HASIL KEGIATAN PEMBERDAYAAN LANSIA MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN Pertanyaan
199
ustadnya apa ya lebih dekat dengan ustadnyalah, kalau dengan kami kan
tetangga jadi ya bisa mbak kalau ketemu tanya gitu”. CW.3.14
dekat dengan ustadnyalah, kalau dengan kami kan tetangga jadi ya bisa mbak kalau
ketemu tanya gitu”. CW.3.14 intens bertemu dengan para lansia.
AN “Interaksi kami ya seperti biasa mbak,
mereka kan
tahu kalau
saya yang
biasanya ngasih pengunuman dan saya juga
ikut dikegiatan-kegiatan
besar. Mereka kalao ketemu saya suka tanya
nanti ngaji ga gitu mbak”. CW.4.14 “Interaksi kami ya seperti biasa mbak,
mereka kan tahu kalau saya yang biasanya ngasih pengunuman dan saya juga ikut
dikegiatan-kegiatan besar. Mereka kalao ketemu saya suka tanya nanti ngaji ga gitu
mbak”. CW.4.14
6. Apakah para lansia terbuka dalam menyampaikan pendapat atau kritik dan saran?
RW “Terbuka mbak mereka itu, kalau mau
ada perubahan atau apa ya itu mereka musyawarah nanti bilang ke kami. Kalau
mereka ada kesulitan mereka juga tanya”. CW.3.15
“Terbuka mbak mereka itu, kalau mau ada perubahan
atau apa
ya itu
mereka musyawarah nanti bilang ke kami. Kalau
mereka ada kesulitan mereka juga tanya”. CW.3.15
Para lansia
terbuka dengan
penyelenggara dalam
menyampaikan kritik,
saran maupun kesulitan yang dialama.
Para lansia
biasa melakukan
musyawarah dalam menentukan jalan keluar dari sebuah masalah
yang mereka
hadapi bersama
dalam kegiatan pemberdayaan ini.
AN “Ya terbuka mbak disini kan masih apa
ya istilahnya desa gitu lho mbak jadi sama tetangga disini
mbasih bagus,
gotong royongnya juga masih bagus. Sini biasa
rembukan mbak
sudah biasa
menyampaikan keluhan dan ide tu”. CW.4.15
“Ya terbuka mbak disini kan masih apa ya istilahnya desa gitu lho mbak jadi sama
tetangga disini mbasih
bagus, gotong
royongnya juga masih bagus. Sini biasa rembukan
mbak sudah
biasa menyampaikan
keluhan dan
ide tu”.
CW.4.15 C. FAKTOR PENDORONG DAN FAKTOR PENGHAMBAT
Pertanyaan 1. Apa saja faktor pendorong pelaksanaan pemberdayaan lansia melalui kegiatan keagamaan yang anda selenggarakan?
RW “Faktor
pendorongnya itu
warganya sendiri juga gampang digerakkan mereka
“Faktor pendorongnya itu warganya sendiri juga
gampang digerakkan
mereka Faktor pendorong dari kegiatan
pemberdayaan ini adalah semangat
200
semangat mbak walaupun awalnya itu banyak sekali tapi terus jadi separonya ya
kan sudah lumayan. Terus disini yang ngajar juga mau meluangkan waktu
walaupun tidak dibayar itu lho mbak”. CW.3.16
semangat mbak walaupun awalnya itu banyak sekali tapi terus jadi separonya ya
kan sudah lumayan. Terus disini yang ngajar
juga mau
meluangkan waktu
walaupun tidak dibayar itu lho mbak”. CW.3.16
dari para lansia, pengajar yang mau
meluangkan waktu
untuk mengajar
dan juga
mengajar secara
suka rela,
mewujudkan Kampung
Al-Quran yang
sebenarnya, serta keinginan warga bersama-sama untuk meramaikan
masjid.
AN “Pendorong pelaksanaannya karena kami
mau meramaikan masjid itu kali ya mbak, kami ingi warga kami juga rajin.
Dusun kami ini juga dapet julukan Kampung Al-Quran soalnya, jadi kami
juga rasa-rasanya harus pempertanggung jawabkan
julukan itu
gitu. Masak
kampong Al-Quran
warganya masih
banyak yang belum bisa baca Al-Quran. Warga kami juga gampang digerakkan
mbak dan juga terbuka jadi kami juga semangat”. CW.4.16
“Pendorong pelaksanaannya karena kami mau meramaikan masjid itu kali ya mbak,
kami ingi warga kami juga rajin. Dusun kami ini juga dapet julukan Kampung Al-
Quran soalnya, jadi kami juga rasa-rasanya harus pempertanggung jawabkan julukan
itu
gitu. Masak
kampoeng Al-Quran
warganya masih banyak yang belum bisa baca Al-Quran. Warga kami juga gampang
digerakkan mbak dan juga terbuka jadi kami juga semangat”. CW.4.16
2. Apa sajakah faktor penghambat dalam pelaksanaan pemberdayaan lansia melalui kegiatan keagamaan yang anda selenggarakan?
