Gambar 5. Penetapan petak sampel a wilayah sampel I Luhu Kab. SBB, b II Sawai Kab. MT, dan c III Werinama Kab. SBT
a
b
c
Keterangan : Petak pengamatan
20m
Gambar 6. Penempatan unit contoh
3.4.2.2. Pengamatan tumbuhan sagu
Berkenaan dengan fokus penelitian ini lebih diarahkan pada tumbuhan sagu, maka dilakukan uraian khusus untuk itu. Walaupun tumbuhan sagu
merupakan bagian dari vegetasi dalam komunitas sagu itu sendiri. Pengamatan tumbuhan sagu yang dimaksudkan disini adalah untuk menjelaskan tumbuhan
sagu dalam konteks individu yang kemudian membentuk populasi. Variabel pengamatan yang diamati meliputi spesies tumbuhan sagu dan fase masing-
masing spesies. Data hasil pengamatan dipergunakan untuk mengungkapkan struktur populasi tumbuhan sagu yang tumbuh dan berkembang di P. Seram
Provinsi Maluku. Pengamatan dilakukan pada petak kuadrat berukuran 20 m x 20 m. Kegiatan pengukuran atau pengamatan yang dilakukan meliputi :
1. Jumlah rumpun pada setiap unit contoh, pengamatan dilakukan dengan cara
menghitung jumlah rumpun setiap spesies sagu. Satu rumpun dianggap sebagai satu tanaman.
2. Jumlah individu per rumpun, pengamatan dilakukan dengan cara menghitung
jumlah individu per rumpun dengan memisahkan menjadi beberapa fase pertumbuhan. Penentuan fase pertumbuhan didasarkan pada kriteria yang
dikembangkan BPPT 1982 dalam Haryanto dan Pangloli 1992 Tabel 6. Pengamatan tumbuhan sagu pada masing-masing petak kuadrat yang disusun
atau ditentukan secara sistematis, dipisahkan menurut tipe habitat. Pemisahan ini dimaksudkan untuk keperluan penetapan jumlah rumpun tiap-tiap jenis
sagu, terkait dengan daya adaptasi sagu pada habitat tertentu. Makin banyak jumlah individu suatu jenis pada suatu tipe habitat, menggambarkan daya
adaptasi yang kuat. Sebaliknya apabila jumlah populasi suatu individu rendah atau sedikit, maka daya adaptasi jenis sagu tersebut sempit.
2m 5m
10m
20m pohon
semai sapihan
tiang Arah rintis
Tabel 6. Fase pertumbuhan sagu
No Fase tumbuh Kriteria BPPT 1982
Kriteria modifikasi 1.
Semai seedling Tinggi batang bebas daun
0-0,5 m. Sejak mulai muncul anakan
sd tinggi batang bebas daun 0 m terbentuk roset.
2. Sapihan sapling
Tinggi batang bebas daun 0,5-1,5 m.
Tinggi batang bebas daun 0-2 m.
3. Tiang pole
Tinggi batang bebas daun 1,5-5,0 m.
Tinggi batang bebas daun 2-5 m.
4. Pohon trees
Tinggi batang bebas daun 5 m.
Tinggi batang bebas daun 5 m.
5. Pohon Masak panen
harvesting Masa primodia berbunga sd
terbentuk bungabuah Masa primodia berbunga sd
terbentuk bungabuah. 6.
Pohon veteranmelewati masak panen post
harvesting Masa berbuah sampai
tumbuhan sagu mati Masa berbuah sampai
tumbuhan sagu mati Keterangan : Sjachrul 1993.
3. Struktur populasi tumbuhan sagu. Pola pertumbuhan suatu organisme
ditentukan oleh jumlah individu dalam setiap fase pertumbuhannya. Pola pertumbuhan ini selanjutnya mencerminkan parameter struktur populasi suatu
organisme. Dalam kaitan ini, struktur populasi yang dimaksudkan adalah struktur populasi tumbuhan sagu.
4. Mekansime adaptasi sagu. Pengamatan parameter ini dilakukan dengan
mencermati sifat pertumbuhan sagu untuk dapat beradaptasi dalam lingkungan atau habitat yang senantiasa tergenang. Suatu kondisi yang seringkali tidak
baik untuk jenis tumbuhan tertentu. Dengan kata lain merupakan kondisi yang bersifat marjinal bagi sebagian jenis tumbuhan, artinya tumbuh-tumbuhan
tertentu tidak dapat bertahan hidup atau pertumbuhannya terganggu pada kondisi yang tergenang itu.
5. Mekanisme pembentukan rumpun. Tumbuhan sagu pada umumnya dapat
berkembangbiak atau memperbanyak individu melalui organ biji danatau anakan berupa stolon atau rhyzome. Mekanisme pembentukan rumpun yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah pembentukan individu baru yang berasal dari rhyzome menjauh dari pangkal pohon induk, kemudian terpisah dari
pohon induk membentuk rumpun sendiri.