Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

2 bertanggung jawab. Oleh karena itu, perlunya pendidikan yang layak dan berkualitas untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Mengingat begitu pentingnya pendidikan bagi masyarakat khususnya jenjang SD sampai dengan SMA, maka pemerintah perlu menaruh perhatian lebih terhadap dunia pendidikan agar semua elemen masyarakat memperoleh pendidikan yang layak. Oleh karena itu perlunya peningkatan kualitas pendidikan melalui sarana prasarana yang memadai dan meningkatkan kualitas serta keterampilan pendidik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Oleh sebab itu, pendidik mempunyai peranan penting dalam mencetak generasi muda penerus bangsa yang berkompeten agar mampu bersaing di era modern ini guna menjadi kunci dalam pembangunan nasional. Kegiatan pembelajaran pada jenjang SMA khususnya pada mata pelajaran fisika, masih banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami materi fisika yang sebagian bersifat abstrak. Hal ini ditambah dengan masih banyaknya pendidik yang mengajar hanya dengan metode konvensional ceramah dan jarang disertai dengan praktikum atau demonstrasi, sehingga membuat peserta didik semakin susah untuk memahami materi fisika. Kecenderungan dalam menggunakan metode ceramah ini membuat banyak peserta didik kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga membuat peserta didik mudah jenuh dan bosan. Oleh karena itu, pendidik dituntut untuk terampil dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran dan mampu memilih metode ataupun model pembelajaran yang sesuai untuk digunakan. 3 Model pembelajaran merupakan bagian penting dalam kegiatan pembelajaran. Akan tetapi di sekolah masih banyak pendidik yang cenderung menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada pendidik. Permasalahan yang disebutkan di atas juga ditemukan di SMA Negeri 2 Sleman. Berdasarkan hasil observasi awal, ditemukan bahwa kegiatan pembelajaran lebih sering menggunakan model direct instruction, namun belum semua fase dilaksanakan. Dalam melakukan kegiatan pembelajaran, pendidik seringkali melewati fase dimana peserta didik mencoba secara langsung atau memvisualisasikan materi yang diajarkan dan cenderung hanya memberikan materi memalui ceramah saja. Peserta didik juga jarang ke laboratorium untuk melakukan percobaan atau praktikum. Hal inilah yang membuat kegiatan pembelajaran menjadi monoton atau kurang variatif dalam penyampaian materi fisika. Hal ini membuat peserta didik hanya melakukan aktivitas mendengarkan dan mencatat, sehingga membuat interaksi pendidik dengan peserta didik menjadi sangat minim. Masalah ini dapat mempengaruhi minat belajar peserta didik dan membuat hasil belajar fisika peserta didik menjadi rendah, hal ini dapat dilihat dari hasil Ujian Akhir Sekolah UAS peserta didik yang masih banyak dibawah KKM serta banyak peserta didik yang kurang menyukai pembelajan fisika. Salah satu model yang dapat digunakan untuk membuat peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran adalah model pembelajaran berbasis proyek. Model ini menitikberatkan pada pembuatan proyek oleh peserta didik, dimana peserta didik diberi kesempatan untuk membuat karya atau produk 4 berdasarkan dari materi yang telah diberikan di awal pembelajaran. Melalui pembuatan proyek diharapkan mampu untuk menumbuhkan kreativitas dan mampu membuat peserta didik lebih memahami secara mendalam materi yang telah diberikan. Model pembelajaran direct instruction juga salah satu model yang dapat digunakan untuk membuat siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran jika semua fase-fasenya dilakukan. Dalam model ini peserta didik diberi kesempatan untuk mencoba secara mandiri sebuah demonstrasi yang telah diberikan oleh pendidik. Oleh karena itu, model pembelajaran berbasis proyek dan model direct instruction diharapkan menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik khususnya mata pelajaran fisika. Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti memandang perlu untuk meneliti tentang Perbedaan Pengaruh Penerapan Model Berbasis Proyek dan Model Direct Instruction Terhadap Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Aspek Kognitif Fisika Peserta didik Kelas X SMA Negeri 2 Sleman.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Sebagian besar pendidik masih cenderung menggunakan model direct instruction yang fase-fasenya masih dilakukan sebagian saja. Hal ini membuat kegiatan pembelajaran terkesan monoton dan kurang melibatkan peserta didik dalam pembelajaran. 5 2. Minimnya pemanfaatan laboratorium dan kegiatan praktikum yang dilakukan sehingga peserta didik menjadi kurang terampil dalam menggunakan alat-alat fisika. 3. Banyak peserta didik mengalami kesulitan untuk memahami materi fisika yang bersifat abstrak ketika hanya disampaikan melalui ceramah. 4. Aktivitas peserta didik ataupun interaksi peserta didik dengan pendidik masih rendah, hal ini terlihat dari kecenderungan peserta didik yang hanya mencatat dan mendengarkan materi yang disampaikan pendidik. 5. Minat belajar dan hasil belajar fisika peserta didik masih tergolong rendah, hal ini ditunjukkan dari hasil UAS peserta didik yang masih banyak dibawah KKM. 6. Model pembelajaran berbasis proyek masih belum banyak diterapkan oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah khususnya di SMA Negeri 2 Sleman.

C. Pembatasan Masalah

1. Sebagian besar pendidik masih cenderung menggunakan model direct instruction yang fase-fasenya masih dilakukan sebagian saja. Hal ini membuat kegiatan pembelajaran terkesan monoton dan kurang melibatkan peserta didik dalam pembelajaran. 2. Minat belajar dan hasil belajar fisika peserta didik masih tergolong rendah, hal ini ditunjukkan dari hasil UAS peserta didik yang masih banyak dibawah KKM.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivis-Metakognitif terhadap Hasil Belajar Kognitif dan Retensi Peserta Didik IMG 20151207 0018

0 0 1

PERBEDAAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL COURSE REVIEW HORAY DAN MODEL DIRECT INSTRUCTION.

0 4 224

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA ASPEK KOGNITIF DAN AFEKTIF PESERTA DIDIK KELAS X SMA N 2 BANTUL.

0 0 287

PERBEDAAN MODEL PROJECT BASED LEARNING DAN MODEL DIRECT INSTRUCTION DITINJAU DARI ASPEK KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENINGKATAN PENGUASAAN MATERI FISIKA PESERTA DIDIK SMA.

0 1 243

PERBEDAAN MINAT DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO DAN MEDIA CETAK PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 1 SEWON.

0 1 291

PERBEDAAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA ASPEK KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS X SMA ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN KONVENSIONAL PADA MATERI SUHU DAN KALOR.

1 8 41

PERBEDAAN MINAT DAN HASIL BELAJAR ASPEK KOGNITIF ANTARA PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO DENGAN PEMBELAJARAN FISIKA TANPA MEDIA PADA PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 2 YOGYAKARTA.

0 0 1

PERBEDAAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA ASPEK KOGNITIF DAN SIKAP KERJASAMA ANTARA PEMBELAJARAN BERBASIS OUTBOUND DAN KONVENSIONAL PADA PESERTA DIDIK KELAS XI MAN YOGYAKARTA II.

0 0 1

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 2 SLEMAN.

0 0 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF KANCING GAMERINCING TERHADAP PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MATERI FISIKA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BARAKA KABUPATEN ENREKANG

1 2 172