RW “Kalau
penghambat dari
penyelenggaraan dulu
ya berarti itu waktu bentuknya? Dulu malah kami
kualahan mbak karena banyak banget yang
ikut jadi
kurang pengajarnya
makannya kami
bentuk kelompok-
kelompok. Terus masalah waktu mbak, yang ikut kan sudah lua, bekerja lagi kan
ya pasti sibuk ada waktu cuma malam itu “Kalau penghambat dari penyelenggaraan
dulu ya berarti itu waktu bentuknya? Dulu malah kami kualahan mbak karena banyak
banget yang ikut jadi kurang pengajarnya makannya
kami bentuk
kelompok- kelompok. Terus masalah waktu mbak,
yang ikut kan sudah tua, bekerja lagi kan ya pasti sibuk ada waktu cuma malam itu
saja pasti capek makannya kami adakan Faktor
penghambat dalam
pelaksanaan adalah
kurangnya pengajar
karena banyak
lansia yang mengikuti kegiatan, lansia
yang hanya mempunyai waktu luang di malam hari dan sudah
lelah dari bekerja.
201
saja pasti capek makannya kami adakan seminggu sekali habis isya dimalam
Jumat sama malem minggu kalau yang TPA”. CW.3.17
seminggu sekali habis isya dimalam Jumat sama malem minggu kalau yang TPA”.
CW.3.17
AN “Penghambatnya itu pengajarnya sama
waktu mbak. Berhubung yang ngajar itu sedikit dan sibuk juga makannya kadang
mereka juga ga bisa datang. Dan masalah waktu kan warga juga selonya malam
mbak dan kalau malam kan pasti juga sudah capek lha itu tantangan kami
disitu”. CW.4.17 “Penghambatnya itu pengajarnya sama
waktu mbak. Berhubung yang ngajar itu sedikit dan sibuk juga makannya kadang
mereka juga ga bisa datang. Dan masalah waktu kan warga juga selonya malam
mbak dan kalau malam kan pasti juga sudah capek lha itu tantangan kami disitu”.
CW.4.17
3. Bagaimana cara mengatasi faktor penghambat pelaksanaan tersebut?
RW “Kalau masalah pengajar kami bagi
waktu bergiliran dan dibagi kelompok- kelompok itu mbak jadi kalau ada yang
ngajar itu enam orang misalahnya satu orang pegang satu kelompok soalnya
mereka kan mulai dari awal mbak jadi harus dibentuk kelompok biasr yang
ngajarin gampang. Kalau masalah waktu ya itu kami bikin seminggu sekali”.
CW.3.18 “Kalau masalah pengajar kami bagi waktu
bergiliran dan dibagi kelompok-kelompok itu mbak jadi kalau ada yang ngajar itu
enam orang misalahnya satu orang pegang satu kelompok soalnya mereka kan mulai
dari
awal mbak
jadi harus
dibentuk kelompok biasr yang ngajarin gampang.
Kalau masalah waktu ya itu kami bikin seminggu sekali”. CW.3.18
Cara mengatasi faktor penghambat pelaksanaan
yaitu dengan
mengatur jadwal pengajar dalam kelompok-kelopmpok lansia yang
sudah dibentuk atau mengganti waktu belajar dengan hari lain.
AN “Ya pengajarnya gantian mbak kalau
emang ga bisa semua ya ada yang usul ganti
hari biasanya,
kepepetnya ya
belajar sendiri mereka mbak. Kalau masalah waktu itu udah ga bisa diapa-
“Ya pengajarnya
gantian mbak
kalau emang ga bisa semua ya ada yang usul
ganti hari biasanya, kepepetnya ya belajar sendiri
mereka mbak.
Kalau masalah
waktu itu udah ga bisa diapa-apain lagi
202
apain lagi kayaknya mbak ga dipungkiri semua juga sudah sibuk. Ya kami pelan-
pelan saja asalah bisa berjalan terus”. CW.4.18
kayaknya mbak ga dipungkiri semua juga sudah sibuk. Ya kami pelan-pelan saja
asalah bisa berjalan terus”. CW.4.18
4. Apa sajakah faktor penghambat yang berasal dari para lansia saat pelaksanaan kegiatan?
RW “Sudah tua mereka agak sulit menangkap
apa yang kami sampaikan mbak mungkin lebih
tepatnya masalah
mengingat. Mereka lupa-lupa mbak, udah diajarkan
kemarin tapi lupa lagi kan jadinya kami harus mengulang lagi”.
