dan memberikan pertanyaan bantuan yang mengarahkan peserta didik ke sesuatu yang hendak dicari dan memberikan arahan tanpa mengungkapkan seluruh
jawaban yang dibutuhan oleh peserta didik.
2.1.3.2 Tugas Problem Solver
Berikut rincian tugas problem solver yang dikemukakan Pestel 1993. 1
Membaca soal dengan jelas agar listener mengetahui masalah yang akan dipecahkan.
2 Mulai menyelesaikan soal dengan caranya sendiri. Problem solver
mengemukakan semua
pendapat dan
gagasaan yang
dipikirkan, mengemukakan semua langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan
permasalahan, serta menjelaskan apa, mengapa, dan bagaimana langkah tersebut diambil agar listener mengerti penyelesaian yang dilakukannya.
3 Mengatakan apa pun yang muncul dalam pikiran berkaitan dengan
permasalahan yang diberikan. Berpikir keras memang tidak mudah. Pada awalnya mungkin sulit untuk menemukan kata yang tepat untuk
menjelaskannya, tapi jangan lakukan hal ini memikirkan kata yang tepat untuk menjelaskan, katakan saja apa pun yang ada dalam pikiran.
4 Kembali dan mengulang bagian permasalahan yang diinginkan untuk
memahami permasalahan. Gunakan kata- kata seperti “coba kita baca lagi
permasalahan ini”, “ sebaiknya kita teliti lagi dari awal”. 5
Mencoba untuk terus menyelesaikan masalah sekalipun problem solver menganggap masalah itu sulit atau bahkan terlalu sepele sehingga tedak teliti
dalam menyelesikan permasalahan.
Whimbey Lochhead 1999: 26-27, menjelaskan lima kriteria bagaimana untuk menjadi Problem solver yang baik, yaitu:
1 Bersikap positif. Problem solver yang baik mempunyai keyakinan yang kuat
bahwa permasalahan penalaran akademik dapat diselesaikan dengan hati-hati. Mungin pada awalnya suatu masalah terlihat membingungkan dan tidak jelas.
Tetapi dengan
pemecahankan masalah
secara berlahan,
dengan mengidentifikasi satu-persatu informasi dalam permasalahan, masalah yang
sulit perlahan-lahan dapat dianalisis dan diselesaikan. 2
Memperhatikan ketelitian atau keakuratan. Problem solver yang baik menaruh perhatian yang besar untuk memahami fakta-fakta dan hubungan
yang ada dalam permasalahan secara keseluruhan dan akurat. Mereka hampir mewajibkan untuk memeriksa apakah pemahaman mereka tentang suatu
masalah sudah benar dan menyeluruh atau belum. 3
Memecah masalah menjadi bagian-bagian. Problem solver yang baik belajar bahwa untuk menganalisa permasalahan dan ide-ide yang kompleks
mencakup mengurai permasalahan menjadi langkah-langkah yang lebih kecil atau sederhana. Mereka belajar menyelesaikan masalah dengan memulainya
pada titik yang mereka dapat pahami dan kemudaian memprosesnya dari sini. 4
Menghindari menebak. Problem solver yang buruk cenderung untuk melompat ke kesimpulan dan menebak jawaban tanpa melalui semua langkah
yang diperlukan untuk memastikan bahwa jawaban yang buat adalah benar. Terkadang mereka membuat keputusan secara intuitif di tengah-tengah
permasalahan tanpa memeriksa kembali apakah keputusan tersebut benar atau
mereka menyelesaikannya sesuai dengan langkah tetapi menyerah untuk bernalar kemudian menebak jawaban. Sedangkan Problem solver yang baik
cenderung untuk mengerjakan permasalahan dari awal sampai akhir dengan langkah-langah kecil dan hati-hati.
5 Aktif dalam memecahkan masalah. Problem solver yang baik, aktif dalam
berbagai cara yang dapat meningkatkan ketepatan mereka, yang dapat membantu mereka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang
ide-ide dan masalah.
2.1.3.3 Tugas Listener