Interaksi Sosial Mahasiswa Asal Papua dengan Keluarga dan Sesama Teman Asal Papua.

95

4.6.2.1 Interaksi Sosial Mahasiswa Asal Papua dengan Keluarga dan Sesama Teman Asal Papua.

Alat bantu komunikasi seperti telepon gengam menjadi salah satu wadah atau media untuk terjalinya komunikasi jarak jauh. Dikatakan demikian karena setiap mahasiswa asal papua memiliki telepon gengam untuk tetap berkomunikasi dengan orang-orang yang berada di Papua sana. Alat bantu komunikasi tersebut digunakan oleh mahasiswa asal Papua untuk : 1. Dapat menghubungi keluarga mereka yang berada di Papua. 2. Dapat menghubungi teman-teman mereka yang berada di Papua. 3. Untuk aktifitas mereka melalui media sosial yang berada di aplikasi telepon gengamnya. Dengan demikian walaupun jauh, proses interaksi mereka tetap terjalin tidak terbatas oleh waktu dan jarak . akan tetapi masih ada beberapa mahasiswa asal Papua yang tinggal dan sangat jauh dari pelayanan telekomunikasi jarak jauh. Sehingga memerlukan waktu dan kesempatan untuk saling berinteraksi melalui telepon genggam. Hal itu dikarenakan belum adanya jaringan telekomunikasi yang mencapai daerah-daerah terpencil di Papua sehingga mengakibatkan sulitnya berkomunikasi dan memerlukan waktu yang tepat untuk saling menghubungi keluarga ataupun teman ataupun kerabat disana. Keadaan ini juga dialami oleh mahasiswa asal Papua yang memang masih sangat jauh tinggal di pedalaman. Mereka harus memerlukan waktu yang tepat jika ingin menghubungi keluarga di Papua. Hal ini disampaikan oleh Paskalis yang daerah tempat tinggalnya baru masuk jaringan komunikasi sekitar tahun 2013 sebagai berikut : 96 “…ditempat kami kaka baru tahun 2013 masukla tower itu ke kampung kami. Baru bisalah kami berteleponan. Kalau tidak biasanya orangtua saya kaka pergi ke kota hanya untuk bisa menghubungi saya disini. Sedih sekali terkadang kaka yang aku rasakan, tapi mau gimana lagi namanya juga sekolah jauh dari orangtua. Kita sukuri aja apa adanya…” Berdasarkan hasil wawancara di atas banyak hal yang terjadi ketika berinteraksi dengan menggunakan alat bantu komunikasi seperti telepon gengam karena telepon genggam menggunakan jaringan layanan seluler yang semakin sampai saat ini sudah masuk hingga ke pelosok negeri. Selain itu, faktor jarak yang jauh juga mengakibatkan mereka melakukan interaksi pada interval waktu seminggu ataupun bahkan sebulan sekali. Dikarenakan waktu dan kesempatan untuk berkomunikasi dan melakukan interaksi jarak jauh dengan keluarga. Sebagian besar dari mereka tidak memiliki sanak saudara ataupun keluarga disini. Jadi, semua keluarga mereka adanya disana. Rasa rindu dan ingin bertemu menjadi hal yang wajar karena terpisahkan oleh jarak tersebut. Hal ini tidak menjadikan mereka merasa bersedih secara berlarut karena memang keinginan mereka untuk bersekolah dan meraih pendidikan jauh di Universitas Sumatera Utara. Dengan demikian, tidak hanya dengan keluarga tetapi teman-teman mereka yang ada disana juga mereka tinggalkan. Dengan kata lain, berpisah untuk sementara waktu selama mereka bersekolah atau menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara. Hanya dengan telepon gengam yang menjadi salah 97 satu alat utama mereka dalam berinteraksi dengan keluarga ataupun teman di Papua sana. Semua proses tersebut mereka alami selama mereka tinggal disini dan sejauh ini juga belum menjadi kesulitan yang berarti bagi mereka. Hal tersebut yang terpenting adalah mereka disini untuk belajar dan menjadi harapan orang tuanya di kampungnya. Jarak ke Papua memang bukan jarak yang begitu dekat. Apalagi proses perjalanan mereka dari rumah sampai kesini telah mereka jalani hingga akhirnya mereka sampailah di Universitas Sumatera Utara ini. Banyak cara dan hal dilakukan, selain berkomunikasi untuk berinteraksi dengan keluarga dan teman disana. Sebagian dari mereka juga ada yang menyimpan foto atau barang kesayangan, sehingga walaupun jauh jarak mereka namun tetap masih saling mengingat keluarga yang jauh di sana. Hal ini disampaikan oleh, saudara Uta yang kebetulan memiliki keluarga