“Sudah tua mereka agak sulit menangkap apa yang kami sampaikan mbak mungkin
lebih tepatnya masalah mengingat. Mereka lupa-lupa mbak, udah diajarkan kemarin
tapi lupa lagi kan jadinya kami harus mengulang lagi”.
Faktor penghambat yang bersal dari para lansia yaitu daya ingat
lansia sudah menurun sehingga harus mengulang halam tersebut
berkali-kali,
kesibukan lansia
menimbulkan rasa
lelah saat
belajar sehingga
mengurangi koonsentrasi.
AN “Kalau dilihat dari kondisinya usianya
kan sudah lansia kan ya mbak jadi yang paling kelihatan kan fisik mereka sudah
tidak sekuat kita. Jadi kalau belajar dengan kondisi yang capek kan ya
nangkepnya jadi susah dan lagi mereka mungkin agak lupa-lupa gitu mbak kalau
dari warganya”. CW.4.19 “Kalau dilihat dari kondisinya usianya kan
sudah lansia kan ya mbak jadi yang paling kelihatan kan fisik mereka sudah tidak
sekuat kita. Jadi kalau belajar dengan kondisi yang capek kan ya nangkepnya jadi
susah dan lagi mereka mungkin agak lupa- lupa gitu mbak kalau dari warganya”.
CW.4.19
203
Lampiran 8. Analisis Data Hasil Wawancara Lansia
Analisis Data Wawancara Lansia Pertanyaan
1. Apakah alasan anda mengikuti pemberdayaan lansia melalui kegiatan keagamaan ini?
Narasumber Jawaban
Reduksi Deskripsi
SY “Pokoknya kepengen bisa. Kalo bisa itu
ngajak sodara-sodara yang lain biar bisa ngajari anak cucu gitu mbak. Jaman
sekarang ini kan apa itu jenenge mbak, teknologi. Nah niku kan semakin canggih
mbak anak-anak kan butuh dikandani dan dibekali nopo maleh masalah agama.
Disini kan dapet kampung Al-Quran itu mbak. Pengennya kalo ikut ngaji ngeten
niki biar bisa jadi kampong Al-Quran yang
sebenarnya ngoten
mbak”. CW.5.1.
Alasan mengikuti kegiatan ini adalah ingin bisa mengaji. Ilmu agama itu sangat penting
apalagi di jaman teknologi yang semakin canggih. Kalau tahu ilmu agama maka bisa
menjadi contoh bagi anak cucu dan juga bisa memberikan arahan. Selain itu disini Desa
kami yang sudah mendapat julukan Kampung Al-Quran ini supaya bisa menjadi kampong
Al-Quran yang sebenarnya” CW.5.1. Alasan para lansia mengikuti
kegiatan pemberdayaan melalui kegiatan keagamaan ini yaitu
memasuki
usia lanjut
ingin mendalami
ilmu agama,
di jaman teknologi yang semakin
canggih ini
dirasa perlu
memberikan arahan dan bekal ilmu agama kepada anak cucu
maka dari itu perlu mempelajari ilmu agama lebih dalam.
SD “Kulo pengene pengen ngaji pengen
saget, beno tahunan tapi nggeh mboten nopo-nopo seng penting usaha. Pun tuwo
nek saget kan nggeh saget ngaji sitik-sitik mbak”. CW6.1
“Saya pengen bisa ngaji, walaupun bertahun- tahun tidak apa-apa yang penting usaha.
Sudah tua kalau bisa ya bisa ngaji walaupun sedikit-sedikit” CW6.1
SM “Pengen iso mbak mbiyen sekolah tapi
ora ono ngajine. Nek ngaji enek kancane akeh ngene kan seneng mbak nggehan”.
CW.7.1 “Ingin bisa mbak, dulu di sekolah tidak ada
pelajaran mengaji. Kalau ngaji banyak teman kan juga senang”CW.7.1.
204
WJ “Kulo kepengen iso tenan. Kulo mboten
sekolah, ming SD kulo deren tau ngaji. Weruh kancane do iso ngaji njuk kulo
pengen”. CW.8.1 “Ingin benar-benar bisa mengaji. Saya tidak
sekolah, hanya SD belum pernah ngaji. Lihat temannya bisa ngaji saya jadi pengen”.
