pembelajaran Missouri Mathematics Project MMP efektif pada pencapaian kemampuan komunikasi lisan matematis siswa.
Pencapaian kemampuan komunikasi lisan matematis siswa kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran Missouri Mathematics Project MMP
lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pada proses pembelajaran, kelas eksperimen memuat kegiatan-kegiatan yang menumbuhkan kemampuan
komunikasi lisan siswa. kegiatan-kegiatan tersebut dikemas pada masing-masing tahapan pembelajaran Missouri Mathematics Project MMP. Pada tahap seatwork
siswa diberikan sejumlah kasus untuk diselesaikan. Dari tahapan ini kemampuan komunikasi lisan siswa tampak saat siswa menyelesaikan kasus tersebut secara lisan.
Dengan demikian, siswa tidak hanya pandai ketika menuliskan penyelesaian suatu kasus. Tetapi siswa juga mampu dan trampil untuk menyampaikan penyelesaian
sustu kasus secara lisan. Pada kelas kontrol, pembelajaran masih terpusat pada guru. Interaksi dengan
siswa sebatas pada kegiatan tanya jawab. Setelah guru selesai menyampaikan materi, siswa diberi latihan soal untuk evaluasi. Dengan demikian proses pembelajaran pada
kelas kontrol tidak seperti pada kelas eksperimen yang dirancang untuk menumbuhkan kemampuan komunikasi lisan matematis siswa.
4.3.5 Korelasi Hasil Tes Ketuntasan Belajar dengan Kemampuan Komunikasi
Lisan Matematis
Data hasil belajar dan kemampuan komunikasi lisan matematis siswa menunjukkan bahwa siswa yang memiliki hasil belajar baik belum tentu kemampuan
komunikasi lisannya baik. Terdapat siswa yang memiliki kemampuan komunikasi
lisan matematis yang baik tetapi hasil belajarnya masih kurang. Ada pula siswa yang memiliki kemampuan komunikasi lisan matematis yang kurang, tetapi hasil
belajarnya baik. Data hasil belajar dan kemampuan komunikasi lisan siswa tidak
menunjukkan kecenderungan siswa yang hasil belajarnya baik, kemampuan komunikasi lisan matematisnya baik. Data hasil belajar dan kemampuan komunikasi
lisan matematis siswa juga tidak menunjukkan kecenderungan siswa yang hasil belajarnya baik maka kemampuan komunikasi lisannya kurang, atau sebaliknya. Hal
ini mengindikasikan bahwa korelasi antara hasil belajar dan kemampuan komunikasi lisan matematis siswa lemah. Berdasarkan lampiran 59 tabel korelasi antara
kemampuan komunikasi lisan matematis siswa dengan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.22 Korelasi Kemampuan Komunikasi Lisan Matematis dengan Hasil Belajar Siswa
Correlations
tulis lisan
tulis Pearson Correlation
1 .065
Sig. 2-tailed .731
N 30
30 lisan
Pearson Correlation .065
1 Sig. 2-tailed
.731 N
30 30
Berdasarkan lampiran 59, korelasi antara kemampuan komunikasi lisan matematis dengan hasil belajar lemah. Lemahnya korelasi antara hasil belajar dengan
kemampuan komunikasi lisan siswa menjelaskan bahwa belum tentu siswa yang
hasil belajarnya baik memiliki kemampuan komunikasi lisan yang tinggi. Dalam penelitian ditemukan siswa yang hasil belajarnya sedang, tetapi memiliki
kemampuan komunikasi lisan yang baik. Demikian pula sebaiknya, ditemukan siswa yang hasil belajarnya baik tetapi siswa tersebut kemampuan komunikasi lisan
matematisnya masih kurang. Sehingga dalam pembelajaran siswa tersebut cenderung pasif.
Hasil temuan ini bertentangan dengan pendapat Kosko Wilkins 2010:79 yang mengatakan “Correlational analyses found a significant relationship between
students’ verbal and written communication‖. Teori ini mengatakan bahwa korelasi antara komunikasi lisan dan tulis siswa signifikan. Kenyataannya hubungan antara
keduanya lemah. Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh karakter masing-masing siswa yang bervariasi. Ada siswa yang pendiam, pemalu, percaya diri, dan lain sebagainya.
Dengan demikian, jika ingin mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa secara utuh harus diteliti baik kemampuan komunikasi tulis maupun kemampuan
komunikasi lisan.
4.3.6 Perbandingan Kemampuan Komunikasi Lisan Matematis Kelompok