Pengertian Pestisida Nabati Kajian Teori

25 Sastrosiswojo, 2002,. Di Indonesia, sebenarnya sangat banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati, dan diperkirakan ada sekitar 2400 jenis tanaman yang termasuk ke dalam 235 Famili Agus Kardinan, 2000. Menurut Morallo-Rijesus 1986, jenis tanaman dari Famili Asteraceae, Fabaceae dan Euphorbiaceae, dilaporkan paling banyak mengandung bahan insektisida nabati Sastrosiswojo, 2002. Oleh karena itu, jika dapat mengolah tumbuhan ini sebagai bahan pestisida maka akan membantu masyarakat petani untuk menggunakan pengendalian yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya setempat yang ada di sekitarnya Agus Kardinan, 2000. Telah banyak diteliti bahwasanya ekstrak tanaman tertentu mengandung molekul, yang bekerja secara tunggal maupun berinteraksi dengan molekul lainnya yang mampu berperan sebagai pestisida. Cara kerja mode of action molekul tersebut dapat sebagai biotoksin, pencegah makan antifeedantt, feeding deterrent , penolak repellent dan atau pengganggu alami, baik yang diperoleh dari tumbuhan maupun jasad renik yang disebut sebagai pestisida biorasional biorational pesticides EPA, 1989. Pada umumnya tanaman yang digunakan sebagai pestisida nabati bersifat repellent. Oleh karena itu, jika dapat mengolah tumbuhan ini sebagai bahan pestisida maka akan membantu masyarakat petani untuk menggunakan pengendalian yang ramah 26 lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya setempat yang ada di sekitarnya Agus Kardinan, 2000. Sudarmo 2005 menyatakan bahwa pestisida nabati dapat membunuh atau menganggu serangga hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal . Cara kerja pestisida nabati yaitu merusak perkembangan telur, larva, pupa, menghambat pergantian kulit, mengganggu komunikasi serangga, menyebabkan serangga menolak makanan, mengurangi nafsu makan, memblokir kemampuan makan serangga mengusir serangga, dan menghambat perkembangan patogen. Berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan pestisida nabati. 1. Kelebihan pestisida nabati menurut Suwahyono 2010: 23- 24 a. Mempunyai sifat cara kerja mode of action yang unik yaitu tidak meracuni nontoxic. b. Mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan serta relatif aman bagi manusia dan hewan peliharaan karena residunya mudah hilang. c. Penggunaan dalam dosis yang kecil atau rendah. d. Mudah diperoleh di alam. Di Indonesia sangat banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati. 27 e. Cara pembuatannya relatif mudah dan secara sosial ekonomi penggunaanya mengKasumbago Untungkan bagi petani mikro di negara sedang berkembang. f. Umumnya, pestisida nabati kurang beracun dibanding pestisida sintetik sehingga resiko bahaya yang ditimbulkan juga lebih kecil. g. Pestisida nabati hanya berpengaruh pada hama sasaran dan organisme lain yang berdekatan kerabatnya. Berbeda dengan pestisida sintetik yang berspektrum luas yaitu dapat membunuh organisme non target serangga, burung, mamalia. h. Pestisida nabati umumnya efektif pada jumlah dosis rendah dan cepat teruarai sehingga pemaparannya lebih rendah dan terhindar dari masalah pencemaran. Lain halnya pestisida sintetik yang sering kali menimbulkan dampak residu. i. Penggunaan pestisida nabati dalam program pengendalian hama terpadu dapat mengurangi banyak sekali penggunaan pestisida sintetik degan hasil panen tetap tinggi. 28 2. Kekurangan kelemahan pestisida nabati menurut Abdul Latief Abadi 2003: 125-126 a. Senyawa racun yang terkandung dalam pestisida botani mudah sekali terdegradasi karena cahaya, tercuci air dan kelembaban yang tinggi, sehingga perlu aplikasi yang lebih sering, harus sangat tepat waktu dan tepat sasaran. b. Senyawa botani cepat menyebabkan serangga berhenti makan dan menyebabkan muntah dan paralisis, tetapi dapat menyebabkan serangga tidak mati dalam waktu beberapa jam atau beberapa hari. c. Kebanyakan senyawa botani ini mempunyai toksisitas yang rendah atau moderat terhadap hewan mamalia, walau demikian dapat saja meracuni manusia atau lingkungan. d. Kebanyakan senyawa botani tidak menyebabkan fitotoksik pada tanaman kecuali nikotin sulfat. e. Pestisida botani tidak banyak tersedia di pasar terutama di Indonesia dan kalaupun ada di luar negeri harganya lebih mahal dibandingkan dengan pestisida sintetik. 29 f. Walaupun bahan-bahannya murah harganya di Indonesia, pembuatan pestisida botani tidak praktis, tidak bersifat tahan lama dalam penyimpanan, dan belum tentu bahannya tersedia pada saat dibutuhkan. g. Potensi keberhasilan dari pestisida botani sangat ditentukan oleh jenis sumber yang digunakan atau kandungan bahan aktif yang ada dalam tanaman yang dapat bervariasi menurut umur, varietas tanaman dan takaran yang digunakan. h. Pestisida botani cenderung berspektrum luas, tidak spesifik sehingga dapat pula merugikan pada musuh alami yang ada di pertanaman tersebut. Menurut Agus Kardinan 2000, penggunaan dan pengembangan pestisida nabati di Indonesia mengalami beberapa kendala berikut : pestisida sintetis kimia tetap lebih disukai dengan alasan mudah didapat, praktis mengaplikasinya, hasilnya relatif cepat terlihat, tidak perlu membuat sediaan sendiri, tersedia dalam jumlah banyak, dan tidak perlu membudidayakan sendiri tanaman penghasil pestisida . Kurangnya rekomendasi dari para penyuluh karena mungkin keterbatasan pengetahuan para penyuluh tentang pestisida nabati, tidak tersedianya bahan tanaman secara berkesinambungan dalam jumlah yang memadai saat diperlukan, 30 dan sulitnya regristasi pestisida nabati di komisi pestisida karena bahan aktif tidak dapat dideteksi. Pemanfaatan pestisida nabati secara luas akan langsung berpengaruh terhadap berkurangnya volume penggunaan pestisida dan berdampak positif terhadap kualitas produk tanaman, terutama dengan makin terhindarnya produk dari kemungkinan pencemaran residu pestisida sintetikwi. Kondisi produk tanaman yang demikian, saat ini menjadi perhatian konsumen dan dapat memberikan imej kualitas produk yang tinggi Haryono, 2011: 3.