CW.8.1
2. Apa metode penyampaian yang digunakan dalam kegiatan keagamaan tersebut? SY
“Nggeh ngagem iqro’ niku mbak terus diwoco
mangkeh nek
salah njuk
dibenerke Pak BS. Tapi kadang Pak BS niku nek enten seng mboten saget ngoten
ken mikir
riyen mboten
langsung dibenerke diwarahi ngoten”. CW.5.2
“Metodenya pakai metode iqro’, kami disuruh baca kalau salah nanti baru dibenarkan. Kalau
dengan Pak BS, sebisa kami harus membaca sendiri tanpa bantuan ustadnya kalau benar-
benar tidak bisa baru diberi tahu”. CW.5.2 Informasi
mengenai adanya
kegiatan pemberdayaan lansia didapatkan dari pengemuman
yang disampaikan dari Masjid oleh Takmir masjid dan juga
diumumkan
di kegiatan
yasinan. SD
“Nek TPA niku ngageme iqro’ niku mbak, penak nek ngagem iqro’ kan enten
latine teng wingking dados saget belajar kiambak”. CW.6.2
“Kalau di TPA pakainya iqro’, kalau pakai iqro’ dibelakangnya ada cara bacanya jadi
bisa untuk belajar sendiri”. CW.6.2
SM “Mbiyen ki kae ngajine modele koyo
TPA model iqro’ seng pirang jam
langsung iso kae lho mbak. Neng lak do raiso, neng ustade ki sopo kae lali. Terus
iqro’ sampe Al-Quran karo Mas WN kui mbak”. CW.7.2
“Dulu pakai metode beberapa jam bisa membaca kemudian para lansia tidak bisa
mengikuti. Kemudian pakai iqro’ dengan Mas WN”. CW.7.2
WJ “Ngagem iqro’ niku mbak. Nek iqro’
mburi niko lak enten tulisan latine, lha niko dipadakke kaleh arabe ngoten dados
saget cepet”. CW.8.2 “Pakai metode iqro. Kalau pakai iqro’ bisa
cepat karena
dibelakangnya ada
cara bacanya”. CW.8.2
3. Pernahkan sebelumnya anda mengikuti kegiatan pemberdayaan lansia melalui kegiatan keagmaan? SY
“Dulu saya pernah ikut tapi nggeh belum bisa, terus saya ikut TPA niki mau
“Dulu saya pernah ikut tapi belum bisa, kemudian
saya ikut
TPA disini
mau Para
lansia belum
pernah mengikuti
kegiatan
205
mendalami. Mendalami biar bisa betul mbak ininya cara bacanya yang bener”.
CW.5.3 mendalami agar bisa betul cara baca Al-
Quran yang benar”. CW.5.3 pemberdayaan melalui kegiatan
keagamaan yang memberikan pengajaran mulai dari dasar.
Lansia yang pernah mengikuti kegiatan mengaji akan tetapi
hanya
menggunakan metode
hafalan bukan
belajar dasar
membaca Al-Quran atau iqro’, jadi hanya hafal surat atau doa
tertentu namun
belum bisa
membaca. SD
“Dereng nate mbak. Kulo geh saking nol mbak wong dereng nate. Jaman mbiyen
kan nek sekolah nggeh mung sekolah dereng kados jaman sak niki. Riyen
mung apalan, nek a ba ta sa dereng saget”. CW.6.3
“Belum pernah mengkuti kegiatan seperti ini. Dulu saat sekolah belum ada pelajaran
mengaji. Dulu kalau ada mengaji itu tidak belajar cara membaca iqro’ tapi hanya hafalan
saja”. CW.6.3
SM “Dereng nate kulo mbak, wong kulo niki
mbiyen sekolahe ora ono ngajine. Kulo niku blas dereng saget moco Al-Quran
mbak. Nung rong taun sinau iqro niku nggeh urung iso-iso. Sagete lekas al-quan
nggeh cedak-cedak niki. Wong tuwo nek umpomo mung seminggu pisan lek moco
niku nek ora ono seng mulang lak yo tetep kangelan to”. CW.7.3
“Saya belum pernah mengikuti kegiatan
seperti ini. Dulu sekolah tidak diajarkan cara mengaji, jadi saya benar-benar belum bisa
membaca Al-Quran. Saya disini waktu belajar iqro’ dua tahun belum bisa-bisa. Kalau untuk
lansia yang belum bisa baca iqro’, kemudian tidak ada yang guru mengajar kan tetap
kesulitan” CW.7.3
WJ “Dereng nate kulo mbak. Kulo niku
mlebete pun gelombang dua niki sareng- sareng wingi niko”. CW.8.3.
“Belum pernah mengikuti kegiatan seperti ini. Mengikuti kegiatan ini sudah gelombang
kedua”. CW.8.3.
