indeks keanekaragaman spesies Shannon- Wiener H’ ditetapkan dengan formula
berikut ini Ludwig dan Reynolds 1988 : H’ = - [n.iNlogn.iN]    ……………………………………       24
dimana : H’ : Indeks keanekaragaman
n.i : nilai penting dari setiap jenis N : total nilai penting
Secara  teoritis  nilai  indeks  keanekaragaman  Shannon H’  biasanya
berkisar  antara  0  - 7.  Jika nilai H’ ≤ 1, maka keanekaragaman spesies vegetasi
termasuk dalam kategori sangat rendah, jika 1  H’ ≤ 2 termasuk dalam kategori
rendah, jika 2 H’ ≤ 3 termasuk dalam kategori sedang medium,  jika 3  H’ ≤ 4
termasuk  dalam kategori tinggi, dan jika  H’  4, maka keanekaragaman spesies
vegetasi termasuk dalam kategori sangat tinggi Soegianto 1994.
3.4.3.3. Biodiversitas genetik
Sifat  genetik  dilakukan  melalui  analisis  molekuler.    Untuk  mempelajari variasi karakteristik  genetik masing-masing jenis sagu dalam studi ini digunakan
melalui  analisis  isozim.    Dalam  sistematika  tumbuhan,  isozim  dimanfaatkan dalam  membedakan  spesiesvarietas  tanaman  yang  secara  taksonomi  sukar
dibedakan  hanya  berdasarkan  sifat  morfologinya.    Isozim  sebagai  penanda biokimia dapat digunakan sebagai identitas  yang relatif stabil bagi suatu kultivar
atau  jenis  tumbuhan.    Isozim  cukup  akurat  sebagai  penanda  biologi  dalam membedakan  satu  individu  dari  individu  lainnya  dalam  suatu  populasi  Marzuki
2007. Menurut  Hartana  2005  isozim  atau  isoenzim  mempunyai  bentuk
polimorfik  dalam  suatu  organisme  atau  spesies  tanaman  yang  sama  tetapi mengkatalisator  reaksi  metabolisme  yang  berbeda.    Polimorfisme  isozim  berupa
molekul-molekul  protein  yang  berbeda  fenotipenya  dapat  ditampakkan  dalam bentuk  pola  pita  yang  berbeda  dengan  menggunakan  elektroforesis  gel  pati  yang
diwarnai dengan pewarna yang spesifik untuk setiap enzim. Untuk keperluan analisis ini diambil beberapa helai daun muda yaitu daun
ketiga  dari  pucuk  tunas  leaf  index.    Daun-daun  terpilih  kemudian  dimasukkan
dalam cool box yang berisi es kering untuk selanjutnya dilakukan analisis isozim di laboratorium.  Pewarna enzim yang dipergunakan terdiri dari empat jenis enzim
yaitu  1  enzim  Aspartat  Aminotransferase  AAT,  2  enzim  Asam  Phosphatase ACP, 3 enzim Peroksidase PER, dan 4 enzim Esterase EST.
Hasil analisis ini dipergunakan untuk melakukan klarifikasi spesies sagu di P.  Seram.    Klarifikasi  spesies  dilakukan  berdasarkan  dua  pandangan  klasifikasi
yang  diketahui  yaitu  klasifikasi  yang  dianut  oleh  para  ahli  di  Maluku  atau  di Indonesia  pada  umumnya,  dikomparasi  dengan  sistem  klasifikasi  yang
dikemukakan  oleh  Beccari  1918  dalam  Flach  1997.    Klarifikasi  spesies  sagu yang terdapat di P. Seram sebagaimana tertera dalam Tabel 9 berikut.
Tabel 9. Spesies sagu yang terdapat di P. Seram, Maluku
No. Nama daerah
Nama spesies secara umum
Nama spesies menurut Beccari 1918  dalam Flach 1997 Spesies
Varietas Subvar.
1. 2.
3. 4.
5. Sagu tuni
Sagu Makanaru Sagu ihur
Sagu durirotan Sagu molat
M. rumphii Mart. M. longispinum Mart.
M. sylvestre Mart. M. micracanthum Mart.
M. sagu  Rottb. M. rumphii Mart.
M. rumphii Mart. M. rumphii Mart.
M. rumphii Mart. M. sagu Rottb.
Micracanthum Becc. Micracanthum Becc.
Sylvestre Becc. Rotang Becc.
Molat Becc. Tuni
Makanaro -
- -
Sumber :  Haryanto dan Pangloli 1992, Louhenapessy 2006, Bintoro 2008, Rostiwati  et al. 2008.