kronik. Untuk mengetahui adanya radang dilihat saat benjolan muncul biasanya pada hari ke-13, kemudian diukur volumenya menggunakan metode pemindahan
seperti pada metode uji pembentukan udema. Ekstrak tanaman yang diuji disuspensikan dalam gom akasia atau pada pelarut lain yang sesuai Williamson
dkk, 1996.
5. Tes radang selaput dada
pleurisy
Radang selaput dada dikenal sebagai fenomena inflamasi eksudatif pada manusia Vogel, 2002. Radang selaput dada pada tikus dapat disebabkan injeksi
intrapleural dari turpentine, evans blue, gum arab, glikogen, dekstran, perak nitrat, atau karagenin. Pada waktu tertentu setelah injeksi iritan hewan uji dibunuh dan
eksudat dipindahkan, lebih baik dengan mencuci rongga dada dengan sejumlah larutan Hank’s yang diketahui volumenya untuk memastikan didapatnya eksudat
dan sel utuh yang lengkap Gryglewski, 1977. Radang selaput dada yang disebabkan karagenin dipertimbangkan sebagai model inflamasi akut yang paling
sempurna dimana keluarnya cairan, migrasi leukosit, dan parameter biokimia lain yang ada dalam respon inflamasi dapat diukur dengan mudah dari eksudat Vogel,
2002.
6. Uji permeabilitas pembuluh darah
Uji ini menggunakan hewan uji tikus jantan Sprague-Dawley dengan berat badan antara 160 – 200 gram. Sisi ventral pada tikus dicukur. Sebanyak 5
mlkg larutan Evan’s blue 1 diinjeksikan secara intravena pada tikus. Satu jam kemudian tikus diobati dengan senyawa uji secara peroral atau intrapertonial atau
dengan bahan pembawa. Untuk masing-masing kelompok uji dan kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
digunakan 10 tikus. Tiga puluh menit kemudian, tikus disuntik anestesi dengan eter dan 0,05 ml dari 0,01 larutan senyawa 4880 diinjeksikan secara intrakutn
pada 3 sisi pada kedua bagian kiri dan ventral. Sembilan puluh menit setelah injeksi senyawa 4880, tikus dikorbankan dengan anestesi eter. Kulit abdominal
pada tikus dihilangkan dan daerah yang merembes dari kulit diukur. Diameter dari daerah perembesan diukur pada skala milimeter dalam dua
arah tegak lurus dan nilai rata-rata pada semua sisi injeksi pada satu tikus dapat diukur. Selanjutnya dilakukan perhitungan persen penghambatan pada kelompok
perlakuan dibandingkan dengn kelompok kontrol. Kelompok perlakuan yang menunjukkan nilai kurang dari 50 dari kelompok kontrol dapat disimpulkan
positif. Nilai ED
50
pada kelompok ini dapat dihitung Vogel, 2002.
7. Penghambatan adhesi leukosit terhadap venula mesenterik tikus
Pada uji ini menggunakan hewan uji tikus Sparague-Dawley. Keseimbangan leukosit menuju endothelium, mmebran dasar dan permukaan lain
merupakan peristiwa penting pada pembentukan inflamasi. Leukosit tersebut masuk ke dalam jaringan dengan dikontrol oleh interaksi dinamis antara molekul
adhesi yang diperlihatkan oleh sel dan endothelium. Sel darah putih yang beredar dalam darah memiliki kecenderungan untuk menempel pada dinding pembuluh
darah, dengan terjadinya inflamasi kecenderungan ini semakin meningkat. Adhesi leukosit pada dinding pembuluh darah diinduksi secara buatan oleh penggunaan
formyl-methionyl peptide fMet-Leu-Phe FMLP. Formyl peptide dilepaskan dari bakteri dan mitokondria pada jaringan yang rusak sehingga peptida menyediakan
sinyal khusus sebagai penanda adanya serangan bakteri atau terjadinya kerusakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
jaringan. Densitas dari reseptor FMLP di antara 10
4
hingga 10
5
per sel, tergantung pada tipe sel. Aktivasi leukosit melalui reseptor ini menghasilkan perubahan
bentuk L-selectin LECAM-1 yang cepat pada permukaan sel yang menyebabkan sel berputar-putar sepanjang permukaan endothelial. LECAM-1 lepas dari
permukaan leukosit dengan sangat cepat, dan integrin mengatur adhesi dan migrasi berikutnya menuju jaringan Vogel, 2002.
8. Edema telinga terinduksi oksazolon pada mencit