11
a. Modal sosial
Modal sosial merupakan suatu cara atau konsep seseorang dalam menjalin hubungan dan menumbuhkan rasa saling percaya dengan sesamanya yang memiliki
tujuan dan nilai hidup yang sama sehingga dapat membentuk suatu jaringan sosial. Putnam dalam Herman, 2006 : 433 mengatakan bahwasanya modal sosial adalah
suatu keuatan yang mewujudkan komunitas humanistik dan demokratis untuk peduli dengan kepentingan bersama, hubungan horizontal diantara individu secara face to
face yang didorong oleh trust. Modal sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan ataupun cara yang dimiliki oleh nelayan Tionghoa untuk dapat
saling saling percaya, berlaku jujur dalam melaut ataupun menjual hasil dari melaut, egaliter, memiliki rasa belas kasihan kepada sesama nelayan Tionghoa dan nelayan
pribumi yang pada akhirnya dapat membangun ataupun membentuk sebuah jaringan dengan nelayan Tionghoa maupun nelayan lainnya yang bukan etnis Tionghoa.
b. Etnis Tionghoa
Tionghoa adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut Orang Cina karena, kebanyakan Orang Tionghoa merasa terhina dan tersindir jika dipanggil
dengan sebutan Cina. Dalam konsep ini, Etnis Tionghoa adalah sekelompok orang yang berasal dari Cina yang merantau dan akhirnya terdampar di Pantai Bagan.
Karena mereka merasa telah menemukan tempat yang nyaman untuk melangsungkan hidupnya maka mereka mulai mengajak sanak keluarga untuk
Universitas Sumatera Utara
12
merantau ke daerah yang sekarang ini disebut Kota Bagan Siapiapi, oleh sebab itulah sebagian besar penduduk di Bagansiapiapi ini adalah Orang Tionghoa.
c. Nelayan Tionghoa
Nelayan Tionghoa adalah sekumpulan atau sekelompok orang yang berasal dari Cina yang kemudian merantau dan menetap di daerah perairan yang pekerjaan
sehari-harinya adalah menangkap ikan dan biota laut lainnya. Perairan yang menjadi daerah aktivitas nelayan ini adalah perairan tawar, payau dan laut.
d. Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi merupakan suatu status ataupun kedudukan seseorang dalam masyarakat yang dapat dilihat dari keadaan ekonomi dan penghasilan yang dimiliki
nelayan Tionghoa, tingkat pendidikan, hubungan sosialnya dengan orang lain serta solidaritas yang dimiliki oleh nelayan Tionghoa.
Universitas Sumatera Utara
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembangunan Pada Nelayan
Nelayan merupakan sebutan untuk sekelompok orang yang tinggal di daerah pesisir atau perairan yang bekerja menangkap dan mengolah hasil laut guna
memenuhi kebutuhan hidupnya. Persebaran nelayan di Indonesia sebenarnya sangat luas, hal ini dikarenakan Indonesia merupakan sebuah negara maritim.Sejak zaman
dahulu, masyarakat Indonesia memang sudah identik sebagai pelaut atau nelayan, apalagi orang Indonesia percaya dengan istilah “nenek moyangku adalah seorang
pelaut”. Tentunya nenek moyang pelaut ini juga dikenal sebagai orang yang gemar melaut untuk mencari ikan, berdagang, dan berinteraksi dengan orang-orang di
negara lain. Oleh sebab itu tentunya tidak heran jika Indoensia memiliki banyak nelayan dari berbagai suku dan etnis yang tersebar di seluruh Indonesia.
Potensi sumber daya alam kelautan dan perikanan merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal. Akibatnya,
melihat potensi yang ada seharusnya masyarakat nelayan merupakan masyarakat yang makmur dan sejahtera, namun pada kenyataannya sebagian besar dari mereka
masih jauh dari kata sejahtera. Sumber daya alam tersebut belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan bangsa secara keseluruhan.
Masalah yang paling mendasar adalah mengapa masyarakat nelayan atau msyarakat
Universitas Sumatera Utara
14
pesisir miskin atau setidaknya dianggap miskin, sementara sumber daya laut melimpah. Melihat besarnya sumber daya laut yang tersedia, sulit dimengerti bahwa
kemiskinan yang menimpa sebagian besar masyarakat nelayan merupakan kemiskinan alamiah.
Di Bagansiapiapi setiap tahunnya pada tanggal 15 dan 16 bulan kelima penanggalan cina setelah imlek masyarakat etnis Tionghoa melakukan ritual bakar
tongkang, yaitu suatu tradisi budaya membakar kapal tongkang yang merupakan ucapan syukur masyarakat etnis Tionghoa kepada dewa atas kemakmuran,
keselamatan dan rejeki yang mereka dapatkan, sekaligus untuk melihat rejeki di tahun berikutnya. Ritual bakar tongkat ini sudah berlangsung cukup lama dan kini
juga menjadi salah satu daya tarik pariwisata Bagansiapiapi. Hal ini tentunya membawa dampak baik kepada nelayan di Bagansiapiapi, karena pada saat ritual
bakar tongkang ini banyak wisatawan yang datang ke Bagansiapiapi, baik itu etnis Tionghoa maupun non Tionghoa yang berasal dari dalam ataupun luar negeri.
Wisatawan-wisatawan ini memberikan keuntungan pada nelayan karene pastinya mereka akan memborong makannan-makanan laut hasil tangkapan para nelayan
yang sudah terkenal kelezatannya. Pemerintahan Bagansiapiapi juga telah melakukan berbagai upaya
pembangunan pada masyarakat nelayan, salah satunya adalah membuat kampung nelayan di tepian sungai dengan membangun 50 rumah pada tahap pertama yang
nantinya rumah ini kana diberikan kepada nelayan secara gratis agar setiap sehabis melaut nelayan dapa menyandarkan perahunya di tepi sungai yang tidak jauh dari
rumah. Hal ini tentunya juga dapat menguatkan jaringan sosial yang ada pada
Universitas Sumatera Utara
15
nelayan serta menumbuhkan rasa percaya pada pemerintah yang akan terus membantu nelayan. Salah satu alasan dibangunnya kampung nelayan ini adalah
kerena sebagaimana diketahui kehidupan ekonomi nelayan tergolong rendah yang membuat banyak nelayan memiliki rumah yang kurang layak untuk ditempati dan
juga tempat tinggal mereka tidak terfokus di satu tempat. Selain itu juga saat ini pemerintah sedang merencanakan untuk membangun sekolah-sekolah bagi
masyarakat pinggiran dan perbatasan daerah untuk meningkatkan sumber daya yang ada serta menyadarkan masyarakat bahwa pendidikan itu penting bagi kemajuan
suatu daerah.
2.2 Modal Sosial dalam Persfektif Sosiologi