Ciri umum TINJAUAN PUSTAKA

antara 6-24 ental, panjang setiap ental sekitar 5-8 meter dengan jumlah 100-190 anak daun. Flach 1983 menyatakan bahwa sagu yang tumbuh pada tanah liat dengan penyinaran yang baik pada umur dewasa memiliki 18 tangkai daun yang panjangnya sekitar 5-7 meter. Dalam setiap tangkai daun terdapat sekitar 50 pasang daun dengan panjang bervariasi antara 60-180 cm, dan lebar sekitar 5 cm. Sagu yang masih muda memiliki tangkai daun yang lebih sedikit jumlahnya yaitu sekitar 12-15 tangkai. Pada setiap bulan terbentuk tangkai daun, dan diperkirakan umur tangkai daun sekitar 18 bulan, kemudian akan gugur setelah menua. Daun muda umumnya berwarna hijau muda, kemudian dengan bertambah waktu secara berangsur-angsur berubah menjadi hijau tua, selanjutnya berubah lagi menjadi coklat kemerah-merahan apabila daun telah tua. Tangkai daun yang telah tua tersebut akan terlepas dengan sendirinya dari batang, dan meninggalkan bekas pada kulit batang. Tumbuhan sagu mulai berbunga dan berbuah pada umur sekitar 10-15 tahun. Kisaran pembungaan ini sangat tergantung pada jenis atau spesies sagu dan kondisi pertumbuhannya. Fase pembungaan diawali dengan munculnya daun bendera, yaitu daun yang ukurannya lebih pendek dari daun-daun sebelumnya. Munculnya bunga merupakan indikator bahwa sagu tersebut telah mendekati akhir daur pertumbuhannya. Setelah buahnya mengering diikuti dengan kematian Braulech 1953 dalam Haryanto dan Pangloli 1992. Malai bunga menyerupai tanduk rusa yang terdiri atas cabang utama, sekunder, dan tersier. Pada cabang tersier terdapat sepasang bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan mengeluarkan tepung sari sebelum bunga betina mekar. Dengan demikian tumbuhan sagu melakukan penyerbukan silang cross polination. Oleh karena itu apabila tumbuhan sagu tumbuh secara soliter, maka jarang yang berhasil membentuk buah. Putik pada bunga betina mengandung tiga sel induk telur, tetapi hanya satu yang keluar membentuk kecambah, sedangkan dua induk terluar lainnya bersifat rudimenter, sedangkan benang sari bunga jantan berjumlah enam helai Anonim 1979 dalam Barahima 2005. Jumlah struktur bunga sekitar 15-25 cabang utama, dengan panjang 2-3 meter, cabang sekunder terdapat 15-22 cabang, dan cabang ketiga terdapat 7-10 cabang Jong 2005. Buah sagu berbentuk bulat menyerupai buah salak dan mengandung biji yang fertil. Waktu antara mulai muncul bunga sampai fase pembentukan buah diperkirakan sekitar 2 tahun Haryanto dan Pangloli 1992. Pembentukan buah dan biji dari antesis sampai buah terakhir gugur memerlukan waktu sekitar 19-23 bulan. Jumlah buah yang dihasilkan per pohon sagu sekitar 2.174-6.675 buah Jong 2005. Buah sagu terdiri atas exocarp, mesocarp, endocarp, sarcotesta, testa, endosperm, dan embrio. Exocarp bersisik dan di dalamnya terdapat daging buah yang disebut mesocarp dan tempurung biji yang disebut sarkotesta. Di dalam sarkotesta terdapat endosperm yang berfungsi sebagai cadangan makanan bagi embrio.

b. Ciri-ciri beberapa jenis sagu

Di Indonesia terdapat lima spesies tumbuhan sagu yang telah diidentifikasi ciri-cirinya Haryanto dan Pangloli 1992. Spesies sagu tersebut adalah sebagai berikut : 1. Metroxylon rumphii Martius sagu tuni Tinggi batang berkisar dari 10-15 meter, bahkan dapat mencapai 18 meter atau lebih. Memiliki tebal kulit sekitar 2-3 cm. Kulit pada bagian pangkal lebih tebal dibandingkan dengan ketebalan kulit pada bagian tengah dan bagian ujung. Diameter pada pangkal sampai ujung batang hampir sama, kecuali pada bagian dasar pangkal karena perakarannya yang dangkal. Daun berwarna hijau tua, panjang tangkai pelepah daun sekitar 5-7 meter. Tangkai daun berduri pada bagian pangkal sampai ujung, duri terdapat pula pada pinggir daun. Duri pada tangkai daun berukuran 1-4 cm, pada stadia anakan durinya sangat banyak dan rapat. Setiap tangkai daun terdiri dari 100-200 anak daun yang panjangnya 80-120 cm dan lebar 5-10 cm. Memiliki sistem perakaran yang dangkal dan banyak terubusnya. Berat batang pada umur panen lebih dari satu ton. Empulurnya lunak dan sedikit mengandung serat sehingga mudah ditokok. Kadar empulur mencapai 82 dari berat batang dengan kandungan acitepung sekitar 20 . Tepung berwarna putih dan enak rasanya. Setiap pohon dapat menghasilkan 170-500 kg tepung kering Soerjono 1980 dalam Haryanto dan Pangloli 1992. Spesies ini merupakan sagu paling besar ukurannya dibandingkan dengan jenis lainnya. 2. Metroxylon sagu Rottboell sagu molat Tinggi batang berkisar dari 10-14 meter, diameter sekitar 40-60 cm, berat batang dapat mencapai 1,2 ton atau lebih. Tangkai daun tidak berduri, ujung daun panjang meruncing. Letak daun berjauhan, panjang tangkai daun sekitar 4,5 meter, panjang lembaran daun sekitar 1,5 meter dan lebar kira-kira 7 cm. Memiliki bunga majemuk berwarna sawo matang kemerah-merahan. Empulur lunak dan berwarna putih, sehingga acinya berwarna putih. Berat empulur sekitar 80 dari berat batang, kandungan aci sekitar 18 . Setiap pohon dapat menghasilkan aci basah sekitar 800 kg atau sekitar 200 kg aci kering Soerjono 1980 dalam Haryanto dan Pangloli 1992. 3. Metroxylon sylvestre Martius sagu ihur Tinggi batang berkisar dari 12-16 meter, bahkan dapat mencapai 20 meter. Diameter batang sekitar 60 cm, berat batang sekitar 1,2 ton. Tebal kulit berkisar 1-3 cm. Panjang tangkai pelepah daun sekitar 4-6 meter. Daun berwarna hijau tua, memiliki tulang daun yang lunak, dan ujungnya membengkok ke bawah. Pada sekitar pelepah dan sepanjang tangkai daun terdapat duri dengan panjang sekitar 1-5 cm. Empulur agak keras, mengandung banyak serat dan berwarna kemerah- merahan, sehingga aci yang dihasilkan berwarna kemerah-merahan pula. Berat empulur sekitar 18 dari berat batang dengan kandungan aci sekitar 17-18 . Setiap pohon dapat menghasilkan sekitar 150 kg aci kering BPPT 1982 dalam Haryanto dan Pangloli 1992. 4. Metroxylon longispinum Martius sagu makanaru Tinggi batang sekitar 12-15 meter, diameter sekitar 50 cm. Berat batang sekitar satu ton dan kandungan empulur mencapai 80 dari berat batang Rumalatu 1981 dalam Haryanto dan Pangloli 1992.