4.2 Analisis Data Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Hasil Belajar Siswa
Ketiga kelas, baik kelas uji coba, kelas eksperimen, dan kelas kontrol mendapatkan tes untuk mengetahui ketuntasan belajar. Kelas uji coba pertama kali
mendapat tes ketuntasan belajar. Jika kelas uji coba telah mencapai ketuntasan belajar, baik ketuntasan individu maupun ketuntasan klasikal, maka instrumen dapat
diimplementasikan pada kelas eksperimen.
4.2.1.1 Analisis Ketuntasan Belajar Kelas Uji coba
Analisis ketuntasan belajar menggunakan uji proporsi dengan ketentuan jika proporsi jawaban benar lebih dari 65 maka siswa telah mencapai ketuntasan
individu. Jika dalam suatu kelas terdapat lebih dari 85 siswa yang tuntas belajarnya maka kelas tersebut telah mencapai ketuntasan klasikal.
Pada kelas uji coba yang terdiri dari 30 siswa, 28 siswa telah mencapai ketuntasan individu. Dengan taraf signifikansi 0,1 dihitung ketuntasan klasikalnya.
Uji proporsi dari kelas uji coba dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Uji Proporsi Kelas Uji Coba
Proporsi Ketuntasan
Individu Presentase
Ketuntasan Taraf
signifikansi
0,5 −�
Kriteria
0,933 0,85
0,1 1,26
1,28 Tuntas
Dari tabel di atas diperoleh = 1,28, dengan taraf signifikansi 0,1
diperoleh nilai
0,5 −�
= 1,26. Jika
0,5 −�
1,28 1,26, maka �
ditolak
dan � diterima. Hal ini menunjukkan bahwa presentase siswa yang tuntas
belajarnya telah mencapai lebih dari 85. Jadi, kelas uji coba telah mencapai ketuntasan klasikal.
4.2.1.2 Analisis Hasil Belajar Kelas Eksperimen
4.2.1.2.1 Uji T-tes 1 Sampel
Uji t-test 1 sampel digunakan untuk mengetahui rata-rata perolehan skor hasil belajar siswa telah mencapai ketuntasan individu. Artinya rata-rata perolehan
skor hasil belajar siswa sekurang-kurangnya telah mencapai 65. Taraf signifikansi yang digunakan sebesar 5. Pengujian menggunakan bantuan software SPSS 17.0
for windows. Hasil analisis uji t-test 1 sampel ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2 Uji t-test 1 Sampel Kelas Eksperimen
One-Sample Test
Test Value = 65
t df
Sig. 2- tailed
Mean Difference
95 Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Eksperimen 7.491
29 .000
13.867 10.08
17.65
Dari tabel di atas = 7,491. Jika taraf signifikansi 5,
= − 1 =
30 − 1 = 29, maka untuk uji dua pihak harga
= 2,045 dan harga −
= −2,045. Diperoleh hasil
7,491 2,045, dengan demikian �
ditolak dan � diterima. Artinya, rata-rata perolehan skor hasil belajar siswa pada
kelas eksperimen tidak sama dengan 65. Untuk melihat rata-rata perolehan skor kemampuan komunikasi lisan matematis siswa, perhatikan tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3 Uji One Sample Statistic Kelas Eksperimen
One-Sample Statistics
N Mean
Std. Deviation Std. Error Mean
Eksperimen 30
78.87 10.139
1.851
Rata-rata perolehan skor hasil belajar siswa pada kelas eksperimen tidak sama dengan 65. Rata-rata perolehan skor hasil belajar siswa ditunjukkan pada
tabel 4.3. Rata-rata skor hasil belajar siswa pada kelas eksperimen adalah 78,87. Jadi pada kelas eksperimen hasil belajar siswa telah mencapai ketuntasan individu.
4.2.1.2.2 Uji Proporsi
Pada kelas eksperimen yang terdiri dari 30 siswa, 29 siswa telah mencapai ketuntasan individu. Dengan taraf signifikansi 0,05 dihitung ketuntasan klasikalnya.
Uji proporsi dari kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.4 Uji Proporsi Kelas Eksperimen
Proporsi Ketuntasan
Individu Presentase
Ketuntasan Taraf
signifikansi
0,5 −�
Kriteria
0,97 0,85
0,05 1,61
1,79 Tuntas
Dari tabel di atas diperoleh = 1,79, dengan taraf signifikansi 0,05
diperoleh nilai
0,5 −�
= 1,61. Karena
0,5 −�
1,79 1,61, maka �
ditolak dan � diterima. Hal ini menunjukkan bahwa presentase siswa yang tuntas
belajarnya telah mencapai lebih dari 85. Jadi, kelas eksperimen telah mencapai ketuntasan klasikal.
4.2.1.3 Analisis Ketuntasan Belajar Kelas Kontrol