4. Kegiatan apa saja yang ada dalam pemberdayaan lansia ini? SY
“Enten kegiatan TPA malem jumat kaleh malem minggu. Yasinan malem jumat,
malem selasa kajian mbak” CW.5.4 “Kegiatan yang ada adalah TPA kelompok
Malam Jumat, TPA Malam Minggu, yasinan, dan kajian”. CW.5.4
Kegiatan yang
ada dalam
pemberdayaan lansia di Dusun Gatak adalah TPA, kajian dan
yasinan, selain itu Dusun Gatak juga
menjadi Kampung
Al- Quran
yang menyediakan
SD “Nek seng TPA nggeh moco iqro’ mbak,
nek kajian kaleh Bu YL niku kulo jarang mangkat terus nek yasinan ngoten nggeh
“Kalau yang TPA ya membaca iqro’ mbak, kalau kajian Bu YL saya jarang ikut, kalau
yasinan ya baca yasin terus diisi dengan lain-
206
mung moco yasin terus diisi lain-lain nek enten seng ajeng dirembug ngoten”.
CW.6.4 lain kalau ada yang mau didiskusikan”.
CW.6.4 kegiatan untuk masyarakat luar
yang ingin mengkikuti berbagai kegiatan
keagamaan. TPA
dibagi menjadi dua kelompok yaitu TPA iqro’ dan Al-Quran.
Ada lansia dari kelompok TPA iqro’ yang sudah memasuki
iqro’
6 disarankan
untuk mengikuti
TPA Al-Quran,
lanisa tersebut merasa minder atau kurang percaya diri karena
merasa belum lancar membaca Al-Quran.
SM “TPA niku seng Al-Quran nggeh moco
Quran mbak nggko diartikke karo Mas WN, nek kajian Bu YL kwi bahas berita-
berita seng anyar ngono kae barang. Koyo wingi kae bahas LGBT aku ngeri
banget krungune”. CW.7.4 “TPA kalau yang Al-Quran ya baca Al-Quran
terus dikaji artinya, kalau kajian sama Bu YL membahas
tentang berita
terkini seperti
LGBT”. CW.7.4 WJ
“TPA, kajian Bu YL, yasinan niku. Mriki nggeh Kampung Al-Quran riyen mbak.
Kampung Al-Quran
niku nggeh
ngadakke kegiatan ngaji ngoten niko mbak, riyen nate enten cah saking
sekolah ndeker
kegiatan teng
mriki nggeh isine ngaji teng masjid terus serene
teng omahe warga ngoten. Kulo niku diken teng Al-Quran tapi kulo teseh
dereng saget kulo terus mboten purun. Kulo riyen tumut ping pinten ngoten
terus pun. Lha rencange pun lancar kulo taseh plegak-pleguk geh mulo tumut seng
kentun mawon”. CW.8.4 “Kegiatan yang ada adalah TPA, kajian,
yasinan. Disini juga merupakan Kampung Al- Quran yaitu, serangkaian kegiatan pengajian
yang diadakan di Masjid dan menginap di rumah warga. Saya sudah disuruh ikut yang
Al-Quran tapi saya masih belum bisa jadi saya tidak mau. Dulu pernah ikut beberapa
kali tapi terus berhenti dan kembali ke TPA iqro’ karena belum lancar, sedangkan yang
lain sudah lancar”. CW.8.4
5. Apakah anda mengikuti kegiatan pemberdayaan ini secara rutin? SY
“Nggeh Alhamdulillah kula saget rutin, wong udan deres mawon kulo mangkat
mbak. Kadang nek mboten mangkat niku pas enten ewuh”. CW.5.5
“Alhamdulillah saya bisa mengikuti kegiatan ini secara rutin, hujan deras saja tetap
berangkat. Saya tidak berangkat kalau di rumah sedang ada acara”. CW.5.5
Para lansia
mengusahakan untuk selalu berangkat mengaji,
mereka tidak berangkat disaat ada keperluan keluarga seperti
hajatan, ada juga yang menjaga
SD “Geh sok-sok mboten mlampah kan kulo
“Kadang tidak
berangkat karena
saya
207
taseh kagungan mbah, dados kulo ngurus mbahe kulo niku. Kan mbahe pun
mboten saget nopo-nopo kiambak, teng dalem nggeh entene mung kulo dados
nggeh kulo seng ngurus”. CW.6.5 merawat nenek yang sudah tidak bisa apa-apa
sendiri, di rumah juga hanya ada saya jadi saya yang merawat”. CW.6.5
neneknya, jika tidak ada ustad yang mengajar mereka belajar
bersama-sama.
SM “Nek kulo mesti tak usahakke mangkat
mbak. Wong nggeh mboten tau libur paling nek Ustade mboten saget, paling
mung moco bareng-bareng ngoten. Soale kan wes gae snek mbak, nek ora yo ono
Pak Rakun kae”. CW.7.5 “Kalau saya pasti mengusahakan berangkat
mbak. TPA ini juga tidak pernah libur karena kami juga sudah membuat snack, kalaupun
tidak
ada Ustad
yang mengajar
kami membaca
Al-Quran bersama-sama”.
