dalam cool box yang berisi es kering untuk selanjutnya dilakukan analisis isozim di laboratorium. Pewarna enzim yang dipergunakan terdiri dari empat jenis enzim
yaitu 1 enzim Aspartat Aminotransferase AAT, 2 enzim Asam Phosphatase ACP, 3 enzim Peroksidase PER, dan 4 enzim Esterase EST.
Hasil analisis ini dipergunakan untuk melakukan klarifikasi spesies sagu di P. Seram. Klarifikasi spesies dilakukan berdasarkan dua pandangan klasifikasi
yang diketahui yaitu klasifikasi yang dianut oleh para ahli di Maluku atau di Indonesia pada umumnya, dikomparasi dengan sistem klasifikasi yang
dikemukakan oleh Beccari 1918 dalam Flach 1997. Klarifikasi spesies sagu yang terdapat di P. Seram sebagaimana tertera dalam Tabel 9 berikut.
Tabel 9. Spesies sagu yang terdapat di P. Seram, Maluku
No. Nama daerah
Nama spesies secara umum
Nama spesies menurut Beccari 1918 dalam Flach 1997 Spesies
Varietas Subvar.
1. 2.
3. 4.
5. Sagu tuni
Sagu Makanaru Sagu ihur
Sagu durirotan Sagu molat
M. rumphii Mart. M. longispinum Mart.
M. sylvestre Mart. M. micracanthum Mart.
M. sagu Rottb. M. rumphii Mart.
M. rumphii Mart. M. rumphii Mart.
M. rumphii Mart. M. sagu Rottb.
Micracanthum Becc. Micracanthum Becc.
Sylvestre Becc. Rotang Becc.
Molat Becc. Tuni
Makanaro -
- -
Sumber : Haryanto dan Pangloli 1992, Louhenapessy 2006, Bintoro 2008, Rostiwati et al. 2008.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Studi distribusi spasial tumbuhan sagu di P. Seram, Maluku
Hasil analisis tutupan lahan land cover menggunakan metode klasifikasi terbimbing supervised classification menunjukkan bahwa tumbuhan sagu
terdistribusi pada wilayah pesisir di dataran rendah pada tanah-tanah endapan, di tempat-tempat yang berdekatan dengan sungai, lembah-lembah bukit dengan total
luas areal mencapai 18.239 ha Lampiran 1. Apabila luas areal sagu ini dibandingkan dengan luas P. Seram 1,8 juta ha, maka luas tutupan sagu hanya
mencapai satu persen. Dalam rangka uji akurasi dilakukan pengumpulan Ground Control Points GCP. Tingkat akurasi klasifikasi cukup tinggi mencapai 76
Gambar 9 berdasarkan overall accuracy Producer’s Accuracy = 73 dan
User’s Accuracy = 68 . Tingkat akurasi ini dipengaruhi oleh awan dan kondisi topografi sehingga tumbuhan sagu tidak terdeteksi dengan baik pada citra.
Selain itu diduga karena terdapat tumbuhan sagu yang tumbuh bercampur dengan vegetasi pohon danatau ternaungi sehingga nilai dijitalnya bercampur dengan
nilai dijital tumbuhan di atasnya. Hambatan lain yang bisa terjadi adalah pertumbuhan sagu yang tidak teratur dengan luas klaster yang relatif terbatas
yakni tidak mencukupi ukuran 3 x 3 piksel. Semua klaster sagu dengan ukuran luas melebihi ukuran tersebut apabila tidak terdapat hambatan lain, misalnya
karena adanya awan, maka klaster tersebut tampak pada citra. Resolusi citra landsat-5TM minimal yang dapat terdeteksi pada citra sebanyak sembilan piksel
karena dilakukan focal scan dengan ukuran window 3 x 3. Peta distribusi spasial tumbuhan sagu di P. Seram apabila dikaitkan
dengan sifat-sifat lahan, maka dapat dikemukakan bahwa tumbuhan sagu menyukai kondisi lahan dengan ciri-ciri yaitu : 1 lahan datar-curam, 2 dekat
pesisir, 3 dekat sungai, 4 pada tanah-tanah aluvial Entisol dan Inceptisol, dan 5 pada ketinggian tempat antara 0-250 m dpl. Sifat-sifat lahan ini selanjutnya
disebut sebagai kondisi habitat tumbuhan sagu yang sesuai, sedangkan kondisi lahan yang tidak termasuk dalam kategori di atas dikategorikan sebagai kondisi
habitat yang kurang, bahkan tidak sesuai untuk pertumbuhan dan pengembangan sagu.
Gambar 9. Peta distribusi spasial tumbuhan sagu di P. Seram, Maluku 57