yang  lainnya  dalam  suatu  klaster  atau  komunitas.    Dalam  konteks  ini  komunitas tumbuhan  sagu  disepadankan  dengan  wilayah  sampel,  sehingga  setiap  wilayah
sampel dianggap sebagai suatu komunitas.  Kegiatan pengamatan yang dilakukan pada  studi  ini  dikerjakan  pada  petak  kuadrat.    Ukuran  petak  pengamatan
disesuaikan  dengan  fase  pertumbuhan  vegetasi.    Untuk  jenis  vegetasi  bawah seedling  pengamatan  dilakukan  pada  petak  berukuran  2  m  x  2  m,  jenis    perdu
saplingsepihan ukuran petak 5 m x 5 m, fase tiang 10 m x 10 m, dan fase pohon 20 m x 20 m.  Pengamatan vegetasi meliputi :
Gambar 8.  Tahapan studi biodiversitas tumbuhan sagu
1.    Spesies  tumbuhan,      dilakukan  di  lapangan      dengan  menggunakan  buku panduan identifikasi spesies.  Untuk spesies yang tidak dapat diidentifikasi di
lapangan  diambil  bagian  tumbuhan  herbarium  untuk  diidentifikasi  di laboratorium.
2.  Jumlah tiap spesies, untuk keperluan penentuan kerapatan spesies. 3.  Kedapatan pada setiap unit contoh untuk menentukan frekwensi spesies.
3.    Luas  tutupan  coverage.    Parameter ini     dilakukan     dengan  cara  mengukur panjang  jari-jari  tutupan  tajuk  vegetasi.    Kemudian  luas  tutupan  tajuk  suatu
spesies  ditetapkan  dengan  menggunakan  rumus  pada  persamaan-4. Pengukuran ini dimaksudkan untuk menentukan dominasi spesies.
Pengamatan vegetasi
Pengamatan Spesies
Klarifikasi Spesies Analisis Kemiripan Komunitas
Analisis Keanekaragaman Spesies
Analisis Genetik Isozim
3.4.3.1. Biodiversitas komunitas
Dalam  rangka  menjelaskan  keanekaragam  komunitas  tumbuhan  sagu  di dalam  wilayah  P.  Seram  Maluku,  maka  didekati  dengan  menggunakan  analisis
kemiripan  komunitas.  Suatu  wilayah  sampel  dianggap  sebagai  suatu  komunitas sagu. Untuk menentukan kemiripan komunitas antara satu wilayah sampel dengan
wilayah  sampel  yang  lain,  maka  dilakukan  analisis  kemiripan  komunitas menggunakan  indeks  similaritas  IS  Smith  1980  dalam  Setiadi    et  al.  1989.
Penetapannya dengan menggunakan rumus berikut :
100 2
x b
a w
IS …………………………………………….        23
dimana : IS : Indeks similaritas kemiripan
a   : Jumlah nilai penting dari tegakan pertama b   : Jumlah nilai penting dari tegakan kedua
w  : Jumlah nilai terkecil untuk masing-masing jenis di dalam kedua tegakan yang diamati
Untuk  menentukan  tingkat  kemiripan  antar  komunitas,  dalam  konteks  ini antara  satu  komunitas  sagu  dengan  komunitas  yang  digunakan  kriteria  sebagai
berikut :  kemiripan sangat tinggi bila IS  75 , kemiripan tinggi bila 50   IS 75 , kemiripan rendah bila 25    IS  50 , dan kemiripan sangat rendah
bila IS  25  Krebs 1999.
3.4.3.2. Biodiversitas spesies
Analisis  ini  dimaksudkan  untuk  menjelaskan  keanekaragaman  spesies pada setiap komunitas sagu.  Pada setiap komunitas sagu dilakukan analisis untuk
mengetahui  keanekaragaman  spesies  di  dalamnya.  Analisis  ini  dimaksudkan untuk menjelaskan  biodiversitas spesies dalam komunitas sagu. Pendekatan  yang
dilakukan melalui  indeks  keanekaragaman  Shannon  H’  untuk  menjelaskan
keanekaragaman  spesies  dalam  komunitas  tumbuhan  sagu  di  P.  Seram  Provinsi Maluku dilakukan  perhitungan nilai indeks keaneragaman Shannon-
Wiener H’. Penetapan  nilai  indeks  Shannon  ini  menggunakan  input  data  nilai  penting  pada
setiap  wilayah  sampel  sebagai  suatu  komunitas  tumbuhan  sagu.  Besarnya  nilai
indeks keanekaragaman spesies Shannon- Wiener H’ ditetapkan dengan formula
berikut ini Ludwig dan Reynolds 1988 : H’ = - [n.iNlogn.iN]    ……………………………………       24
dimana : H’ : Indeks keanekaragaman
n.i : nilai penting dari setiap jenis N : total nilai penting
Secara  teoritis  nilai  indeks  keanekaragaman  Shannon H’  biasanya
berkisar  antara  0  - 7.  Jika nilai H’ ≤ 1, maka keanekaragaman spesies vegetasi
termasuk dalam kategori sangat rendah, jika 1  H’ ≤ 2 termasuk dalam kategori
rendah, jika 2 H’ ≤ 3 termasuk dalam kategori sedang medium,  jika 3  H’ ≤ 4
termasuk  dalam kategori tinggi, dan jika  H’  4, maka keanekaragaman spesies
vegetasi termasuk dalam kategori sangat tinggi Soegianto 1994.
3.4.3.3. Biodiversitas genetik
Sifat  genetik  dilakukan  melalui  analisis  molekuler.    Untuk  mempelajari variasi karakteristik  genetik masing-masing jenis sagu dalam studi ini digunakan
melalui  analisis  isozim.    Dalam  sistematika  tumbuhan,  isozim  dimanfaatkan dalam  membedakan  spesiesvarietas  tanaman  yang  secara  taksonomi  sukar
dibedakan  hanya  berdasarkan  sifat  morfologinya.    Isozim  sebagai  penanda biokimia dapat digunakan sebagai identitas  yang relatif stabil bagi suatu kultivar
atau  jenis  tumbuhan.    Isozim  cukup  akurat  sebagai  penanda  biologi  dalam membedakan  satu  individu  dari  individu  lainnya  dalam  suatu  populasi  Marzuki
2007. Menurut  Hartana  2005  isozim  atau  isoenzim  mempunyai  bentuk
polimorfik  dalam  suatu  organisme  atau  spesies  tanaman  yang  sama  tetapi mengkatalisator  reaksi  metabolisme  yang  berbeda.    Polimorfisme  isozim  berupa
molekul-molekul  protein  yang  berbeda  fenotipenya  dapat  ditampakkan  dalam bentuk  pola  pita  yang  berbeda  dengan  menggunakan  elektroforesis  gel  pati  yang
diwarnai dengan pewarna yang spesifik untuk setiap enzim. Untuk keperluan analisis ini diambil beberapa helai daun muda yaitu daun
ketiga  dari  pucuk  tunas  leaf  index.    Daun-daun  terpilih  kemudian  dimasukkan