memeberikan latihan-latihan. Latihan-latihan ini membuat siswa menjadi trampil dalam menyelesaikan suatu kasus yang diberikan. Selain itu, pada kelas eksperimen
siswa juga mendapatkan tugas rumah yang akan digunakan sebagai review pada pertemuan selanjutnya. Pada tugas rumah ini siswa menyelesaikan kasus yang belum
diajarkan tetapi kasus yang diberikan masih berada dalam daerah perkembangan terdekat mereka. Hal ini sesuai dengan pandangan Vygotsky 1978 tentang Zone of
Proximal Development ZPD. Tetapi kelas kontrol tidak mendapat semua kegiatan tersebut. Sehingga hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dengan pembelajaran
Missouri Mathematics Project MMP lebih baik daripada kelas kontrol.
4.3.3 Ketrampilan Komunikasi Lisan
Ketrampilan komunikasi lisan matematis siswa diamati dari kegiatan pembelajaran di kelas. Dalam satu kelas terdapat 30 siswa, dan untuk mengamati
keseluruhan siswa diperlukan pengamat dalam jumlah besar agar hasil pengamatan akurat. Tetapi, banyaknya pengamat yang diperlukan menjadi keterbatasan dalam
penelitian. Sulitnya menghadirkan pengamat yang berkompeten dalam jumlah besar menjadi faktor keterbatasan dalam penelitian. Keterbatasan pengamat mengakibatkan
tidak semua siswa dalam kelas diamati. Hanya 15 siswa dalam kelas yang diamati. Ketrampilan komunikasi lisan matematis dengan pembelajaran Missouri
Mathematics Project MMP telah mencapai ketuntasan. Dari 15 siswa yang telah dipilih untuk diamati ketrampilan komunikasi lisannya, semuanya telah mencapai
ketuntasan individu. Hal ini diperkuat dengan pengujian proporsi. Dengan taraf signifikansi 5 dan uji proporsi pihak kanan, kelas eksperimen telah mencapai
ketuntasan klasikal, dengan lebih dari 85 siswa mencapai ketuntasan individu. Hal ini telah dilihat dari nilai
0,5 −�
1,63 1,61. Harapannya, tidak hanya 15 siswa yang diamati. Tetapi, seluruh siswa
dalam kelas dapat diamati dengan jumlah pengamat yang sesuai. Dengan demikian data ketrampilan komunikasi lisan matematis siswa menjadi lebih akurat.
4.3.4 Pencapaian Kemampuan Komunikasi Lisan Matematis dengan
Pembelajaran Missouri Mathematics Project MMP
Pencapaian kemampuan komunikasi lisan matematis dengan pembelajaran Missouri Mathematics Project MMP dikatakan efektif jika memenuhi: 1
ketuntasan klasikal; 2 rata-rata perolehan skor kemampuan komunikasi lisan matematis mencapai ketuntasan individu; dan 3 rata-rata skor kemampuan
komunikasi lisan matematis siswa dengan pembelajaran Missouri Mathematics Project MMP lebih dari kelas kontrol. Untuk mengetahui pencapaian kemampuan
komunikasi lisan matematis dilakukan tes lisan. Dari proses tes lisan diperoleh skor kemampuan komunikasi lisan matematis
siswa. Selanjutnya dilakukan uji proporsi untuk mengetahui ketuntasan klasikal kemampuan komunikasi lisan matematis siswa. Dari pengujian proporsi dapat
disimpulkan bahwa kelas eksperimen telah mencapai ketuntasan klasikal. Sedangkan kelas kontrol belum mencapai ketuntasan klasikal untuk kemampuan komunikasi
lisan matematis. Data kemampuan komunikasi lisan matematis siswa diuji dengan t-test satu
sampel. Pengujian dilakukan untuk mengetahui rata-rata perolehan skor kemampuan komunikasi lisan matematis. Kelas eksperimen menggunakan uji pihak kanan,
sedangkan kelas kontrol menggunakan uji pihak kiri. Dari proses pengujian diperoleh kesimpulan kelas eksperimen rata-rata siswa telah memperoleh lebih dari 65 skor
kemampuan komunikasi lisan matematis. Kelas kontrol rata-rata siswa memperoleh kurang dari 65 skor kemampuan komunikasi lisan matematis. Hal ini berarti pada
kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran Missouri Mathematics Project MMP telah mencapai ketuntasan individu. Sedangkan pada kelas kontrol belum
mencapai ketuntasan individu. Data kemampuan komunikasi lisan matematis selanjutnya diuji dengan uji t
independent sample test untuk mengetahui perbedaan rata-rata kedua kelas. Untuk dapat menggunakan uji t data harus berdistribusi normal. Pada kedua data dilakukan
uji normalitas dengan uji Shapiro Wilk. Dari pengujian disimpulkan baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal. Kemudian dilakukan uji
homogenitas untuk mengetahui varian kedua data. Dari proses pengujian disimpulkan data tidak homogen.
Data yang diperoleh berdistribusi normal tapi tidak homogen, maka pengujian selanjutnya tetap menggunakan uji t independent sample test. Dari proses
pengujian disimpulkan bahwa rata-rata kelas eksperimen dan kontrol berbeda. Rata- rata kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran Missouri Mathematics
Project MMP lebih dari tinggi daripada kelas kontrol. Dari proses pengujian dengan uji proporsi, uji t-test satu sampel, dan uji
perbedaan rata-rata menunjukkan kelas eksperimen dengan pembelajaran Missouri Mathematics Project MMP lebih baik dari pada kelas kontrol. Dengan demikian,
pembelajaran Missouri Mathematics Project MMP efektif pada pencapaian kemampuan komunikasi lisan matematis siswa.
Pencapaian kemampuan komunikasi lisan matematis siswa kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran Missouri Mathematics Project MMP
lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pada proses pembelajaran, kelas eksperimen memuat kegiatan-kegiatan yang menumbuhkan kemampuan
komunikasi lisan siswa. kegiatan-kegiatan tersebut dikemas pada masing-masing tahapan pembelajaran Missouri Mathematics Project MMP. Pada tahap seatwork
siswa diberikan sejumlah kasus untuk diselesaikan. Dari tahapan ini kemampuan komunikasi lisan siswa tampak saat siswa menyelesaikan kasus tersebut secara lisan.
Dengan demikian, siswa tidak hanya pandai ketika menuliskan penyelesaian suatu kasus. Tetapi siswa juga mampu dan trampil untuk menyampaikan penyelesaian
sustu kasus secara lisan. Pada kelas kontrol, pembelajaran masih terpusat pada guru. Interaksi dengan
siswa sebatas pada kegiatan tanya jawab. Setelah guru selesai menyampaikan materi, siswa diberi latihan soal untuk evaluasi. Dengan demikian proses pembelajaran pada
kelas kontrol tidak seperti pada kelas eksperimen yang dirancang untuk menumbuhkan kemampuan komunikasi lisan matematis siswa.
4.3.5 Korelasi Hasil Tes Ketuntasan Belajar dengan Kemampuan Komunikasi