Interaksi Sosial Mahasiswa Asal Papua dengan Mahasiswa dari Daerah Lain.

86 di Universitas Sumatera Utara. Daripada itu, proses interaksi sosial secara langsung seperti yang diutarakan oleh informan yang bernama Elliyus : “…hal utama ketika kami sampai kaka adalah untuk kita tau bagaimana bisa berinteraksi dengan orang disini yah.., tentunya dengan menggunakan bahasa Indonesia walaupun sebagian dari kami masih ada yang logat dari Papua masih kental…” Berdasarkan wawancara diatas dapat dilihat bawasannya, ketika mahasiswa asal Papua hadir disini mereka melakukan proses interaksi secara tidak disadari. Hal ini berlaku dan terjadi pada semua mahasiswa asal Papua. Intinya seperti berbicara, menanyakan sesuatu hal, saling berkenalan dan bentuk proses interaksi lainnya.

4.6.1.1 Interaksi Sosial Mahasiswa Asal Papua dengan Mahasiswa dari Daerah Lain.

Interaksi Sosial mahasiswa asal Papua dengan mahasiswa asal daerah lain bersifat langsung. Hal ini terjadi dikarenakan prosesnya melalui hubungan kontak langsung atau saling berinteraksi sekaligus tatap muka dan secara verbal. Dalam hal ini interaksi sosial mahasiswa asal Papua menggunakan dan melalui proses yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi. Ini merupakan salah satu syarat terjadinya interaksi sosial yang menurut Soerjono Soekamto yang menyatakan bahwa suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi apabila tidak memenuhi dua syarat tersebut. 87 Mahasiswa asal Papua melakukan interaksi sosial secara langsung dengan mahasiswa dari daerah lain melalui proses tatap muka dan berdialog diantara kehidupan sehari-hari baik di lingkungan kampus maupun tempat tinggal di asrama. Kegiatan ini terus berlangsung selama mereka saling bertemu dalam kehidupan sehari-harinya. Banyak hal yang mendasari setiap proses interaksi mahasiswa asal Papua dengan mahasiswa dari daerah lain. Misalnya dalam keperluan atau dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti berinteraksi untuk berbicara mengenai urusan kampus, urusan kepentingan organisasi, dan aktifitas sehari-hari baik di kampus maupun di asrama. Dengan demikian kontak sosial secara langsungpun terjalin selama mereka saling berinteraksi satu sama lain. Sebagai contoh, ketika mahasiswa asal Papua ingin atau ada keperluan untuk beberapa hal keperluan di kampus setidaknya ia akan berinteraksi dengan teman kampus yang dari daerah lain karena mahasiswa asal Papua tidak harus selamanya satu jurusan sehingga ia harus beinteraksi dengan mahasiswa dari daerah lain. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Eva : “…kami kaka sering bertanya sama kawan yang lain yang satu jurusan tapi tidak dari Papua. cuma untuk menanyakan urusan kampus, dan tugas kuliah lainnya karena kami kan yang dari Papua ini gak semua satu jurusan kaka…” Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa menunjukan bahwa mahasiswa asal Papua memang harus berinteraksi untuk mendapatkan informasi seperti informasi yang menyangkut dengan urusan perkuliahan, organisasi dan sebagainya. Proses interaksi tersebut memang dilakukan setiap hari ketika 88 mahasiswa asal Papua bertemu dengan orang lain baik di saat sedang diperkuliahan, asrama ataupun disaat berada di lingkungan luar. Mengenai proses interaksi yang pada awalnya harus dengan melihat lawan interaksinya. Hal ini berkaitan dengan karakteristik lawan interaksi yaitu : 1. Bentuk tubuh untuk memperlihatkan objek lawan interaksi. Dalam hal ini mahasiswa asal Papua yang melakukan interaksi dengan mahasiswa dari daerah lain yang sebelum melakukan atau terjadinya interaksi pastinya fisik seperti bentuk tubuh yang terlihat. Mahasiswa asal Papua cenderung berfisik dengan bentuk tubuh yang tidak terlalu tinggi, kekar, berambut keriting atau bergelombang dan ciri fisik mahasiswa asal Papua pada umumnya. 2. Warna kulit merupakan penggambaran ciri khas asal daerah atau kesukuan bilamana mahasiswa asal Papua yang identik berkulit hitam. Hal itu sangat berbeda dengan mahasiswa dari daerah lain yang kecenderungannya berkulit bersawo matang. 