CW.7.5 WJ
“Mboten mesti mbak, nek nembe repot nggeh
mboten. Kulo
wingi mboten
mangkat pun rongjumat wong nembe enten keperluan 40 dinten tiang sepah”.
CW.8.5 Tidak pasti, saya tidak berangkat kalau
sedang ada acara. Saya kemarin sudah dua kali tidak berangkat karena ada hajatan”.
CW.8.5
6. Kapan dan dimana diadakannya kegiatan pemberdayaan lansia tersebut? SY
“TPA lansia itu malem jumat sama malem minggu mbak. Malem senen wage
sebulan sepindah nek niku satu Dusun. Kalau yasinan itu seminggu sekali juga
dinten minggu. Ada kegiatan kajian sama bu
YL niku
malem Selasa
mbak” CW.5.6
“TPA lansia diadakan setiap hari Kamis malam dan Sabtu malam. Minggu malam
wage setiap satu bulan sekali ada pengajian Dusun. Yasinan diadakan setiap Minggu
malam. Kajin setiap Senin Malam”. CW.5.6 Kegiatan pemberdayaan lansia
diadakan setiap
hari Kamis
malam untuk TPA iqro’, Sabtu malam untuk TPA A-Quran,
Senin malam kajian, Kamis malam bada isya yasinan.
SD “TPA Iqro’ niku malem jumat bar
magriban dugi isya’ kan damel jamaah, enten TPA kangge seng pun Al-quran
niku malem minggu nggeh sami bar “TPA iqro’ setiap Kamis malam, TPA Al-
Quran setiap Sabtu malam, kajian setiap Senin malam, dan yasinan setiap Kamis
malam bada isya”. CW.6.6
208
maghrib dugi isya’, kajian kaleh Bu Yola niku malem selasa nggeh bar maghrib
dugi isya’, enten maleh yasinan malem jumat bada isya’ kadang dugi jam
sepuluh”. CW.6.6
SM “TPA niku malem Jumat kaleh malem
Minggu, enten yasinan malem Jumat, kajian malem Selasa”. CW.7.6
“TPA setiap Kamis malam dan setiap Sabtu malam, yasinan setiap Kamis malam, dan
kajian setiap Senin malam”. CW.7.6
WJ “TPA niku malem jumat kaleh malem
minggu. Nek sing malem jumat niku seng kangge iqro’ nek malem Minggu
niku kangge seng pun Al-Quran. Yasinan niko malem jumat bada isyak, kajian Bu
YL malem selasa. CW.8.6 “TPA setiap Kamis malam untuk iqro’ dan
Sabtu malam untuk Al-Quran. Yasinan setiap Kamis
malam, dan
kajian setiap Senin malam”. CW.8.6
7. Apakah materi yang disampaikan sudah sesuai dengan kebutuhan anda? SY
“Nggeh pun mbak, wong tuwo-tuwo mriki kan kathah seng dereng saget mbak
nyatane waktu diken TPA niku nggeh do mbaleni saking iqro’ 1 kok. Kajian niku
nggeh sae niku mbak soale Bu YL niku mbahas tentang kehidupan sehari-hari”.
CW.5.7 “Banyak lansia yang belum bisa membaca Al-
Quran, saat diadakan TPA banyak lansia yang datang dan semua mulai dari iqro satu, jadi
saya rasa materinya sudah sesuai. Kajian juga membahas tentang permasalahan kehidupan
sehari-hari”. CW.5.7 Menurut
para lansia
materi yang disampaikan sudah sesuai
dengan kebutuhan
lansia dikarenakan banyak lansia yang
belum bisa membaca Al-Quran, karena merasa sudah tua jadi
mereka
ingin mendalami
agama, jika ditambah dengan materi lain lansia akan merasa
kesulitan dikarenakan
faktor usia
dan mayoritas
masih bekerja disawah.
SD “Sampun mbak. Wong nek geh ajeng
diisi kathah-khatah wong pun do tuwo- tuwo nggeh radi kangelan nek menurute
kulo. Kan geh taseh sok do teng sawah”. CW.6.7
“Materinya sudah sesuai dengan kebutuhan, kalaupun mau diisi banyak kegiatan lansia
akan mengalami kesulitan karena kebanyakan masih bekerja”. CW.6.7
SM “Pun sesuai niku mbak wong seng dereng “Materi
yang disampaikan
sudah sesuai
209
saget nggeh katah. Pas awal TPA niko mangkat kathah mbak mbok wong 50
wae ono neng omahe Mas RD niku nengo kok terus do jeleh. Seng bertahan
nggeh kantun niko ming ora wingi kae 20-30
mbak. Nek
gawe snek
40 wongan”. CW.7.7
dikarenakan banyak lansia yang masih belum bisa
membaca Al-Quran.