5. Teknik Pembuatan Pestisida Nabati

Pembuatan pestisida nabati dapat dilakukan secara sederhana dan secara laboratorium. Pembuatan pestisida nabati, yaitu dalam bentuk ekstrak secara sederhana jangka pendek dapat dilakukan oleh petani, dan penggunaannya biasanya dilakukan sesegera mungkin setelah pembuatan ekstrak. Pembuatan secara sederhana ini berorientasi kepada penerapan usaha tani berinput rendah. Sedangkan cara laboratorium jangka panjang biasanya dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah terlatih dan hasil kemasannya memungkinkan untuk disimpan relatif lama Asmaliyah dkk, 2010: 15. Pembuatan cara laboratorium berorientasi pada industri, membutuhkan biaya tinggi, sehingga produk pestisida nabati 31 menjadi mahal, bahkan kadang lebih mahal daripada pestisida sintetis. Oleh karena itu pembuatan dan penggunaan pestisida nabati dianjurkan dan diarahkan kepada cara sederhana, terutama untuk luasan terbatas dan dalam jangka waktu penyimpanan yang juga terbatas Asmaliyah dkk, 2010: 15. Cara pembuatan pestisida nabati dari berbagai jenis tumbuhan yang berhasil baik atau efektif di suatu tempat belum tentu berhasil baik pula di tempat lain karena ramuan pestisida nabati bersifat “khusus lokasi”. Hal ini disebabkan suatu tumbuhan yang sama tetapi jika tumbuh di lingkungan yang berbeda maka kandungan bahan aktifnya pun dapat berbeda pula. Oleh sebab itu dosis dan konsentrasi bahan aktif yang digunakan pun akan berbeda pula. Jadi ramuan pestisida nabati akan tergantung pada hasil pengujian di lokasi setempat dan tidak berlaku di tempat lain. Pembuatan pestisida nabati dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : 1. Penggerusan, penumbukan, pembakaran atau pengepresan untuk menghasilkan produk berupa tepung, abu atau pasta. 2. Perendaman untuk produk ekstrak. Pembuatan ekstrak ini dapat dilakukan dengan beberapa cara : a. Tepung tumbuhan + air b. Tepung tumbuhan + air, kemudian dipanaskandirebus c. Tepung tumbuhan + air + deterjen 32 d. Tepung tumbuhan + air + surfaktan pengemulsi pestisida e. Tepung tumbuhan + air + sedikit alkoholmetanol + surfaktan 3. Ekstraksi dengan menggunakan bahan kimia pelarut disertai perlakuan khusus oleh tenaga yang terampil dan dengan peralatan yang khusus Agus Kardinan, 2000; Asmaliyah dkk, 2010: 15. Pemanfaatan tumbuhan penghasil pestisida nabati dalam pengendalian hama sudah banyak dilakukan, terutama di bidang pertanian dan perkebunan dan hasilnya efektif. Penggunaan suatu pestisida nabati akan lebih baik hasilnya atau lebih efektif apabila dipadukan dengan pestisida nabati lainnya. Aplikasinya dapat dilakukan secara pencampuran atau secara berselang-seling. Penggunaan pestisida dipadukan dengan musuh alami bila bahan pestisida nabati tersebut tidak beracun bagi musuh alami Asmaliyah dkk, 2010: 16.

6. Mekanisme Kerja Pestisida Nabati pada Hama Serangga

Insekta Penjelasan mengenai cara kerja pestisida nabati tidak selalu mudah karena “cara kerja” pestisida nabati dapat dilihat dari beberapa sudut yang berbeda. Namun, beberapa aspek cara kerja pestisida nabati sangat penting untuk diketahui oleh para 33 pengguna petani agar tidak salah dalam pemilihan dan penggunaannya. Menurut “cara kerja” atau gerakannya pada tanaman setelah diaplikasikan, pestisida nabati yang menyerang hama serangga secara kasar dibedakan menjadi tiga macam sebagai berikut Panut Djojosumarto, 2000: 41. a. Pestisida Nabati Sistemik Pestisida nabati sistemik diserap oleh organ-organ tanaman, baik lewat akar, batang, atau daun. Selanjutnya, pestisida nabati sistemik tersebut mengikuti gerakan cairan tanaman dan ditransportasikan ke bagian-bagian tanaman lainnya, baik ke atas akropetal atau ke bawah basipetal, termasuk ke tunas yang baru tumbuh Panut Djojosumarto, 2000: 41. b. Pestisida Nabati Nonsistemik Pestisida nabati nonsistemik setelah diaplikasikan misalnya disemprotkan pada tanaman sasaran tidak diserap oleh jaringan tanaman, tetapi hanya menempel di bagian luar tanaman. Pestisida nabati nonsistemik bekerja dengan cara mencegah makan antifeedantt, feeding deterrent , penolak repellent dan atau pengganggu alami, baik yang diperoleh dari tumbuhan. Pestisida nabati