Heteroskedastisitas adalah situasi tidak konstannya varian. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
adalah yang bersifat homokedastisitas. Untuk pengujian digunakan uji Glejser. Uji Glejser dilakukan untuk meregresi nilai absolut
residual terhadap variabel bebas. Kriteria pengambilan keputusan adalah signifikansi dari variabel bebas lebih besar dari 0,05 maka
tidak terjadi heteroskedastisitas Ghozali, 2011 :143
3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan keputusan menerima atau menolak hipotesis. Uji hipotesis dilakukan untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Uji hipotesis yang dilakukan menggunakan analisis regresi linear sederhana dan
analisis regresi linear berganda.
a. Analisis Regresi Linear Sederhana
Persamaan regresi sederhana dapat digunakan untuk memprediksi seberapa tinggi hubungan kausal satu variabel bebas dengan variabel
terikatnya. Langkah-langkah dalam melakukan regresi linier sederhana yaitu:
1 Membuat garis linier sederhana
Y’ = a + bX Keterangan:
Y’ : Nilai yang diprediksikan a : Konstanta atau apabila harga X = 0
b : Koefisien regresi X : nilai variabel bebas
Sugiyono, 2015: 247 2 Menguji signifikan uji t
Uji t dilakukan untuk menguji signifikasi konstanta dan variabel bebas dengan satu variabel terikat yaitu dengan rumus:
√ r
Keterangan: t : t hitung
r : Koefisien korelasi n : Jumlah sampel
Husein, 2011: 132 Harga t hitung selanjutnya dibandingkan dengan nilai t tabel pada
taraf signifikansi 5. Apabila t hitung lebih besar atau sama dengan t tabel berarti ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel
terikat secara individual. Sebaliknya, apabila t hitung lebih kecil dari t tabel berarti tidak ada pengaruh antara variabel bebas terhadap
variabel terikat secara individual. Selain itu, apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa terdapat pengaruh signifikan
antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara individual dan hipotesis diterima, namun apabila nilai signifikansi lebih besar dari
0,05 berarti tidak terdapat pengaruh signifikan dan hipotesis ditolak.
b. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis ini digunakan untuk menguji pengaruh beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis ini akan menghasilkan koefisien
regresi variabel bebas terhadap variabel terikat, koefisien determinasi, sumbangan relatif serta sumbangan efektif masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikatnya. Langkah-langkah dalam regresi linier berganda adalah sebagai berikut:
1 Membuat persamaan garis dengan empat prediktor, dengan rumus: Y = a
+ b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ b
4
X
4
Keterangan: Y
: Kriterium a
: Bilangan konstan X
1
,X
2
,X
3
,X
4
: Prediktor 1, prediktor 2, prediktor 3, prediktor 4 b
1,
b
2,
b
3,
b
4
: Koefisien prediktor X
1,
koefisien prediktor X
2,
koefisien prediktor X
3,
koefisien prediktor X
4
Sugiyono, 2015: 251 2 Mencari koefiensi determinansi antar prediktor X
1
, X
2
, X
3
, X
4
dengan kriterium Y, dengan rumus:
1
a
1 1
a a
a
Keterangan :
2
y
1
, :
: Koefisien determinasi antara Y dengan X
1
, X
2
, X
3
, dan X
4
a
1,
a
2,
a
3,
a
4
: Koefisien prediktor X
1,
X
2,
X
3,
X
4
∑ X
1
Y,∑ X
2
Y
,
∑ X
3
Y
,
∑ X
4
Y : Jumlah produk antara X
1
dengan Y, X
2
dengan Y, X
3
dengan Y, X
4
dengan Y. ∑Y
2
: Jumlah kaudrat kriterium Y
3 Menguji signifikansi regresi berganda melalui uji F dengan rumus sebagai berikut:
h
Keterangan: F
h
: Harga F garis regresi k : Jumlah variabel bebas
n : Jumlah sampel R
2
: Koefisien determinasi antara kriterium dengan prediktor Sugiyono, 2015: 252
Setelah diperoleh hasil perhitungan, kemudian F hitung dibandingkan dengan F tabel pada taraf signifikansi 5. Apabila F
hitung lebih besar atau sama dengan F tabel, maka varaibel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat secara bersama-sama.
Sebaliknya, apabila F hitung lebih kecil dari F tabel maka tidak mempunyai pengaruh. Signifikansi digunakan untuk menerima atau
menolak hipotesis. Apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 berarti terdapat pengaruh signifikan antara variabel bebas terhadap
variabel terikat secara bersama-sama dan hipotesis diterima. Namun apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 berarti tidak terdapat
pengaruh signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama dan hipotesis ditolak.
83
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang dikumpulkan melalui kuesioner yang dibagikan pada responden penelitian.
Responden dalam penelitian ini adalah Pegawai Bagian Keuangan SKPD Kabupaten Temanggung yang memenuhi kualifikasi pada teknik pengambilan
sampel penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari – Maret 2016.
1. Profil SKPD Kabupaten Temanggung
Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Teamnggung terbentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 yang mengatur
tentang pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat, dan pemerintah daerah. Pembentukan Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD
sebagai salah satu lembaga teknis daerah yang dilatarbelakangi oleh perubahan pengelolaan keuangan daerah, yaitu Kepala Daerah diwajibkan
menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan daerah yang terdiri dari laporan realisasi APBD, lingkungan pengendalian daerah, informasi dan
komunikasi dan pemantauan. Perkembangan jumlah SKPD Kabupaten Temanggung dari tahun ke tahun terus meningkat. Jumlah SKPD
Kabupaten Temanggung tahun 2016 sebanyak 72 SKPD, yang terdiri dari Bupati dan Wakil Bupati, 12 Dinas, 7 Badan, 5 Kantor, 20 Kecamatan, 23
Kelurahan, Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat,dan BLUD RSUD.
Otonomi daerah dan peningkatan persaingan antar daerah telah memaksa organisasi pemerintah daerah melakukan perubahan-perubahan
yang inovatif menuju pemerintahan yang baik dan mandiri. Perubahan yang paling mendasar yakni pengelolaan keuangan daerah yang menuntut
alokasi anggaran disesuai dengan kebutuhan masyarakat. Di sisi lain, permasalahan manajemen keuangan sektor publik selama ini belum dapat
ditangani secara
komprehensif dalam
mewujudkan suatu
tata kepemerintahan yang baik good governance.
Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, Bupati dan Wakil Bupati dibantu oleh Perangkat Daerah yang meliputi Sekretariat Daerah,
Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah. Secara umum perangkat daerah atau sering disebut dengan Satuan Kerja
Perangkat Daerah SKPD bertugas membantu penyusunan kebijakan, koordinasi, dan pelaksanaan kebijakan yang menjadi urusan daerah. Tiap
SKPD memiliki wewenang menggunakan dana anggaran yang berasal dari APBD dalam menjalankan fungsinya. Konsekuensi atas kewenangan
tersebut masing-masing
SKPD harus
mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran tersebut tiap periode tertentu. Pengelolaan keuangan
SKPD dilakukan oleh pejabat pengelola keuangan SKPD. Pejabat Pengelola Keuangan SKPD terdiri dari Kepala SKPD, Pejabat Pelaksana
Teknis Kegiatan SKPD, Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD, Bendahara Penerimaan danatau Bendahara Pengeluaran.