Hasil Orientasi Selang Waktu Pemotongan Kaki Setelah Injeksi

Dari hasil penyarian dapat dilihat bahwa semakin tinggi dosis maka semakin sedikit hasil sarian yang diperoleh. Hal ini disebabkan semakin tinggi dosis semakin banyak serbuk jamu yang ditimbang. Pada dosis 3x, serbuk hanya dapat terbasahi sehingga hasil sarian sedikit dan sangat kental jika dibandingkan dengan dosis yang lebih kecil.

B. Hasil Orientasi Percobaan

Hasil orientasi percobaan digunakan untuk memaksimalkan metode yang digunakan. Dengan demikian hasil yang diperoleh memiliki kevalidan dan keakuratan yang dapat diterima. Dengan uji orientasi ini pula bahan-bahan yang digunakan dapat berfungsi semaksimal mungkin. Hasil uji orientasi ini digunakan untuk percobaan berikutnya. Dalam penelitian ini dilakukan dua orientasi yaitu orientasi selang waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin dan orientasi waktu pemberian natrium diklofenak dengan dosis efektif. Dosis efektif natrium diklofenak tidak dilakukan orientasi tetapi menggunakan dosis efektif hasil orientasi dalam penelitian yang dilakukan oleh Maryanto 1997 yaitu sebesar 4,48 mgkg BB.

