22
Kepercayaan yang didasarkan berbagai hubungan tersebut, dikenal dalam masyarakat Cina sebagai Guanxi, yaitu hubungan yang dipersonalisasikan dengan
orang-orang yang dapat dipercaya dan oleh dia orang lain akan dipercaya melalui pengkombinasian elemen – elemen instrumentalisme dan resiprositas, merupakan
saluran untuk memperoleh kredit dan kemudahan lain dalam berbisnis. Sedangkan di luar dari hubungan tersebut, kepercayaan dibangun atas hubungan sosial yang
dibina melalui interaksi sosial Damsar, 2011 : 186.
2.4 Modal Sosial Nelayan Tionghoa
Modal sosial merupakan isu yang menarik yan banyak dibicarakan dan dikaji belakangan ini. Menurut Syahputra 2007 modal sosial barulah bernilai ekonomis
jika dapat membanttu individu atau kelompok misalnya untuk mengakses sumber- sumber keuangan, mendapatkan informasi, menemukan pekerjaan, merintis usaha,
dan meminimalkan biaya transaksi. Lebih jauh dikemukakan bahwa modal sosial yang nantinya akan membentuk
suatu jaringan sosial dan kepercayaan yang bernilai ekonomis, antara lain karena memberikan manfaat untuk memperoleh peluang uasaha. Selain itu juga bermanfaat
dalam memperoleh bantuan ataupun pinjaman yang bersifat informal. Jika dikaitkan dengan konteks penelitian yang dilakukan terhadap nelayan
Etnis Tionghoa dirasakan sangat relevan, karena manfaat jaringan dan kepercayaan yang dibentuk melalui pemanfaatan modal sosial diharapkan bersifat ekonomis
yakni bisa membantu dalam penjualan hasil tangkapan dan saling bekerja sama dalam melaut.
Universitas Sumatera Utara
23
Menurut Gidden Damsar, 2009 : 187 dalam masyarakat pramodern ditemukan empat lingkungan yang menumbuh kembangkan kepercayaan dalam
sebuah niali yaitu : 1.
Hubungan kekerabatan yang menyediakan suatu mata rantai hubungan sosial yang dapat diandalkan yang secara prinsip dan umum dilakukan, membentuk media
pengorganisasian relasi kepercayaan, seperti sistem kekerabatan matrilineal yang bermula dari hubungan semade, seperut, senenk, seninik, sekaum dan sesuku telah
menjadi perekat hubungan sesama satu kerabat dan sebagai jembatan yang menghubungi kelompk, terutama kelompok luar. Hubungan kekerabatan
Minangkabau yang menjadi perekat dan jembatan relasional tersebut pada gilirannya, menerbitkan bibit kepercayaan, baik antara sesama kerabat maupun
dengan kelompok luar. 2.
Komunitas masyarakat lokal memberikan lingkungan yang baik bagi tumbuh kembangnya kepercayaan di masyarakat pra modern. Mmenurut Gidden
komunitas lokal tidak dikaitkan dengan romantisme budaya, tetapi lebih kepada arti penting dari relasi lokal yang diatur dalam konteks tempat, dimana tempat belum
ditransformasikan oleh relasi ruang waktu yang berjarak. Oleh karenanya, komunitas lokal sebagai tempat yang menyediakan suatu milieu yang bersahabat.
Kembali pada contoh masyarakat pada Minangkabau selain jaringan kekerabatan matrilineal juga jaringan komunitas lokal yang dapat konteks bagi tumbuh kembang
kepercayaan seperti jaringan sedusun, sekampung, sejorong senagari, selunak dan Minangkabau merupakan jatingan komunikasi masyarakat lokal yang ditarik dari
komunitas terkecil sampai terbesar pada setting masyarakat Minangkabau.
Universitas Sumatera Utara
24
3. Kosmologi religius merupakan bentuk kepercayaan dan praktik ritual yang
meneydiakan interpretasi providential atas kehidupan dan alam. Kosmologi religius menyediakan interpretasi moral dan praktik bagi keidupan sosial dan kehidupan
pribadi dan bagi dunia alam. Yang menginterpretasikan lingkungan yang aman bagi pemeluknya.
4. Tradisi, juga dapat memberikan lingkungan bagi perkembangan kepercayaan
masyarakat. Tradisi merupakan sarana untuk mengaitkan masa kini dengan masa depan, berorientasi kepada masa lalu dan waktu dapat berulang. Tradisi adalah
utinitas, namun dia adalah rutinitas yang penuh makna secra intrinsik, ketimbang hanya sekedar perilaku kosongyang hanya berorientasi kepada kebiasaan semata.
Makna aktivitas rutin berada di dalam penghormatan atau pemujaan yang melekat dalam tardisi dan dalam kaitan antara tradisi dan ritual.
Pada Etnis Tionghoa di Bagansiapiapi, terdapat beberapa kepercayaan sebagai nilai dan norma yang membuat nelayan Etnis Tionghoatidak akan melaut pada hari-
hari tertentu. Salah satu contohnya adalah pada saat adanyaa acara ritual bakar tongkang, yang mana pada ritual ini mereka membakar kapal yang terbuat dari
kertas dan melihat kemana arah jatuhnya kapal tersebut dan kemudian menjadikan hal tersebut sebagai panduan ataupun petunjuk untuk mereka melaut ataupun
melakukan pekerjaan lainnya.
2.5 Kehidupan Sosial Ekonomi Nelayan Tionghoa