Pembelajaran dengan Strategi REACT

Dan karena seorang listener secara terus-menerus memantau dan menyelidiki pemikiran problem solver, tingkat ketegasan dan kesadaran dalam perincian dapat dicapai jauh melampaui yang diperlukan dalam bukti tertulis atau bentuk standar komunikasi matematis lainnya. Pembelajaran TAPPS menuntun seorang problem solver untuk berpikir sambil menjelaskan sehingga pola berpikir mereka lebih terstruktur. Dialog pada TAPPS membantu membangun kerangka kerja kontekstual yang dibutuhkan untuk meningkatkan pemahaman peserta didik. TAPPS melatih konsep peserta didik, menghubungkannya pada kerangka yang ada, dan menghasilkan pemahaman materi yang lebih dalam.

2.1.4 Pembelajaran dengan Strategi REACT

J. R. David dalam Sanjaya 2011: 126 memberikan pengertian tentang strategi pe mbelajaran, yaitu “a plan, method, or series of activities design to achieves a particular educational goal‖. Jadi, dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan Sani 2013: 89-90, menyatakan strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran. Hubungan antara model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, keterampilan mengajar menurut Sani, dideskripsikan pada gambar 2.1 berikut. Pada Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa strategi pembelajaran tercakup di dalam model pembelajaran, dimana strategi pembelajaran didalamnya mencakup penggunaan metode dan keterampilan mengajar. Berdasarkan gambar tersebut jelas bahwa model pembelajaran didalamnya mencakup pemilihan strategi, metode yang digunakan, dan keterampilan-keterampilan apa saja yang dibutuhkan dalam mengajar. Strategi REACT relating, experiencing, applying, cooperating, transferring merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual-konstruktivis. Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning CTL merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam dunia nyata. Sedangkan dalam pendekatan konstruktivisme, pembelajaran diarahkan agar peserta didik mengonstruk atau membangun sendiri pengetahuannya. Model pembelajaran Interaksi sosial Pemrosesan informasi perilaku personal Strategi pembelajaran  Langsung  Tidak langsung  Interaktif  Mandiri  eksperimen Metode pembelajaran Keterampilan Mengajar  Ceramah  Studi kasus  Inkuiri  Pembelajaran kooperatif  Debat  dsb  Membuat rencana, menyajikan, bertanya, memberi arahan, demonstrasi, evaluasi Gambar 2.1 Hubungan Antara Model dan Strategi REACT merupakan strategi pembelajaran yang dikembangkan untuk dapat membantu mengembangkan pemahaman-pemahaman peserta didik secara mendalam terhadap konsep-konsep dasar dan tentang pengamatan terhadap bagaimana para guru mengajar agar peserta didik mendapatkan pemahaman Crawford, 2001: 1. Cra wford 2001: 3 berpendapat tentang strategi REACT, yaitu “These strategies [REACT] focus on teaching and learning in context — a fundamental principle of constructivism ”. Hal ini berarti bahwa, strategi REACT lebih memusatkan perhatian pada pengajaran dan pembelajaran menurut konteks kontekstual yang merupakan sebuah prinsip fundamental dari konstruktivisme. Crawford 2001 menjelaskan kelima prinsip dalam strategi REACT sebagai berikut.

1. Relating mengaitkan

Menurut Crawford 2001:3, relating adalah strategi pembelajaran kontekstual yang paling kuat, yang merupakan jantungnya dari konstruktivisme. Relating atau mengaitkan adalah belajar dalam konteks pengalaman kehidupan seseorang atau pengetahuan yang ada sebelumnya, yaitu mengaitkan informasi baru dengan berbagai pengalaman kehidupan atau pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Crawford 2001: 3 menyatakan bahwa, walaupun peserta didik bisa membawa ingatan atau pengetahuan sebelumnya yang relevan dengan situasi belajar yang baru, peserta didik dapat gagal mengenal keterkaitannya. Oleh karena itu, guru harus merencanakan dengan hati-hati situasi pembelajaran sehingga peserta didik dapat mengaitkan materi dengan pengetahuan sebelumnya. Perencanaan yang matang diperlukan karena terkadang peserta didik tidak secara otomatis dapat menghubungkan informasi baru dengan hal yang mereka kenal. Guru dapat memulai pelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab oleh peserta didik dari pengalaman hidupnya di luar kelas sebagai upaya untuk mengingatkan pengetahuan yang dimiliki peserta didik. Materi yang peserta didik pelajari dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang sudah mereka miliki. American Association for the Advancement of Science, menyatakan bahwa pembelajaran yang baik biasanya dimulai dengan pertanyaan- pertanyaan dan fenomena yang menarik dan dikenal peserta didik, bukan dengan abstraksi atau fenomena di luar jangkauan persepsi, pemahaman, atau pengetahuan peserta didik. Penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran meningkat ketika guru menggunakan relating, terutama di awal pembelajaran dengan pengetahuan dan sesuatu yang diyakini peserta didik sebelumnya sebagai titik awal, dan kemudian menyesuaikan pembelajaran dalam menanggapi perubahan konsepsi peserta didik selama pembelajaran.

