24
3. Kosmologi religius merupakan bentuk kepercayaan dan praktik ritual yang
meneydiakan interpretasi providential atas kehidupan dan alam. Kosmologi religius menyediakan interpretasi moral dan praktik bagi keidupan sosial dan kehidupan
pribadi dan bagi dunia alam. Yang menginterpretasikan lingkungan yang aman bagi pemeluknya.
4. Tradisi, juga dapat memberikan lingkungan bagi perkembangan kepercayaan
masyarakat. Tradisi merupakan sarana untuk mengaitkan masa kini dengan masa depan, berorientasi kepada masa lalu dan waktu dapat berulang. Tradisi adalah
utinitas, namun dia adalah rutinitas yang penuh makna secra intrinsik, ketimbang hanya sekedar perilaku kosongyang hanya berorientasi kepada kebiasaan semata.
Makna aktivitas rutin berada di dalam penghormatan atau pemujaan yang melekat dalam tardisi dan dalam kaitan antara tradisi dan ritual.
Pada Etnis Tionghoa di Bagansiapiapi, terdapat beberapa kepercayaan sebagai nilai dan norma yang membuat nelayan Etnis Tionghoatidak akan melaut pada hari-
hari tertentu. Salah satu contohnya adalah pada saat adanyaa acara ritual bakar tongkang, yang mana pada ritual ini mereka membakar kapal yang terbuat dari
kertas dan melihat kemana arah jatuhnya kapal tersebut dan kemudian menjadikan hal tersebut sebagai panduan ataupun petunjuk untuk mereka melaut ataupun
melakukan pekerjaan lainnya.
2.5 Kehidupan Sosial Ekonomi Nelayan Tionghoa
Indonesia merupakan negara maritim yang tentunya memiliki hasil laut yang melimpah namun, masyarakat nelayan yang tinggal di sepanjang pesiair pantai atau
Universitas Sumatera Utara
25
yang lebih dikenal dengan masyarakat pesisir sangat dekat dengan kemiskinan. Kemiskinan dan keterbelakangan pada masyarakat nelayan seperti telah menjadi
suatu stigma di masyarakat Indonesia. Hal ini hampir terjadi pada seluruh nelayan di Indonesia tak terkecualu nelayan Tionghoa yang berada di Bagansiapiapi. Tak ada
bedanya dengan nelayan pribumi lainnya, nelayan Tionghoa juga memiliki masalah dan kendala dalam perekonomiannya.
Pada umumnya masyarakat pesisir mempunyai nilai budaya yang berorientasi selaras dengan alam, sehingga teknologi memanfaatkan sumber daya alam adalah
teknologi adaptif dengan kondisi wilayah pesisir. Kehidupan sosial nelayan Tionghoa tidak berbeda jauh dengan kehidupan sosial masyarakat nelayan lainnya
yang ada di Bagansiapiapi maupun di Indonesia. Salah satu contohnya adalah rendahnya pendidikan, produktivitas yang sangat tergantung pada musim,
terbatasnya modal usha, kurangnya sarana penunjang dan lain-lain yang nengakibatkan pendapatan masyarakat nelayan menjadi tak menentu.
Saat ini, Bagansiapiapi tak lagi menjadi penghasil ikan dan hasil tangkapan laut lainnya terbesra di Indonesia karena posisi itu sudah diambil oleh Banyuwangi.
Hal ini semakin menjadikan kehidupan ekonomi masyarakat nelayan dan nelayan Tionghoa semakin terdesak, apalagi ditambah dengan adanya beberapa nelayan dari
Sumatera Utara dengan kelengkapan melaut yang lebih modern masuk ke wilayah perairan Riau untuk menangkap ikan, hal ini tentunya sangat merugikan nelayan
pribumi dan nelayan Tionghoa yang hanya menggunakan alat penangkap ikan yang masih tradisional.
Universitas Sumatera Utara
26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode penelitian kualitatif adalah metode
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan nilai-nilai secra
holistic dan dengan menggunakan pendekatan deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai
metode ilmiah Moleong, 2006 : 6. Penelitian kualitatif digunakan untuk melihat secara utuh serta berusaha untuk menggambarkan fenomena yang terjadi, maka
dengan metode kualitatif peneliti akan mendapatkan data dan informasi yang jelas, mendalam serta terperinci mengenai faktor apa yang menyebabkan Etnis Tionghoa
menjadi nelayan serta bagaimana pemanfaatan modal sosial nelayan Etnis Tionghoa di Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir, Riau.
Sedangkan pendekatan deskriptif adalah pendekatan yang mengacu pada identifikasi sifat-sifat yang membedakan atau karakteristik sekelompok manusia,
benda, atau peristiwa. Pada dasarnya, deskriptif kualitatif melibatkan proses
Universitas Sumatera Utara
27
konseptualisasi dan menghasilkan pembentukan skema-skema klasifikasi Ulber, 2009 : 27.
3.2 Lokasi Penelitian