Reliabilitas dan Validitas Instrumen

Dalam penelitian ini, variabel penelitiannya adalah kemampuan komunikasi lisan matematis siswa. Maka perlu diuraikan definisi operasional komunikasi matematis lisan matematis dan indikator-indikator siswa dikatakan sudah menguasai kemampuan ini. Selanjutnya indikator ini akan menjadi dasar dalam penyusunan instrumen yang berupa lembar pengamatan. Indikator tersebut adalah: 1 Merespon secara lisan suatu pernyataan atau persoalan dari siswa lain. 2 Mengajukan pertanyaan. 3 Menyelesaikan suatu permasalahan yang diberikan. 4 Menyampaikan gagasan secara lisan. 5 Memilih cara yang tepat dalam menyampaikan penjelasannya. 6 Menyajikan penyelesaian suatu pesmasalahan. 7 Menjelaskan kesimpulan yang diperolehnya. 8 Menggunakan lambang matematika secara lengkap dan tepat. 9 Menggunakan persamaan matematika secara lengkap dan tepat

3.5.2.1 Reliabilitas dan Validitas Instrumen

Tingkat reliabilitas suatu instrumen seperti yang dijelaskan oleh Setyosari 2010 menunjukkan berapa kalipun data itu diambil akan tetap sama. Hal yang penting diingat bahwa yang dapat dipercaya itu adalah datanya, dan bukan semata- mata alat pengambil datanya. Instrumen yang reliabel sebenarnya mengandung makna bahwa instrumen tersebut cukup mantap untuk mengambil data penelitian, sehingga mampu mengungkap data yang dapat dipercaya hasilnya. Siapapun yang menjumpai data itu akan merasa yakin bahwa data itu benar adanya. Instrumen berupa lembar pengamatan yang memberikan data kuantitatif berupa data interval. Menurut Sukestiyarno 2010:2, data interval adalah data yang berasal dari hasil mengukur variabel. Data diasumsikan berbentuk bilangan kontinu mempunyai ukuran urutan, seperti dengan data ordinal. Setyosari 2012 menjelaskan validitas suatu instrumen menunjukkan adanya tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur. Artinya, instrumen itu dapat mengungkap data dari variabel yang dikaji secara tepat. Instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Tidak jauh berbeda menurut Sugi yono 2011:168, “Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”. Oleh karena itu, keabsahan alat evaluasi tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dalam melaksanakan fungsinya. Dengan demikian suatu alat evaluasi disebut valid jika dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang dievaluasi. Djaali dan Muljono sebagaimana yang dikutip oleh Sudaryono 2013:83 menjelaskan validasi terhadap intrumen non tes dalam penelitian dapat dilakukan sebagai berikut: 1 Butir-butir instrumen divalidasi secara teoritik dan empirik. 2 Validasi pertama yaitu validasi teoritik ditempuh melalui pemeriksaan pakar atau panelis yang menilai seberapa jauh ketepatan dimensi sebagai penjabaran dari konstruk, indikator sebagai jabaran dimensi, dan butir sebagai jabaran indikator. 3 Revisi instrumen berdasarkan saran pakar atau penilaian panelis. 4 Setelah konsep instrument dianggap valid secara teoritik dilanjutkan penggandaan instrumen secara terbatas untuk keperluan uji coba. 5 Validasi kedua adalah uji coba instrumen di lapangan yang merupakan bagian dari validasi empirik. Instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel yang mempunyai karakteristik sama dengan populasi yang ingin diukur.jawaban responden adalah data empiris yang kemudian dianalisis dengan menguji validitas empiris atau validitas kriteria dari instrumen yang dikembangkan. 6 Pengujian validitas kriteria atau validitas empiris dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria internal maupun eksternal. 7 Berdasarkan kriteria tersebut dapat diperoleh instrumen yang valid dan yang tidak valid. 8 Untuk validitas kriteria internal, berdasarkan analisis butir yang tidak valid dikeluarkan atau direvisi untuk diujicobakan kembali sehingga menghasilkan butir yang valid. 9 Dihitung koefisien reliabilitas yang memiliki rentangan 0 –1, makin tinggi koefisien reliabilitas instrumen berarti semakin baik kualitas instrumen. Gwet 2012:17 menjelaskan bahwa untuk mengetahui reliabilitas instrumen yang diamati oleh dua atau lebih pengamat digunakan konsep inter rater reliability. Inter rater reliability memuat tingkat persetujuan antara dua atau lebih penilai yang memiliki klasifikasi tertentu. Untuk menaksir tingkat persetujuan tersebut digunakan koefisien kappa kappa coefficient. Untuk menghitung koefisien kappa Gwet 2002:2 menjelaskan sebagai berikut: � = − 1 − Keterangan: � : koefisien kappa : peluang persetujuan : pengukuran peluang Kriteria koefisien kappa adalah sebagai berikut: � 0,2 : rendah 0,2 � 0,6 : sedang 0,6 � 0,8 : baik 0,8 � 1 : sangat baik Perhitungan koefisien kappa dengan bantuan Microsoft exel memberikan hasil � = 0,2029. Dengan demikian reliabilitas instrumen memiliki kriteria sedang. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

3.5.3 Lembar Aktivitas

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII SMP DIPONEGORO33

1 17 25

Pengaruh model pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) terhadap kemampuan Representasi matematis siswa: penelitian kuasi eksperimen di kelas VII SMP Muhammadiyah 17 Ciputat

9 68 187

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 2 Bangunrejo Tahun Pelajaran 2012/2013)

5 20 29

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PEMBUKTIAN MATEMATIS SISWA SMP.

8 23 43

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP.

1 8 38

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Pemahaman dan Keruangan Matematis Siswa SMP.

0 1 56

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA : Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1takengon.

3 5 102

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN SIKAP SPOSITIF SISWA KELAS VIII SMP.

0 1 9

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MISSOURI MATHEMATICS PROJECT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PESERTA DIDIK KELAS X SMAMA

0 0 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP)

0 0 12