1. Hasil Orientasi Selang Waktu Pemotongan Kaki Setelah Injeksi

Karagenin Uji pendahuluan selang waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin bertujuan untuk mendapatkan waktu yang tepat saat karagenin dapat menyebabkan udema yang maksimum pada telapak kaki mencit setelah penyuntikan karagenin. Dalam penelitian ini perlu diperoleh bobot udema yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI maksimum agar nantinya efek dari obat natrium diklofenak sebagai kontrol positif dapat terlihat dengan jelas yaitu ada selisih yang cukup signifikan di antara keduanya. Data bobot udema kaki mencit yang dihasilkan akibat pemberian karagenin dalam berbagai selang waktu pemotongan kaki 1 ,2, 3, dan 4 jam dapat dilihat pada lampiran 11. Rata-rata bobot udema kaki mencit pada tiap kelompok dapat dilihat pada tabel I dan grafik rata-rata bobot udema dapat dilihat pada gambar 6. Tabel I. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1 subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki Selang Waktu Pemotongan Kaki jam Rata-rata Bobot Udema Kaki g + SE n=5 1 0,0302 ± 0,0033 2 0,0417 ± 0,0045 3 0,0620 ± 0,0055 4 0,0618 ± 0,0044 Gambar 6. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1 subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki Dari gambar grafik di atas dapat dilihat bahwa bobot udema akibat pemberian karagenin secara subplantar meningkat hingga jam ke-3. Namun mulai jam ke-3 hingga jam ke-4 bobot udema mengalami sedikit penurunan. Pada kelompok 1 jam bobot udem yang terbentuk belum terlalu besar. Pada kelompok PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 jam memiliki bobot udem yang terbesar. Sehingga dapat dilihat bahwa karagenin memberikan bobot udem yang maksimum pada jam ke-3. Setelah melewati 3 jam dapat dilihat bobot udem mulai mengalami penurunan. Hal ini terlihat pada kelompok 4 jam memberikan rata-rata bobot udem yang lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata bobot udem pad kelompok 3 jam. Rata-rata bobot udem akibat injeksi karagenin perlu diuji secara statistik untuk melihat apakah di antara kelompok memiliki perbedaan yang berarti. Pertama-tama data tersebut perlu diuji dengan menggunakan Kolmogorov- Smirnov untuk melihat distribusi datanya. Dari hasil analisis yang diperoleh dapat dilihat bahwa data tersebut memiliki probabilitas p sebesar 0,979 yang berarti data terdistribusi normal sebab nilai probabilitas p 0,05. Dengan demikian data tersebut memenuhi syarat untuk dilanjutkan pada analisis Anova Satu Arah dengan taraf kepercayaan 95. karena syarat suatu data dapat dianalisis dengan Anova adalah data tersebut harus terdistribusi normal. Analisis menggunakan Anova ini bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan yang bermakna antar kelompok. Berikut adalah hasil uji homogenitas variansi antar kelompok. Tabel II. Hasil uji homogenitas variansi pada tiap kelompok selang waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin Levene Statistic df 1 df 2 Probabilitas p 1,088 3 16 0,382 Data tersebut memiliki nilai probabilitas p 0,382 yang berarti Ho diterima. karena Ho ditolak jika nilai probabilitas p 0,05. Ho berarti variansi pada tiap kelompok tidak berbeda. Jika Ho diterima berarti variansi pada tiap kelompok seragam sehingga dapat dilakukan pada uji Post Hoc Scheffe karena PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI syarat untuk dapat lanjut ke uji scheffe adalah variansi antar kelompok harus seragam. Jika tidak seragam, uji Post Hoc Scheffe dapat tetap dilanjutkan akan tetapi akan menghasilkan analisis yang tidak valid. Oleh karena itu untuk uji data yang memiliki variansi antar kelompok yang tidak seragam dilakukan dengan uji Kruskal Wallis. Rangkuman hasil uji Anova Satu Arah dapat dilihat pada tabel III . Tabel III. Rangkuman hasil uji Anova Satu Arah data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1 subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki Keterangan DF F Probabilitas p Bobot udema antarkelompok perlakuan 3 12,287 0,000 Nilai probabilitas p 0,000 menunjukkan ada perbedaan minimal antara 2 kelompok yang diuji karena nilai p 0,05 sehingga Ho ditolak. Ho berarti tidak ada perbedaan yang signifikan di antara kelompok. Untuk melihat pada kelompok mana saja yang memiliki perbedaan yang signifikan perlu dilakukan uji Post Hoc Scheffe. Rangkuman hasil uji Scheffe dapat dilihat pada tabel IV. Tabel IV. Rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1 subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki Kelompok x + SE Perbandingan bobot udema antar kelompok I II III IV I 0,0302 + 0,0033 - TB B B II 0,0417 + 0,0045 TB - B B III 0,0620 + 0,0055 B B - TB IV 0,0618 + 0,0044 B B TB - Keterangan: I = pemotongan kaki 1 jam setelah injeksi karagenin 1 subplantar II = pemotongan kaki 2 jam setelah injeksi karagenin 1 subplantar III = pemotongan kaki 3 jam setelah injeksi karagenin 1 subplantar IV = pemotongan kaki 4 jam setelah injeksi karagenin 1 subplantar B = berbeda bermakna p 0,05 TB = berbeda tidak bermakna p 0,05 x = rata-rata bobot udema SE = standard error PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Dari tabel IV dapat dilihat bahwa pada kelompok I 1 jam dan kelompok II 2 jam berbeda bermakna dengan kelompok III 3 jam dan kelompok IV 4 jam. Sementara itu antara kelompok I dengan kelompok II berbeda tidak bermakna. Demikian juga dengan kelompok III dan kelompok IV berbeda tidak bermakna. Arti secara statistik jika pemotongan kaki dilakukan 1 jam setelah injeksi karagenin 1 subplantar maka bobot udema tidak akan berbeda dengan bobot udema jika pemotongan kaki dilakukan 2 jam setelah injeksi karagenin. Akan tetapi jika pemotongan kaki dilakukan 3 jam atau 4 jam setelah injeksi karagenin 1 subplantar bobot udema akan berbeda dengan bobot udema jika pemotongan dilakukan 1 atau 2 jam setelah injeksi karagenin 1 subplantar. Pada kelompok 3 jam arti secara statistik tidak berbeda dengan kelompok 4 jam. Bobot udema yang paling besar terdapat pada kelompok 3 jam setelah injeksi karagenin subplantar. Pada kelompok ini, dapat disimpulkan bahwa 3 jam merupakan waktu yang paling optimum bagi karagenin dalam menimbulkan udem. Karagenin mampu menimbulkan udem dengan meliputi 2 fase. Fase pertama ditandai dengan dilepaskannya mediator histamin dan serotonin yang diikuti dengan terbentuknya kinin dalam aliran darah. Mediator-mediator ini menyebabkan gangguan pembuluh darah sehingga jaringan mengalami inflamasi. Pelepasan mediator- mediator ini masih berlanjut hingga fase kedua dan diikuti terjadinya ekstravasasi protein plasma, penetrasi sel-sel inflamasi dalam jaringan terinflamasi dan terjadi pelepasan enzim lisosomal. Enzim ini mengawali terjadinya gangguan jaringan dan diikuti oleh produksi radikal bebas yang dapat merusak jaringan. Radikal bebas ini menyebabkan pembentukan lipid peroksida reaktif yang akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menstimulasi aktifitas fosfolipase sehingga terbentuk asam arakidonat yang dapat memproduksi prostaglandin Rainsford, 1984. Maka waktu inilah yang dipilih untuk selang waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin 1 pada percobaan selanjutnya meskipun tidak berbeda secara statistik dengan kelompok 4 jam.

2. Hasil orientasi waktu pemberian natrium diklofenak dengan dosis efektif