137
menyambung tali silaturahim. Ustadzustadzah yang mengajar yaitu Pak BS, Pak WN, Bu LI,
dan Bu YL, dibantu oleh Pak Rakun. Tahap pembelajaran yang dilakukan adalah tahap
persiapan, pembukaan, inti, dan penutup. b. Metode
dan strategi
pemberdayaan Pemberdayaan lansia di Dusun Gatak dilakukan
secara berkelompok
dan metode
yang digunakan dalam pembelajaran adalah metode
iqro’ pada TPA iqro, sedangkan TPA Al-Quran disampaikan menggunakan metode ceramah
dan praktek,
yasinan dilaksanakan
menggunakan metode
praktek, dan kajian
menggunakan metode ceramah. Media yang digunakan adalah iqro’ dan. Strategi yang
dipakai adalah berpusat pada peserta didik. Saat pembelajaran beberapa lansia bertanya kepada
ustadzustadzah mengenai
kesulitan yang
dialami. c. Materi pemberdayaan
Materi yang disampaikan cara membaca iqro’ dan Al-Quran, membaca surat yasin, dan kajian
mengenai hukum agama Islam. 3. Hasil pemberdayaan lansia
melalui kegiatan keagamaan Hasil
pemberdayaan melalui
kegiatan keagamaan ini adalah kemampuan para lansia
dalam membaca iqro’ dan Al-Quran, para lansia mempunyai kegiatan yang diikuti secara
rutin, lansia menjadi rajin berjamaan di Masjid. 4. Faktor pendorong dan penghambat kegiatan
a. Faktor pendorong Yang
menjadi faktor
pendorong dalam
pemberdayaan lansia ini adalah fasilitas yang
138
mendukung, lansia yang mempunyai semangat tinggi dalam belajar, pengajar
yang mau meluangkan waktu dan sabar membimbing
lansia dalam
belajar, lansia
yang saling
memberikan semangat kepada lansia lain, dan keluarga yang mendukung.
b. Faktor penghambat Hal yang menjadi faktor penghambat dalam
pemberdayaan lansia
adalah waktu
pembelajaran yang terbatas, lansia yang sering lupa, dan kondisi fisik yang menyebabkan
kesulitan mengucapkan kalimat dengan benar.
139
Lampiran 5. Catatan Wawancara
CATATAN WAWANCARA 1 I. IDENTITAS
Nama : BS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 37 tahun
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : Guru TK
Alamat : Dusun Gatak
II. PERTANYAAN A. PEMBERDAYAAN LANSIA MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN
1. “Kami pengen warga banyak yang jamaah di masjid biar masjidnya
ramai, lalu kami bikin kegiatan pengajian untuk lansia itu Saya kan ikut pembetukan dulu itu, saya ditawari untuk ngajar ya kemudian saya ikut
berpartisipasi gitu mbak. Disini kan masih banyak yang belum bisa baca Al-Quran, itung-itung ikut membantulah”. CW.1.1
2. “Ada yasinan tapi campur semua ibu-ibu malem Senin paling. Yang iqro’ ada malem Minggu sama malem Jumat. Malem Selasa itu kajian sama Bu
YL”. CW.1.2 3.
“Iya sudah, warga juga merindukan ada kegiatan keagamaan. Orang kalau sudah sepuh-sepuh ya saya kira yang lebih dibutuhkan adalah lebih
140
mendekatkan diri kepada Seng Kuasa ya ga? Ya menurut saya sudah pas kegiatan ini”. CW.1.3
4. “Ya TPA pembelajarannya pakai metode iqro’. Dulu kan juga sempat kerjasama dengan Fan Tahsin, tapi kan mereka belum bisa baca sama
sekali mbak jadi agak kurang pas dengan itu ya terus cuma ngisi berapa kali gitu terus udah dilanjut iqro. Kalau kajian jelas kami menggunakan
metode ceramah dalam penyampaiannya”. CW.1.4 5. “Medianya ya pakai buku iqro’ itu mbak, kalo yasinan ya buku yasin.
Kalau yang Al-Quran sama kajian itu kadang juga ustadnya pakai hadits buat ngisi materinya”. CW.1.5
6. “Tempatnya masjid itu, ada meja, papan tulis juga ada mbak tapi jarang
digunakan. Ada iqro’, al-quran, buku prestasi, lemari juga ada. Sarpras dapat dari takmir itu dana dari infaq”. CW.1.6
7. “Tahapnya seperti biasa kokmbak ya waktu mulai itu baca doa mau belajar terus abis itu ya langsung belajar urut satu-satu gitu kalau sudah
selesai terus membaca doa penutup majelis itu. Kegiatan yang dibuat tidak banyak takutnya mereka yang kualahan kasihan”. CW.1.7
8. ”Ya ada yang langsung bisa ada yang tidak mbak. Ya itu kan sudah pada tidak lengkap giginya jadi kalau ngucapin huruf itu belum bisa jelas”.