Waktu awal
pembentukan ada 50 lansia yang mengikuti kemudian sekarang tinggal 20-30 orang”.
CW.7.7
WJ “Nggeh pun mbak, kan kathah seng
dereng saget, nek wes tuwo ki lak yo butuh to mbak”. CW.8.7
“Sudah sesuai karena banyak lansia yang belum bisa. Kalau sudah tua itu membutuhkan
kegiatan seperti ini” CW.8.7
8. Bagaimana tahap pelaksanaan kegiatan keagamaan yang dilaksanakan? SY
“Bar jamaah sholat maghrib niku nata meja buat TPA niku terus ngaji. Dibuka
terus baca al-fatihah terus baca doa mau belajar terus ngaji satu-satu sma gurunya.
Kalo satu orang lagi ngaji terus yang lain niku baca sendiri ngoten mbak. Bar niku
pun, ditutup baca doa penutup majlis terus wangsul. Nek sing yasinan niku
dibuka terus baca yasin, doa, terus istirahat lain-lain terus pun. Nek kajian
kaleh bu YL nggeh sami tapi khusus yang perempuan”. CW.5.8
“Sesudah jamaah sholat maghrib para lansia dan ustad mempersiapkan tempat dengan
menata meja
untuk TPA.
Kemudian pembukaan dengan membaca doa, tahap inti
yaitu belajar.
Lansia melakukan
tadarus dahulu sebelum nantinya mengaji dengan
ustadnya. Setelah itu tahap penutup yaitu dengan membaca doa penutup majlis. Sama
halnya dengan kegiatan yasinan dan kajian, hanya saja ditambah dengan sesi istirahat dan
lain-lain”. CW.5.8 Pada awal pelaksanaan TPA,
Ustad melakukan tes kepada lansia untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan yang sudah dimiliki. Pelaksanaan kegiatan
keagamaan dilakukan dengan empat
tahap yaitu
tahap persiapan, pembukaan, inti dan
penutup. Pada kegiatan TPA Al-Quran tahap persiapan para
lansia dan ustad mempersiapkan meja, microfone, Al-Quran, dan
tikar. Dilanjutkan pembukaan membaca doa kemudian ustad
memberi contoh cara membaca pada ayat tersebut diikuti oleh
para lansia. Setelah itu para
SD “Nopo nggeh mung bar sholat maghrib
niko terus mulai berdoa. Terus do moco kiambak-kiambak riyen kaleh nunggu
giliran. Bar niku nek mpun nggeh berdoa lanjut jamaah isya’ mbak. Nek kados
“Setelah sholat maghrib kemudian dimulai dengan doa kemudian lansia tadarus dahulu
sambil menunggu giliran. Setelah selesai mengaji kemudian ditutup dan dilanjutkan
dengan jamaah sholat isya. Saat kajian
210
seng kajian niko nggeh sami, dibuka terus mirengke kajiane Bu YL terus nek
ajeng enteng seng ditagkletke mangkeh saget tangklet ngoten”. CW.6.8
pertama adalah
pembukaan kemudian
mendengarkan kajian, setelah itu sesi tanya jawab dan penutup”. CW.6.8
lanisa membaca satu orang satu ayat menggunakan microfone,
selanjutnya yaitu
pengkajian ayat
dilanjutkan dengan
penutup, merapikan tempat dan iuran sosial. Perbedaan dengan
TPA iqro’ berada pada tahap inti
yaitu lansia
melakukan tadarus
sendiri sambil
menunggu giliran
mengaji disimak oleh ustad, ustad juga
mencatat hasil belajar di buku prestasi setelah selesai kemudia
ditutup dan merapikan tempat. Saat kajian dan yasinan terdapat
sesi tanya jawab atau lain-lain sehingga lansia dapat bertanya
tentang
permasalahan yang
dihadapi atau tetang topic yang sedang dikaji.
