Klasifikasi Hama Plutella xylostella

47 1-2 hari. Larva instar III berwarna hijau, dengan kepala berbercak coklat dengan bagian dasar kekuning-kuningan dan terdapat rambut-rambut hitam pada bagian abdomennya. Larva instar III berkisar 2-3 hari. Larva instar IV mirip dengan larva instar III Gambar 3. Larva instar IV berlangsung selama 3-4 hari. Secara keseluruhan stadium larva berlangsung 10-13 hari Herlinda et al. 2004. Shepard et al. 1999 menyatakan bahwa perkembangan larva instar I hingga larva instar IV memerlukan waktu sekitar 14 hari, dengan panjang larva instar IV 8 mm Herlinda et al.2004. Larva yang baru menetas segera menggerek ke dalam jaringan daun, kemudian memakan daging daun dan epidermis bawah dan menyisakan lapisan epidermis atas daun. Larva bersembunyi di balik daun sambil makan, daging daunnya, tetapi kulit ari epidermis bagian permukaan atas daun tidak dimakan sehingga pada daun terlihat bercak-bercak putih. Apabila kulit ari kering maka daun menjadi robek dan nampak berlubang-lubang. Ulat yang diganggu segera menjatuhkan diri dengan 48 berpegangan pada benang laba-laba dan bergelantungan ke bawah Rismunandar, 1986: 90. 3 Pupa Sarang kepompong dibuat dari jenis benang sutera yang berwarna abu-abu putih pada bagian bawah permukaan daun. Pembuatan sarang kepompong diselesaikan dalam waktu 24 jam, setelah itu ulat berubah menjadi pupa Pracaya, 2001. Pupa dibungkus oleh kokon yang berbentuk jala dengan panjang kokon sekitar 9 mm Gambar 3 Herlinda et al.2004. Pupa pada mulanya berwarna hijau, selanjutnya berwarna kuning pucat, dengan warna kecoklatan pada bagian punggungnya. Panjang pupa 5-6 mm, dengan diameter 1,2 – 1,5 mm Sudarmo, 1991. Pupa tertutup oleh kokon, dengan stadium kepompong pupa memerlukan waktu 6-8 hari, selanjutnya akan menjadi dewasa berupa ngengat kecil bewarna cokelat keabu-abuan Rahmat Rukmana, 1994. 49 4 Ngengat Imago Plutella xylostella berupa ngengat kecil, kira-kira 5-9 mm panjangnya, berwarna coklat kelabu Gambar 3. Ketika sayap terlipat akan tampak tiga buah lekukan undulasi yang berwarna putih seperti bentuk segitiga sepanjang dorsal tubuhnya yang menyerupai bentuk berlian diamond, sehingga hama ini pun dikenal dengan nama diamond back moth. Stadium imago antara 2- 4 minggu. Biasanya imago aktif pada malam hari dan beristirahat di siang hari Pracaya, 2005. Ngengat Plutella xylostella tidak kuat terbang jauh dan mudah terbawa oleh angin. Menurut Harcourt 1954, pada saat tidak ada angin, ngengat jarang terbang lebih tinggi dari 1,5 m di atas permukaan tanah. Jarak terbang horizontal adalah 3-4 m. Longevitas masa hidup ngengat betina rata-rata 20,3 hari Vos 1953. Ngengat betina kawin hanya satu kali Harcourt 1957. Waktu ngengat sedang istirahat, antena lurus ke depan. Ngegat jantan terlihat lebih kecil dibanding dengan betina, demikian pula warnanya lebih cerah Sudarmo, 1991. 50 Lama hidup imago sekitar 12 – 20 hari, imago aktif mencari makan pada senja dan malam hari. Ngengat ini menghindar dan bersembunyi pada siang hari Kartasapoetra, 1990 dan Pracaya, 2005.

