Daur hidup Plutella xylostella
53
biasanya berwarna hijau keabu-abuan dan berubah menjadi hijau cerah, akan memakan permukaan daun. Larva tidak
memakan urat daun, hanya jaringan di antaranya, membuat efek “jendela” pada tanaman yang mengalami serangan
serius. Larva meliuk dengan cepat saat diganggu dan bergantung pada utas sutra. Larva dewasa membentuk
kepompong berwarna hijau muda atau coklat muda di dalam gulungan sutra pada batang atau bagian bawah daun
Rahmat Rukmana, 2010. Hama ini dapat merusak tanaman mulai dari
pembibitan sampai dengan panen. Sampai saat ini pengendalian hama plutella di Indonesia, masih ditujukan
pada pengendalian secara kimia Sembel, 2010: 214. Serangan hama ulat ini sangat cepat, sehingga dalam waktu
beberapa hari saja tanaman yang diserang akan menjadi rusak Surachman dan Widada, 2007: 55-56.
Serangan berat hama ini mengakibatkan bagian tanaman yang tertinggal hanya tulang-tulang daun. Bagi
para petani hama ini dikenal dengan nama “gay gantung” atau ulat gantung karena apabila larvanya terganggu maka
larva tersbut akan jatuh dan tergantung dengan benang sutranya. Tingkat kerusakan oleh hama ini pada tanaman
masih dapat mencapai 100. Hama ini dapat secara total
54
merusak tanaman, terutama jika serangan terjadi pada saat tanaman baru dipindahkan dari tempat pembibitan.
Ambang ekonomi hama ini di Indonesia telah ditentukan 0,1 sampai 0,5 larva per tanaman Sembel, 2010: 215.
e.
Daerah sebar dan ekologi
Hama ini bersifat kosmopolitan dan di Indonesia umumnya dapat ditemukan di pertanaman sawi di dataran
tinggi, pegunungan, atau perbukitan. Namun, karena akhir- akhir ini sawi juga ditanam di dataran rendah Plutella
xylostella juga dapat ditemukan pada pertanaman sawi di
dataran rendah. Faktor iklim curah hujan dapat mempengaruhi populasi larva Plutella xylostella. Kematian
larva akibat curah hujan lebih banyak terjadi pada larva muda, yakni larva instar ke-1 dan larva instar ke-2 daripada
larva instar ke-3 dan larva instar ke-4. Oleh karena itu, umumnya populasi larva Plutella xylostella tinggi di musim
kemarau bulan April sampai dengan Oktober atau apabila keadaan cuaca kering selama beberapa minggu. Populasi
larva yang tinggi terjadi setelah sawi berumur enam sampai delapan minggu Sudarwohadi, 1975.
55
Hama Plutella xylostella juga dapat menyerang tanaman sawi yang sedang membentuk crop sampai panen.
Keadaan ini dapat terjadi jika Sastrosiswojo, 1987 : 1
populasi musuh alaminya, yaitu parasitoid D. semiclausum
rendah; 2
hama P. xylostella telah resisten terhadap insektisida yang digunakan; dan
3 populasi larva P. xylostella sangat tinggi.
Keadaan demikian menyebabkan hama P. xylostella dapat merusak crop sawi sehingga menggagalkan panen,
karena kerusakan yang ditimbulkan bersama-sama hama C. binotalis
. dapat mencapai 100 Sudarwohadi, 1975. Nilai ambang ekonomi ulat Plutella xylostella = 1 larva 10
tanaman sampel , 40 intensitas serangan untuk tanaman sawi Rukmana, 1997. Ambang pengendalian untuk hama ulat Plutella
xylostella yakni 5 larva instar III dan IV per 10 tanaman. Jadi jika
dalam 10 tanaman terdapat 5 atau lebih larva Plutella xylostella, penyemprotan harus dilakukan Panut Djojosumarto, 2000: 85.