disini : “…kebetulah disini saya memiliki dan punya keluargfa,jadi masih bisa sering main ketempat saudara disini. Tapi namanya kangen orang tua juga kak kalau udah lama gak ketemu. Paling kita biisa teleponan dan dari sosial media untuk ketemu temanteman yang ada disana. Yah resikolah tapiu namanya juga kita disni sekolah dan belajar jadi itu masih hal yang wajar dan gak jadi masalah. Orang tua dan teman dikampung sana pun mengerti…” Berdasarkan hasil wawancara di atas, perbedaan waktu antara Indonesia barat dan timur juga menjadi keterbatasan ketika mereka akan menghubungi untuk sekedar memberikan kabar dengan keluarga yang berada di Papua. Perbedaan waktu 2 jam kurang lebih, sehingga mereka disini juga harus pandai 98 memanajemen waktu ketika mau menghubungi keluarga dan teman yang berada di Papua sana. Interaksi mereka dibantu dengan alat bantu komunikasi seperti telepon genggam, dan aplikasi media sosial. Hal tersebut memudahkan mereka juga untuk mengetahui kabar dan keadaan orang-orang di Papua sana. Interaksi sosial tidak langsung seperti ini menjadi salah satu hal yang mereka hadapi selama mereka berkuliah dan tinggal disini. Namun seiring berjalannya waktu dan kecanggihan teknologi, mereka juga mengalami kemajuan yang dahulunya hanya bisa berkomunikasi sebulan sekali, sekarang bisa seminggu sekali, tiga hari sekali dan bahkan ada yang setiap hari menghubungin keluarga disana. Hal ini terutama dialami oleh mahasiswi asal Papua yang mungkin belum terbiasa untuk berpisah jarak jauh dengan keluarga. Beda hal dengan mahasiswa sebagai laki-laki yang sudah terbiasa untuk hidup jauh dengan keluarganya. Demikianlah, selama mereka disini mereka akan melakukan proses interaksi sosial secara tidak langsung dengan cara seperti itu. Akan tetapi, komunikasi dan kontak sosial dalam interaksi tidak langsung juga bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, hanya untuk sekedar menghubungi teman kuliah, teman sesama mahasiswa Papua dan keperluan komunikasi lainnya yang juga menggunakan telepon gengam mereka sesuai dengan kebutuhan dan keperluannya masing-masing. Hal ini ditambahkan oleh Berlinda,: “…disini kan kaka aku pakai handphone bukan hanya untuk menghubungi teman-temn atau keluarga aja disana, dengan teman-teman disini kalau aku mau hubungi ya aku pake handphone juga kaka.. sebagaimana kita punya handphone la kaka. Sering juga kan aku buka-buka facebook dari handphone untuk tau gimana kawan-kawan aku disana kaka…” 99 Berdasarkan penuturan diatas bawasannya setiap berlangsungnya interaksi sosial baik secara langsung maupun tidak langsung, sudah menjadi aktifitas dan rutinitas mahasiswa asal Papua dan juga melengkapi proses adaptasinya selama mereka berada di sini. Lingkungan sosial yang mengambil peran dalam proses adaptasi dan interaksi sosialnya menjadikan mereka untuk bisa bertahan hidup dan tinggal bersama-sama dengan mahasiswa dari daerah lain yang juga sedang berkuliah di Universitas Sumatera Utara. Banyak hal yang memberikan mereka pelajaran untuk pentingnya menghargai sesama bangsa Indonesia. Apalagi ketika berbicara mengenai pendidikan, mereka jauh dari Papua sana hadir di Universitas Sumatera Utara untuk satu nama yaitu pendidikan yang diharapkan lebih layak darimana mereka tinggal sebelumnya. Dengan demikian semua proses sosial tersebut bisa menciptakan harmonisasi sosial seperti mereka untuk bisa memiliki teman dekat yang berasal dari daerah lain.

4.7 Interaksi Sebagai Bentuk Proses Adaptasi Mahasiswa Asal Papua.

Interaksi merupakan salah satu kunci untuk berlangsungnya suatu bentuk proses adaptasi di dalam kehidupan sosial. Manusia saling menerjemahkan setiap tindakan orang lain. Menurut Fahroni 2009, makna-makna tersebut yang diberikan oleh orang lain tersebut berasal dari cara-cara orang lain bertindak terhadapnya dalam kaitannya dengan sesuatu. Tindakan-tindakan yang dilakukan akan melahirkan batasan bagi orang lain. Begitu juga dengan hal tindakan mahasiswa USU yang berasal dari Papua dan mahasiswa yang berasal dari daerah lainnya merupakan suatu proses interaksi