c. Daur hidup Plutella xylostella

Plutella xylostella mengalami metamorfosa sempurna, yaitu dari telur, larva ulat, pupa kepompong, dan imago ngengat. Stadium telur 3-4 hari, ulat 12 hari, pupa 6-7 hari, dan ngengat 20 hari Pracaya, 2005. Siklus dari telur hingga jadi ngengat, rata-rata 12-15 hari di tempat dengan ketinggian 250 m dan rata-rata 3 minggu di dataran tinggi Rismunandar, 1986: 90. Menurut Rahmat Rukmana 1994, Siklus hidup hama Plutella xylostella fase larva mulai dari telur hingga menjadi serangga ngengat berlangsung selama 2-3 minggu, tergantung keadaan temperatur udaranya. Pada daerah-daerah yang mempunyai ketinggian 1.250 m dari permukaan laut dan temperatur antara 14.50 – 24.6 C, daur hidupnya berlangsung selama 22 hari Lamanya daur hidup Plutella xylostella di Segunung Pacet pada suhu 16-25 o C rata-rata 21,5 hari Vos, 1953. Menurut Sastrosiswojo 1987, daur hidup Plutella 51 xylostella di KP Margahayu Lembang pada suhu 15,5- 20,6 o C rata-rata 22,0 hari Gambar 4. Gambar 4. Siklus hidup P. xylostella Tonny K. M d. Kerusakan yang Disebabkan oleh Plutella xylostella Gambar 5. Kerusakan daun oleh Plutella xylostella Sumber : Dokumentasi pribadi 6-8 hari 12-20 hari 3-4 hari 10-13 hari 52 Biasanya hama Plutella xylostella merusak tanaman sawi muda. Meskipun demikian hama Plutella xylostella seringkali juga merusak tanaman sawi yang sedang membentuk crop. Larva Plutella xylostella instar ketiga dan keempat makan permukaan bawah daun sawi dan meninggalkan lapisan epidermis bagian atas. Setelah jaringan daun membesar, lapisan epidermis pecah, sehingga terjadi lubang-lubang pada daun. Jika tingkat populasi larva tinggi, akan terjadi kerusakan berat pada tanaman sawi, sehingga yang tinggal hanya tulang-tulang daun sawi. Serangan Plutella xylostella yang berat pada tanaman sawi dapat menggagalkan panen Sastrosiswojo, 1987. Menurut Rahmat Rukmana 1994, Stadium yang merusak tanaman adalah larva ulat. Larva yang baru menetas akan merayap ke permukaan daun dan melubangi epidermis daging daun. Pada umumnya larva memakan permukaan daun bagian bawah, sehingga tulang-tulang daun dan epidermis daun bagian atas yang tersisa menjadi kering. Gejala serangan yang mudah diamati adalah daun berlubang-lubang seperti jendela-jendela yang menerawang, tinggal urat-urat daunnya saja. Kegiatan makannya meninggalkan pola bergaris pada permukaan daun. Larva yang lebih dewasa, yang 53 biasanya berwarna hijau keabu-abuan dan berubah menjadi hijau cerah, akan memakan permukaan daun. Larva tidak memakan urat daun, hanya jaringan di antaranya, membuat efek “jendela” pada tanaman yang mengalami serangan serius. Larva meliuk dengan cepat saat diganggu dan bergantung pada utas sutra. Larva dewasa membentuk kepompong berwarna hijau muda atau coklat muda di dalam gulungan sutra pada batang atau bagian bawah daun Rahmat Rukmana, 2010. Hama ini dapat merusak tanaman mulai dari pembibitan sampai dengan panen. Sampai saat ini pengendalian hama plutella di Indonesia, masih ditujukan pada pengendalian secara kimia Sembel, 2010: 214. Serangan hama ulat ini sangat cepat, sehingga dalam waktu beberapa hari saja tanaman yang diserang akan menjadi rusak Surachman dan Widada, 2007: 55-56. Serangan berat hama ini mengakibatkan bagian tanaman yang tertinggal hanya tulang-tulang daun. Bagi para petani hama ini dikenal dengan nama “gay gantung” atau ulat gantung karena apabila larvanya terganggu maka larva tersbut akan jatuh dan tergantung dengan benang sutranya. Tingkat kerusakan oleh hama ini pada tanaman masih dapat mencapai 100. Hama ini dapat secara total