Norma Kepercayaan Pemanfaatan Modal Sosial Nelayan Etnis Tionghoa (Studi Pada : Nelayan Etnis Tionghoa di Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir, Riau)

19 sosial melihat hubungan antara individu yang memiliki makna subyektif yang berhubungan atau dikaitkan dengan sesuatu sebagai simpul dan ikatan. Suatu ciri khas teori jaringan adalah pemusatan pada struktur mikro hingga makro. Artinya, bagi teori jaringan, aktor mungkin saja individu wellman dan Wortley, 1990, tetapi mungkin pula kelompok, perusahaan Baker,1990; Clawson, Neustadlt, dan Bearden, 1968; Mizruchi dan Koenig, 1986 dan masyarakat. Hubungan dapat terjadi ditingkat struktur sosial skala luas maupun ditingkat yang lebih mikroskopik Ritzer, 2008 : 383.

b. Norma

Norma dapat didefenisikan sebagai patokan berperilaku dalam kelompok atau masyarakat tertentu. Norma memungkinkan seseorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakannya akan dinilai oleh orang lain, sekaligus merupakan kriteria bagi pihak lain untuk mendukung atau menolak suatu perilaku. Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok msyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma akan berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya norma disusun agar hubungan diantara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan. Himpunan Materi Kuliah Sosiologi, 2010 : 49.

c. Kepercayaan

Universitas Sumatera Utara 20 Dalam terminologi sosiologi, konsep kepercayaan dikenal dengan trust. Menurut Giddens dalam Damsar : 185 kepercayaan pada dasarnya terikat, bukan kepada resiko, namun kepada berbagai kemungkinan. Kepercayaan selalu mengandung konotasi keyakinan ditengah-tengah berbagai akibat yang serba mungkin, apakah dia berhubungan dengan tindakan individu atau dengan beroperasinya sistem. Defenisi kepercayaan yang tidak dikaitkan dengan risiko, juga dikemukakan oleh Zucker 1985 dalam Damsar : 186. Zucker memberi batasan kepercayaan sebagai “seperangkat haapan yang dimiliki bersama – sama oleh semua yang berada dalam pertukaran”. Defenisi Zucker tersebut dekat dengan batasan yang diberikan oleh Lawang. Menurut Lawang 2004 : 36 dalam Damsar : 186 kepercayaan merupakan “hubungan antara dua belah pihak atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu pihak atau kedua belah pihak melalui interaksi sosial”. Selanjutnya Lawang 2004 dalam Damsar : 187 menyimpulkan inti konsep kepercayan sebagai berikut : i Hubungan sosial antara dua orang atau lebih. Termasuk dalam hubungan ini adalah institusi, yang dalam pengertia ini diwakili orang. ii Harapan yang akan terkandung dalam hubungan itu, yang kalau direalisasikan tidak akan merugikan salah satu atau kedua belah pihak. iii interaksi yang memungkinkan hubungan dan harapan itu berwujud. Tradisi juga dapat menjadi lingkungan bagi perkembangan kepercayaan masyarakat. Tradisi merupakan sarana untuk mengaitkan masa kini dengan masa depan, berorientasi kepada masa lalu dan waktu yang dapat berulang. Tradisi adalah Universitas Sumatera Utara 21 rutinitas. Namun dia adalah rutinitas yang penuh makna secara intrinsik ketimbang hanya sekedar perilaku kosong yang hanya berorientasi kepada kebiasaan semata. Dalam usaha bisnis di kalangan Cina, kepercayaaan Bahasa Cina : Xinyong diletakkan atas keempat dasar, yaitu hubungan kekerabatan, komunitas masyarakat lokal, kosmologi religius, dan tradisi. Hubungan kekeluargaan dan hubungan sosial. Hubungan kekeluargaan memberikan basis kepercayaan antar individu dalam melakukan hubungan bisnis. Kemudian basis kepercayaan keluarga tersebut diperluas menjadi hubungan kekerabatan fiktif, yaitu memasukkan orang luar menjadi anggota keluarga kerabat karena kepercayaan mereka telah teruji terhadap keluarga mereka. Kerabat fiktif tersebut diberi gelar atau panggilan kekerabatan paman, abang, adik atau kakak. Selanjutnya, basis kepercayaan keluarga bisa juga diperluas dengan ikatan semarga. Para migran orang Cina awal memakai nama maraga atau klan yang sama untuk menunjukkan bahwa mereka berasal dari satu leluhur yang sama. Melalui perasaan kesamaan leluhur, mereka membangun kepercayaan agar bisa saling membantu. Selain itu, kepercayaan juga dapat diperluas dengan ikatan alumni sekolah atau perguruan tinggi. Kosmologis religius masyarakat Cina dalam bentuk konfusionisme menguatkan basis kepercayaan yang telah dimiliki sebelumnya seperti hubungan kekerabatan dan komunitas masyarakat lokal. Dalam konteks ini, keluarga Cina lebih kohesif dibandingkan dengan keluarga dari etnis lainnya. Basis kepercayaan yang seperti inilah yang dimiliki oleh masyarakat Cina perantauan dalam menjalin jaringan diantara sesama. Universitas Sumatera Utara 22 Kepercayaan yang didasarkan berbagai hubungan tersebut, dikenal dalam masyarakat Cina sebagai Guanxi, yaitu hubungan yang dipersonalisasikan dengan orang-orang yang dapat dipercaya dan oleh dia orang lain akan dipercaya melalui pengkombinasian elemen – elemen instrumentalisme dan resiprositas, merupakan saluran untuk memperoleh kredit dan kemudahan lain dalam berbisnis. Sedangkan di luar dari hubungan tersebut, kepercayaan dibangun atas hubungan sosial yang dibina melalui interaksi sosial Damsar, 2011 : 186.