CW.1.8
141
9. “Dulu waktu awal-awal itu banyak mbak. Sekarang TPA malem jumat yang aktif biasanya 7 kadang 5. Kalau yang Al-Quran itu juga banyak
wong kalau biat snace aja sampe 40 katanya”. CW.1.9 10. “Kalau tanya tentang materi ya pasti pernah mbak mereka tanya cara
bacanya gimana gitu. Kadang juga ada yang tanya masalah lain kayak sholat atau puasa gitu. Ya saya jawab mbak, saya malah seneng kalau
mereka bertanya, artinya kan mereka juga tertarik untuk lebih banyak tahu”. CW.1.10
B. HASIL KEGIATAN
PEMBERDAYAAN LANSIA
MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN
1. “Tidak ada evaluas mbak, adanya ya pakai ebta itu di iqro”. CW.1.11
2. “Waktu ngaji kan kelihatan mbak. Kalau ada materi yang sudah lewat tapi kok lupa, lha itu berarti mereka belum paham sepenuhnya mungkin baru
ditahap menghafal”. CW.1.12 3. “Beberapa diantara mereka jadi sering jamaah di Masjid mbak saya sering
ketemu. Masjid sekarang jadi lumayan rame Alhamdulillah ya sedikit- sedikit ada kemajuan mbak”. CW.1.13
4. “Iya mbak, mereka sudah lama merindukan kegiatan-kegiatan seperti ini”. CW.1.14
5. “Ya termotivasi mbak kalau yang ikut terus itu mereka saja kadang minta ganti hari kalau misalkan pada ga bisa ya sudah tua juga mbak kan
142
gampang capek. Cara memotivasinya biasanya saya ya tak bilangin kita yang penting usaha mbah masalah bisanya kapan itu nanti dulu, kalau kita
usaha kan Allah pasti juga kasih kemudahan”. CW.1.15 6.
“Kalau dibilang sudah efektif dan efisien kok juga belum cukup saya rasa. Ya sudah tapi sedikit-sedikit soalnya dari pengajar juga kadang ada
kegitan penting jadi tidak bisa datang. Sedangkan pesertanya kan sudah lansia jadi juga agak special dibandingkan dengan yang lain”. CW.1.16
C. FAKTOR PENDORONG DAN FAKTOR PENGHAMBAT
1. “Pendukungnya salah satunya ada fasilitas. Terus dari mbah-mbahnya juga semangat, mereka merasa butuh. Kalau di pengajarnya sendiri sebisa
mungkin meluangkan waktu malem Jumat. Kadang yang ngajar ada yng diajar ga ada kadang sebaliknya”. CW.1.17
2. “Kadang kedua pengajar tidak bisa ngajar, tapi kadang ada juga sih teman
yang gantin ngajar”. CW.1.18 3.
“Kalau pas ga ada yang ngajar ya kadang diganti hari atau mereka belajar sendiri. Kami juga memberikan pengertian mbak misalkan gini, kalau
mereka jarang berangkat nanti pelajaran yang lain lupa lagi nanti jadi tidak lanjut-lanjut gitu”. CW.1.19
143
CATATAN WAWANCARA 2 I. IDENTITAS
Nama : Li
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 34 tahun
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : Guru
Alamat : Dusun Gatak
II. PERTANYAAN A. PEMBERDAYAAN LANSIA MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN
1. “Disini masih banyak yang belum bisa baca Al-Quran. Kalau saya itu dulu sebelum pindah disini pernah juga ngisi pengajian di Desa saya mbak jadi
saya tahu rasanya manfaatnya. Kalau saya bisa walaupun cuman sedikit kan lebih baik ilmu itu ditularkan kepada orang lain biar bisa bermanfaat
mbak”. CW.2.1 2. “Disini ada beberapa kegiatan mbak yang TPA itu ada dua, TPA Al-Quran
setiap malam Minggu dan TPA iqro’ setiap malam Jumat. Ada lagi yaitu kajian setiap malam Selasa dan yasinian setiap malam Jumat bada isya.
Ada lagi pengajian setiap sebulan sekali kalau itu untuk umum semua boleh ikut tidak hanya yang lansia”. CW.2.2
144
3. “Pada awal dulu dibentuknya itu banyak sekali yang ikut dan mereka memang belum bisa membaca Al-Quran jadi saya rasa materinya sudah
sesuai dan juga kajian itu diisi dengan perkembangan berita terkini atau ya yang lagi ngetren apa gitu mbak”. CW.2.3
4. “Pakai metode iqro mbak karena kami pikir itu lebih mudah. Kalau yang
sudah Al-Quran itu dulunya mereka pakai metode yang berbeda jadi cepet bisa. Awalnya mau kami samakan pakai metode itu semua tapi yang di
kelompok malem Jumat itu si mbah-mbahnya banyak yang sudah sepuh banget kayak Mbah HR itu sudah 84 umurnya mbak nanti malah tambah
kesulitan”. CW.2.4 5. “Kami hanya pakai iqro’ itu mbak jadi mbak-mbahnya itu nanti baca satu-
satu kami yang koreksi. Kalau yang Al-Quran itu beda lagi mbak, karena sudah Al-Quran jadi mereka bacanya Cuma satu ayat per orang tapi nanti
semua di ajarin dulu sama ustadnya. Yang yasinan itu ya cuma baca yasin. Kajian itu juga nanti ustadzahnya menyampaikan materi secara lisan gitu
nantu mbah-mbahnya bisa tanya”. CW.2.5 6.
“Di Masjid itu sudah ada meja, tikar, rak tempat iqro, kayak buku prestasi itu, Al-Quran, microfone. Sebenarnya di Masjid itu juga ada papantulis
mbak tapi tidak kami gunakan karena menurut kami lebih efektif kalau diajarin pakai iqro’ langsung. Kalau yang Al-Quran juga ada snaknya