3. Bahasa merupakan penggambaran pokok utama dalam proses interaksi. Pada umumnya identik dengan bahasa lokal atau logat yang mereka miliki yaitu bahasa daerah Papua yang beranekaragam logat sesuai dengan suku dan wilayah tempat tinggal daerah mereka. Kemudian setelah kontak sosial dilakukan berikutnya yaitu komunikasi. Komunikasi menjadi hal yang utama dalam berinteraksi mahasiswa asal Papua baik dengan mahasiswa dari daerah lain ataupun masyarakat sekitar. Komunikasi dilakukan dengan cara langsung ataupun tidak langsung. Proses tersebut ditentukan dari keperluan dalam mencari informasi. Ada yang berkomunikasi 89 sekaligus beinteraksi secara langsung misalnya berinteraksi dan berkomunikasi untuk menanyakan masalah kuliah. Komunikasi dilakukan dengan cara : 1. Melihat pembicaraan. 2. Melihat gerak-gerik. 3. Melihat bahasa tubuh. 4. Melihat dengan menggunakan alat bantu komunikasi. Sebagai contoh, proses pertama kali mahasiswa asal Papua berkenalan dengan peneliti. Kami saling berjabat tangan, bersapa, dan berkenalan sebagai bentuk interaksi sosial pertama kali. Interaksi sosial berlangsung dengan cara : 1. Mahasiswa asal Papua dengan mahasiswa asal Papua. 2. Mahasiswa asal Papua dengan mahasiswa dari daerah lain. 3. Mahasiswa asal Papua dengan masyarakat atau kelompok lainnya. 4. Kelompok asal Papua dengan kelompok mahasiswa asal lainnya. Hal ini diutarakan oleh salah satu informan yang bernama Uta : “…ada beberapa banyak kegiatan yang saya ikuti dan mengingikan untuk ketemu banyak orang jadi kan kaka paling tidak saya harus bisa berkomunikasi dengan baik. Tidak hanya sesama kami dari Papua saja tetapi orang-orang lain diluar sana yang mengikuti kegiatan yang sama dengan saya…” Berdasarkan hasil wawancara diatas, bawasannya kontak sosial dan komunikasi tersebut menjadi hal yang mendasar untuk sebuah proses interaksi pada mahasiswa asal Papua. Dalam hal ini, mereka harus terus menyesuaikan setiap kali berinteraksi dengan banyak orang. Adapun proses interaksi sosial 90 anatara kalangan mahasiswa asal Papua dengan mahasiswa dari daerah lain dalam hal : 1. Berinteraksi dalam proses perkuliahan. 2. Berinteraksi dalam hal menanyakan kondisi sosial dan keadaan di Universitas Sumatera Utara. 3. Berinteraksi dalam hal menanyakan kondisi sosial dan keadaan di asrama. Dari semua hal tersebut, semua di alami oleh setiap mahasiswa asal daerah Papua ketika pertama kali hadir di Universitas Sumatera Utara dan untuk mengetahui informasi tentang keadaan dan kondisi sosial di Universitas Sumatera Utara dan di asrama kepada mahasiswa dari daerah lain yang satu jurusan ataupun beda jurusan. Hal ini disampaikan oleh Berlinda bahwasannya : “…kita kan kaka juga bisa bekawan dengan beda jurusan dan tidak harus berasal dari Papua juga. Semakin banyak teman disini kan kaka semakin senang kaka walaupun terkadang masih juga ada kawan kami yang itu-itu saja…” Berdasarkan hasil wawancara di atas bawasannya informasi yang di dapat dari interaksi merupakan suatu kesatuan saat terjadinya proses keberhasilan interaksi tersebut. Sejauh ini mereka belum atau tidak mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain. Namun demikian, kesulitan-kesuliatan yang dialami oleh mahasiswa asal Papua pada saat berinteraksi pertama kali dahulu masih bisa dianggap wajar dan memang dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai cara untuk proses interaksi sosial yang paling mudah dan menjadi syarat yang utama. Hal ini dikarenakan kita tinggal di Indonesia, mereka yang berasal jauh dari Papua adalah juga orang Indonesia. 91 Adapun kesemuanya disatukan dalam proses interaksi baik kontak sosial dan komunikasi pertama yaitu berbicara dengan menggunkan bahasa Indonesia, berjabat tangan, bertegur sapa, dan berkenalan. Proses tersebutla yang menjadi awal untuk berinteraksi dan kemudian menjadi beradaptasi atau menyesuaikan diri dan menjalin hubungan-hubungan sosial yang baik untuk menciptakan harmonisasi sosial di tempat tinggal atau asrama dan di kampus Universitas Sumatera Utara. Selama ini, belum ada dan tidak diharapkan terjadinya kesulitan-kesulitan yang hanya disebabkan oleh kegagalan berinteraksi. Dikarenakan selama mahasiswa asal Papua tersebut tinggal dan mereka juga bisa menyesuaikan diri sehingga sampai sekarang mereka dapat tetap tinggal disini. Mereka datang jauh disana untuk belajar memperoleh pendidikan yang diharapkan bisa dibawa kembali pulang oleh mereka dan sejauh manapun itu mereka harus tetap bisa menyesuaikan diri dalam hal dan keadaan apapun untuk tetap bertahan hidup dan tinggal disini. Kebijakan dan peraturan menjadi pelengkap dan sempurnya proses adaptasi dan interaksi mahasiswa asal Papua.

4.6.1.2 Interaksi Sosial Mahasiswa Asal Papua dengan Masyarakat Sekitar.