85 kooperatif siswa dilatih untuk mengerjakan tugassoal dari LKS Lembar Kerja Siswa
secara berkelompok. Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang siswa. Selain itu siswa pada kelas eksperimen 1 juga dilatih untuk mengerjakan soal secara
individu pada langkah seatwork dengan pemberian kuis. Dengan demikian model pembelajaran MMP menitikberatkan kepada pemberian banyak latihan-latihan soal
kepada siswa untuk dipecahkan. Sehingga kemampuan siswa dalam menjawab permasalahan matematika akan terasah dengan baik dan siswa dapat mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah yang dimilikinya. Hal tersebut sesuai dengan teori belajar Law of Exercise yang dinyatakan oleh Thorndike, yaitu hasil belajar akan
meningkat dengan banyak berlatih mengerjakan soal Suyono dan Hariyanto, 2013: 61.
4.2.2.2 Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen 2
Berdasarkan uji hipotesis 2 dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dalam aspek kemampuan pemecahan masalah siswa pada kelas eksperimen 2 yang dikenai
model pembelajaran Pairs Check mencapai ketuntasan secara individual dan ketuntasan klasikal. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Novita 2010 yang
menghasilkan kesimpulan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Pairs Check dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas, serta prestasi belajar
matematika siswa. Tidak jauh berbeda dengan pencapaian hasil belajar kelas eksperimen 1,
pencapaian hasil belajar pada kelas eksperimen 2 sudah cukup baik. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran pada kelas eksperimen 2, guru dituntut untuk
mempersiapkan siswa dan menjelaskan konsep, membentuk kelompok kecil dan
86 membagi tugas siswa, berpasangan dan mengoreksi, bertukar peran, evaluasi, dan
refleksi. Dalam penelitian ini, guru menyampaikan konsep dengan dibantu media pembelajaran chart. Hal ini dilakukan untuk menghemat waktu pelakasanaan
pembelajaran Pairs Check. Selanjutnya, guru dituntut untuk membentuk kelompok kecil terdiri dari 4 orang 2 pasang siswa kemudian membagi tugas kepada siswa menjadi
dua, yaitu partner dan pelatih. Siswa yang duduk di sebelah kiri bertugas menjadi partner dan siswa yang duduk di sebelah kanan bertugas sebagai pelatih. Siswa yang
duduk di sebelah kiri mendapat tugas untuk mengerjakan soal-soal bagian kiri dari LKS. Sedangkan siswa yang duduk di sebelah kanan bertugas untuk melatih, membantu, dan
mengoreksi jawaban temannya yang duduk di sebelah kiri. Kemudian siswa diminta untuk bertukar peran sehingga siswa yang duduk di sebelah kanan berperan sebagai
partner dan siswa yang duduk di sebelah kiri berperan sebagai pelatih. Siswa sebelah kanan mengerjakan soal-soal bagian kanan dari LKS Lembar Kerja Siswa. Sedangkan
siswa yang duduk di sebelah kiri bertugas untuk melatih, membantu, dan mengoreksi jawaban temannya yang duduk di sebelah kanan. Langkah tersebut berlangsung
seterusnya hingga seluruh soal dari LKS selesai dikerjakan. Setelah itu, guru melakukan evaluasi kepada siswa dengan memberikan kuis dan melaksanakan refleksi.
Demikian pula pada siswa-siswa kelas eksperimen 2, mereka dilatih untuk mengerjakan soal secara berkelompok pada langkah membentuk kelompok kecil dan
membagi tugas siswa, berpasangan dan mengoreksi, dan bertukar peran dan secara individu pada langkah evaluasi. Berdasarkan sintaks model pembelajaran Pairs Check
model pembelajaran tersebut menitikberatkan pada kemampuan berlatih dalam memecahkan masalah. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Kagan 1989 bahwa
87 fungsi akademik model pembelajaran Pairs Check adalah kemampuan berlatih.
Sehingga kemampuan siswa dalam menjawab permasalahan matematika akan terasah dengan baik dan siswa dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah yang
dimilikinya. Hal tersebut sesuai dengan teori belajar Law of Exercise yang dijelaskan oleh Thorndike dalam Suyono dan Hariyanto 2013: 61.
Model pembelajaran MMP dan Pairs Check merupakan model pembelajaran tipe kooperatif karena kedua model pembelajaran tersebut menekankan siswa untuk
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 orang. Melalui kelompok kecil ini siswa dapat berdiskusi memecahkan masalah yang diberikan dengan saling bertukar ide.
Dengan demikian, siswa yang lebih pandai dapat memberikan masukan bagi temannya yang belum paham sehingga termotivasi untuk belajar. Hal ini sesuai dengan teori
konstruktivisme yang dinyatakan oleh Vygotsky, seperti yang disampaikan Trianto 2011: 26
–27, yakni proses belajar akan terjadi secara efisien dan efektif apabila anak belajar secara kooperatif dengan anak-anak lain dalam suasana dan lingkungan yang
mendukung, dalam bimbingan seseorang yang lebih mampu, guru atau orang dewasa.
4.2.2.3 Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa antara Kelas Eksperimen