SM “Kados wingi kino bar sholat maghrib
njuk nata meja, mic, Al-Quran, tikar. Bar niku njuk dibuka karo Mas WN kui, soko
mburi karo ono seng mbagekke snek. Bar dibuka kan moco doa bar kuwi diwarahi
sikek karo Mas WN cara mocone piye. Nek wes terus siji-siji kon moco nganggo
mic nek salah yo dibenerke. Bar kuwi nek Mas WN ora sibuk kyo wingi kae iso
diwoco artine, biasane sampe setengan sepuluh nek isya’ yo sholat sek. Nek karo
Pak GL sak ayat kudu bener. Wes rampung ngaji njuk ditutup moco doa,
bar kwi ngresiki ngon terus do ngekke sosial sak ikhlase mbak”. CW.7.8
“Tahapannya adalah pelaksanaannya adalah persiapan,
pembukaan, acara
inti, dan
penutup. Persiapan tempat berupa menata meja, microfone, Al-Quran, dan tikar. Setelah
itu dibuka oleh ustad dan ada yang bertugas membagikan snack. Ustad memandu cara
membaca yang benar diikuti oleh semua lansia, setelah itu lansia membaca satu orang
satu ayat menggunakan mic. Jika masih memiliki banyak waktu ustad akan mengkaji
arti dari ayat-ayat tersebut. Setelah selesai ditutup dengan doa kemudian merapikan
tempat dan iuran sosial”. CW.7.8
WJ “Riyen awal masuk dites riyen diken
maos iqro’ 1 saget nopo mboten. Nek
pas TPAne niku pertamane dibukak terus baca doa ngoten terus do baca kiambak-
kiambak kaleh nunggu giliran nek pun nggeh ditutup. Pas ngaji kaleh gurune
njuk mangkeh gurune nyatet teng buku prestasi niko, nggeh mung ngoten mbak.
Nek yasinan niko radi benten, enten lain- “Awal masuk TPA dilakukan tes oleh ustad
untuk mengetahui tingkat pemahaman lanisa. Tahapan pelaksanaan kegiatan yang pertama
yaitu pembukaan dengan doa kemudian kami tadarus
sendiri-sendiri sambil
menunggu giliran, setelah selesai kemudian ditutup.
Guru juga mencatat hasil belajar di kartu prestasi. Kalau yasinan ada sesi lain-lain,
karena dilaksanakan di rumah warga jadi ada
211
laine soale kan mboten teng masjid terus wektune kan mboten ketabrak isya’ dadi
saget tekan jam 21.30 kadang jam 22.00. Yasinan niko biasane dibukak kaleh Pak
Rakun terus nggeh moco-moco dungo ngoten niko terus moco yasin niku”.
CW.8.8 banyak waktu untuk berdiskusi”. CW.8.8
9. Apakah anda terlibat dalam pengambilan keputusan terkait dengan kegiatan yang akan diselenggarakan? SY
“Nggeh nek enteng kesulitan ngoten nggeh langsung matur kaleh seng ngajar
langusung mangkeh dirembuk bareng ngoten”. CW.5.9
“Kalau ada kesulitan langsung dibicarakan dengan
ustadnya nanti
dimusyawarahkan bagaimana solusinya”. CW.5.9
Narasumber yang masih aktif menyampaikan
materi dalam
kegiatan TPA iqro’ adalah Pak BS dan Bu LI sedangkan TPA
Al-Quran yaitu Pak WN, Pak GL dan Pak Rakun dilakukan
secara bergantian akan tetapi yang utama adalah Pak WN,
kajian dinarasumberi oleh Bu YL.
SD “Geh nek enten seng ajeng dirembug geh
kulo urun rembug, kados nek teng yasina ngoten
niko kan
dirembug bareng-
bareng. Terus mangkeh hasile nopo nek enten perubahan ngoten gari disanjangke
kaleh gurune ngoten”. CW.6.9 “Ya kalau ada yang akan dimusyawarahkan
saya ikut berpartisipasi, seperti saat di yasinan disana juga musyawarah bersama. Hasil
musyawarah nanti diumumkan” CW.6.9
SM “Mesti nek kuwi mbak, nek ono opo-opo
mesti musyawarahke kabeh melu usul piye apike ngoten. Koyo pas pak GL
lungo ra gelem mulang kae terus do laporan to terus pie wong tuwo-tuwo ki?
Nek ora ono seng do mimpin tetep ra iso mlaku nek ora ono ustade ngono to.
Terus akhire mas WN ki berjuang pie carane
gen iso
tetep berjalan
kegiatanane, bar ono Mas WN kwi lagi “Saya
pasti tertibat
dalam pengambilan
keputusan karena setiap ada permasalahan pasti dimusyawarahkan dengan warga. Seperti
saat Pak GL tidak mau mengajar, kami juga bermusyawarah bagaimana baiknya. Kalau
lansia disuruh mengaji sendiri tidak ada yang mengarahkan
kan tidak
bisa. Kemudian
akhirnya Mas WN yang menggantikan Pak GL untuk mengajar agar kegiatan tetap
berjalan”. CW.7.9
212
gelem mbak.” CW.7.9 WJ
“Nggeh mbak, nek enten seng pengen diusulke nggeh ngomong kaleh gurune
ngoten mbak. Misale jawoh terus diganti malem sabtu ngoten”. CW.8.9
“Ya saya terlibat, kalau ada yang ingin diusulkan langsung saja disampaikan kepada
ustadnya. Misalkan hujan kemudian TPA diganti Jumat malam” CW.8.9