Kualitas air rawa habitat sagu

Na yang terkandung dalam air laut dan sering menggenangi lahan sagu ketika air pasang dan mengering ketika air surut. Tabel 22. Kualitas air rawa di lahan tumbuhan sagu P. Seram, Maluku Tipe Habitat pH Air Bebas Lumpur Salinitas ppt NH 4 + K + Ca 2+ Mg 2+ NO 3 2- PO 4 3- mgliter T2AT 6,23 0,60 7,23 23,31 4,97 6,66 1,27 0,13 T2AP 6,58 0,61 2,54 27,74 3,16 4,59 0,06 0,60 TPN 6,33 0,61 3,80 23,83 4,26 5,71 0,23 0,10 Keterangan : T2AT = tergenang temporer air tawar, T2AP = tergenang temporer air payau, TPN = tergenang permanen; NH 4 + = Ammonium, K + Kalium, Ca 2+ = Kalsium, Mg 2+ = Magnesium, NO 3 2- = Nitrat, PO 4 3- = Phosfat, ppt = part per thousand. Data yang disajikan berasal dari data rataan wil. Sampel I Luhu SBB, II Sawai MT, dan III Werinama SBT, tahun 2009. Kandungan ion K dalam air cukup tinggi terutama pada tipe lahan T2AT mencapai 7,23 mgl, hampir dua kali lipat dibandingkan dengan kandungan ion K pada tipe habitat T2AP dan TPN. Lebih rendahnya kadar K + pada dua tipe habitat yang disebut terakhir diduga karena K + yang terlarut dalam air pada kedua tipe habitat tersebut mengalami perkolasi, dikarenakan apabila dilihat dari lama tergenang, maka air di kedua tipe habitat itu lebih lama terendam. Faktor inilah yang memungkinkan lebih rendahnya kandungan K + dalam air di dua tipe habitat itu. Fenomena ini mirip dengan kandungan fosfat di dalam air pada tiga tipe habitat yang telah diuraikan di atas. Ion kalsium dan magnesium memiliki ciri yang mirip yakni semua tipe habitat memiliki kandungan K dan Mg yang tidak jauh berbeda antara satu tipe habitat dengan tipe habitat yang lain. Hal ini diduga karena kedua ion tersebut memiliki sifat yang relatif lebih tahan terhadap gerakan perkolasi karena mempunyai dua muatan yang bisa terikat pada permukaan koloid tanah.

4.2.8. Interaksi dengan komponen biotis

a. Asosiasi interspesifik

Hasil observasi untuk mengetahui jumlah spesies tumbuhan dalam komunitas sagu alami di P. Seram ditemukan sebanyak 42 spesies. Hasil analisis Varians Ratio VR diperoleh nilai sebesar 0,831 VR 1. Hal ini berarti bahwa secara simultan keseluruhan spesies tumbuhan penyusun komunitas sagu di P. Seram di antara sesama spesies terjadi asosiasi yang bersifat negatif. Dalam kaitan itu, untuk menjelaskan pasangan asosiasi antara spesies yang satu dengan spesies lainnya dalam komunitas sagu terutama spesies penyusun utama dilakukan analisis chi-square. Dari 42 spesies yang tumbuh dalam komunitas sagu, terdapat 21 spesies tumbuhan sebagai penyusun utama Lampiran 16. Kriteria untuk menentukan spesies sebagai penyusun utama berdasarkan nilai penting yang dimiliki setiap spesies yaitu spesies yang memiliki nilai penting ≥10 . Hasil analisis chi-square spesies berpasangan, dalam spesies sagu dan antara spesies sagu dengan spesies lain menunjukkan bahwa terdapat asosiasi dalam spesies sagu yang sama dan antara spesies sagu dengan spesies bukan sagu Lampiran 17. Empat spesies sagu yang terdapat di P. Seram berasosiasi diantara sesamanya masing-masing M. rumphii Mart., M. longispinum Mart., M. sylvestre Mart., dan M. sagu Rottb. dengan nilai X 2 sebasar 6,53, 5,12, 16,74, 20,73, 5,69, dan 5,31. Sedangkan asosiasi dengan spesies sagu dengan bukan sagu hanya terjadi dengan tiga spesies yaitu Pandanus furcatus Roxb., Homalomena rubra Hassk., dan Nephrolepis exaltata Shcott. Tipe asosiasi semua pasangan spesies bersifat negatif dengan tingkat asosiasi berdasarkan indeks Jaccard kurang dari 0,5 atau bersifat lemah. Hasil analisis chi-square disajikan pada Tabel 23. Terjadinya asosiasi antara spesies yang bersifat negatif sebagaimana tersaji pada Tabel di atas merupakan fakta bahwa di antara setiap spesies terjadi perebutan dalam penggunaan sumberdaya. Dengan meningkatnya pertumbuhan atau jumlah individu yang satu akan menekan pertumbuhan individu spesies lainnya. Interaksi yang bersifat negatif memberikan petunjuk pula bahwa tidak terdapat toleransi untuk hidup secara bersama atau tidak ada hubungan timbal balik yang saling menguntungkan, terutama dalam pembagian ruang hidup. Menurut Barbour et al. 1999 dalam Kurniawan et al. 2008 dikemukakan bahwa asosiasi yang bersifat negatif memberikan petunjuk pada setiap tumbuhan dalam suatu komunitas terjadi saling memberi tempat hidup pada suatu area dan habitat yang sama. Dikemukakan lebih lanjut oleh Krivan Sirot 2002 bahwa dalam asosiasi interspesifik dapat memunculkan kompetisi interspesifik. Pada kondisi