2. Experiencing mengalami

Strategi relating tidak dapat diterapkan pada peserta didik yang tidak memiliki pengetahuan awal yang relevan dengan informasi baru, karena peserta didik tidak mungkin dapat membuat hubungan antara informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya. Guru dapat mengatasi kendala ini dan membantu peserta didik menyusun pengetahuan baru dengan berbagai pengalaman yang tersusun rapi, dengan pengalaman yang dibuat atau dirancang di dalam kelas. Strategi ini yang disebut experiencing Crawford, 2001: 5. Menurut Crawford 2001: 5, aktivitas pemecahan masalah adalah pengalaman yang melibatkan kreativitas peserta didik sementara belajar konsep- konsep utama. Kegiatan ini juga mengajarkan keterampilan pemecahan masalah, berpikir analitis, komunikasi, dan interaksi kelompok. Kegiatan pemecahan masalah yang baik memperkenalkan konsep-konsep yang muncul secara alami dalam situasi masalah. Hal ini memungkinkan peserta didik untuk melihat kebutuhan atau alasan untuk menggunakan konsep-konsep baru.

3. Applying menerapkan

Menerapkan atau mengaplikasikan adalah suatu strategi belajar dengan menempatkan konsep-konsep untuk digunakan. Konsep-konsep matematika digunakan pada saat peserta didik melaksanakan aktivitas penyelesaian masalah yang diberikan oleh guru terutama untuk menyelesaikan soal-soal latihan atau tugas-tugas lain. Guru juga dapat memotivasi peserta didik untuk memahami konsep melalui pemberian tugas-tugas latihan yang realistis dan relevan.

4. Cooperating bekerja sama

Bekerja sama menurut Crawford 2001: 11 adalah belajar dalam konteks berbagi, merespon, dan berkomunikasi dengan peserta didik lainnya. Melalui kerja sama akan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengomunikasikan dan menyelesaikan masalah dengan lebih baik. Dengan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, sebagian besar peserta didik merasa lebih nyaman serta tidak malu dalam melakukan diskusi dan masing- masing peserta didik dapat ikut berperan aktif dalam mengungkapkan pendapat dan mengajukan pertanyaan. Dengan mendengarkan orang lain dalam kegiatan kelompok, peserta didik dapat mengevaluasi kembali dan merumuskan kembali pemahaman mereka sendiri. Mereka belajar untuk menghargai pendapat orang lain, karena terkadang strategi yang berbeda terbukti menjadi pendekatan yang lebih baik untuk penyelesaian masalah. Menanamkan rasa tanggung jawab merupakan hal yang sangat penting agar peserta didik menyadari bahwa kesuksesan suatu kegiatan bergantung pada setiap anggota kelompok dalam melakukan tugasnya. Sukses juga bergantung pada proses kegiatan kelompok seperti komunikasi, observasi, saran, diskusi, analisis, dan refleksi. Menurut National Council of Teachers of Mathematics seperti yang dikutip oleh Crawford 2001: 13, mengungkapkan bahwa perubahan-perubahan dalam dunia kerja semakin menuntut kerja sama tim, kolaborasi, dan komunikasi. Sejalan dengan itu, mata pelajaran matematika tingkat perguruan tinggi semakin menekankan kemampuan untuk menyampaikan ide dengan jelas, baik secara lisan maupun tulis. Maka dari itu, untuk mempersiapkan masa depan, peserta didik kelas menengah harus dapat bertukar ide-ide matematis secara efektif. Kemampuan-kemampuan tersebut dapat dilatih kepada peserta didik melalui pembelajaran kooperatif. Sebagaimana yang dinyatakan Suherman et al. 2003: 260 pembelajaran kooperatif mencakup kelompok kecil peserta didik yang bekerja di dalam sebuah tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama.

5. Transferring mentransfer

Menurut Crawford 2001: 14 mentransfer adalah penggunaan pengetahuan dalam konteks baru atau situasi baru yang belum tercakup dalam kelas. Contoh pembelajaran dengan strategi transferring, yaitu guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyelesaikan soal-soal atau permasalahan yang belum pernah mereka kerjakan. Dengan menyelesaikannya, berarti peserta didik mentransfer semua pengetahuan yang ia peroleh dari hasil belajarnya. Menurut National Council of Teachers of Mathematics, “... A major goal of high school mathematics is to equip students with knowledge and tools that enable them to formulate, approach, and solve problems beyond those that they have studied ” Crawford, 2001: 15, yang berarti bahwa tujuan utama matematika kelas menengah adalah untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan alat-alat yang memungkinkan mereka untuk merumuskan, melakukan pendekatan, dan memecahkan masalah di luar dari apa yang telah mereka pelajari.

2.1.5 Kemampuan Komunikasi Matematis