2.4 Modal Sosial Nelayan Tionghoa

Dokumen yang terkait

Tradisi Rantangan Sebagai Modal Sosial di Kalangan Suku Jawa (Studi Kasus di Desa Urung Pane, Kabupaten Asahan)

2 76 89

Potensi Modal Sosial Buruh Bangunan (Studi Deskriptif Pada Buruh Bangunan di Lingkungan 12 Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang)

1 66 120

Komunikasi Antarbudaya Etnis Tionghoa Dan Pribumi Di Komplek Puri Katelia Indah Di Kecamatan Medan Johor Kota Medan

10 119 99

Perbedaan Self-Efficacy Antara Siswa Etnis Tionghoa Dan Non Tionghoa Di SMA Mayoritas Etnis Tionghoa (Studi Kasus SMA Sutomo 1 Medan)

0 97 73

Motif Etnis Tionghoa Bekerja sebagai Pegawai Negeri Studi Kasus pada PNS dan Polisi di Sumatera Utara)

1 45 135

Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Pemberdayaan Ekonomi Lemah (Studi Deskriptif Penggunaan Dana Badan Amil Zakat, Infaq, Sedekah Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat di Kota Medan)

1 86 63

Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Credit Union (Studi deskriptif mengenai Kopdit/CU Cinta Kasih di Pulo Brayan, Medan)

3 99 107

Komunikasi Antarbudaya di Kalangan Mahasiswa (Identitas Etnis Mahasiswa Etnis Tionghoa dalam Kompetensi Komunikasi dengan Mahasiswa Pribumi di Kalangan Mahasiswa Fakultas Teknik stambuk 2009 dan 2010 Universitas Sumatera Utara).

5 75 211

Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun)

0 56 88

Orientasi Nilai Keluarga Etnis Tionghoa Yang Menitipkan Orangtua di Panti Jompo (Studi Deskriptif Pada Keluarga Etnis Tionghoa Yang Menitipkan Orangtuanya di Panti Jompo Karya Kasih Medan)

29 227 96