan
mendorong listener untuk memahami detail solusi permasalahan problem solver dan mengingatkan listener untuk tidak membantu mencari solusi
permasalahan.
5 Problem solver dan listener dalam satu kelompok bertukar peran dalam
permasalahan selanjutnya, sehingga setiap peserta didik mempunyai kesempatan untuk menjadi problem solver dan listener.
2.1.3.5 Kekuatan Model TAPPS