13
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Belajar Matematika yang Relevan untuk Anak Usia Sekolah
Menengah Atas
Berikut beberapa teori belajar yang dapat dijadikan acuan dalam pembelajaran matematika siswa sekolah menengah atas.
2.1.1.1 Teori Belajar Thorndike
Suyono dan Hariyanto 2013: 61 menjelaskan beberapa hukum belajar yang dikemukakan oleh Thorndike adalah sebagai berikut.
1
Law of Effect hukum efek, jika sebuah respon R, menghasilkan efek yang memuaskan, maka ikatan antara S stimulus dengan R respon akan
semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai melalui respon, maka semakin lemah pula ikatan yang terjadi antara S-R.
Artinya belajar akan lebih bersemangat apabia mengetahui akan mendapatkan hasil yang baik.
2 Law of Readiness hukum kesiapan, maknanya, suatu kesiapan readiness
terjadi berlandaskan asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan satuan pengantar conduction unit, unit-unit inilah yang
menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Pada implementasinya, belajar akan lebih berhasil bila
individu memiliki kesiapan untuk melakukannya.
3 Law of Exercise hukum latihan, hubungan antara S dengan R akan semakin
bertambah erat jika sering dilatih dan akan semakin berkurang bila jarang dilatih. Dengan demikian, belajar akan berhasil apabila banyak latihan atau
ulangan-ulangan.
Dalam penelitian ini, hukum latihan Law of Exercise yang dikemukakan Thorndike sangat mendukung penggunaan model pembelajaran Missouri Mathematics
Project MMP dan Pairs Check dalam pencapaian ketuntasan belajar pada aspek
14 kemampuan pemecahan masalah. Pembelajaran MMP dan Pairs Check menekankan
pembelajaran dengan banyak berlatih mengerjakan soal. Melalui pembelajaran yang menekankan banyak berlatih mengerjakan soal ini, siswa diharapkan dapat mencapai
ketuntasan belajar pada aspek kemampuan pemecahan masalah.
2.1.1.2 Teori Belajar Piaget
Menurut Piaget dalam Suyono Hariyanto 2012: 86, belajar agar berhasil apabila siswa dirangsang agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari,
mengamati, menemukan, dan memungut berbagai hal dari lingkunganyang ditunjang interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh guru.
Menurut Piaget dalam Suyono Hariyanto 2012: 83, setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahapan tertentu. Proses berpikir
anak merupakan suatu aktivitas gradual, tahap demi tahap dari fungsi intelektual, dari konkret menuju abstrak. Piaget dalam Atherton 2010 membagi perkembangan kognitif
anak menjadi empat tahapan, yakni sensori-motor, pre-operational, concrete optional, dan formal operational. Keempat tahap tersebut dijelaskan pada tabel 2.1 berikut.
15 Tabel 2.1 Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Stage Characterised by
Sensori- motor
Birth-2 years
Differentiates self from objects
Recognises self as agent of action and begins to act
intentionally: e.g. pulls a string to set mobile in motion or shakes a rattle to make a noise
Achieves object permanence: realises that things continue to
exist even when no longer present to the sense pace Bishop Berkeley
Pre- operational
2-7 years
Learns to use language and to represent objects by images and words
Thinking is still egocentric: has difficulty taking the viewpoint
of others
Classifies objects by a single feature: e.g. groups together all the red blocks regardless of shape or all the square blocks
regardless of colour
Concrete operational
7-11 years
Can think logically about objects and events
Achieves conservation of number age 6, mass age 7, and
weight age 9
Classifies objects according to several features and can order them in series along a single dimension such as size.
Formal operational
11
years and up
Can think logically about abstract propositions and test
hypotheses systemtically
Becomes concerned with the hypothetical, the future, and ideological problems
Piaget dalam Atherton 2010 Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, siswa sekolah menengah atas
berada dalam tahap formal operational. Piaget dalam Suyono Hariyanto 2012: 84 menyatakan sejak tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak, yaitu berpikir mengenai
ide, mereka sudah mampu memikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah. Dalam penelitian ini, teori belajar Piaget sangat mendukung penggunaan model
pembelajaran MMP dan Pairs Check karena kedua model pembelajaran tersebut merupakan model pembelajaran kooperatif yang memungkinkan siswa untuk belajar
aktif dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 orang. Melalui kelompok kecil ini
16 diharapkan siswa dapat aktif berinteraksi dengan teman lainnya untuk menyelesaikan
soal-soal pemecahan masalah.
2.1.1.3 Teori Belajar Vygotsky